Home » » Surga DUNIA

Surga DUNIA

Written By BAGUS herwindro on Dec 20, 2012 | December 20, 2012

Namanya manusia [alibi], saya masih sangat sering berkhayal bisa bebas dari segala masalah, hiduk enak tanpa susah payah dan tenteram tanpa gelisah.

Tapi khayalan tetaplah khayalan, tak demikian dengan kenyataannya. Tiap hari selalau saja ada masalah. Setiap fase atau jenjang kehidupan selalu pula bertambah masalah. Tak pernah susut selalu bertambah. Mungkin memang seperti itulah kehidupan. Saya berpikir bahwa betapa enaknya orang mati, sudah tak terbebani dunia, tetapi apakah memang demikian, mungkin juga tidak karena mereka yang sudah mati pasti terbebani dengan apa yang telah ditanamnya semasa masih menikmati kehidupan. Mau tenang tanpa masalah ? Mati saja… he… he… he…

Satu contoh sederhana, pernah sekali waktu mulai pagi sampai hampir menjelang sore dapat customer hampir sembilan puluh persen koplak semua hingga menguras emosi jiwa he… he… he… lha kok ternyata setelah saya amati, saya sendiri yang sedang koplak sehingga dapat customer pun juga yang koplak.

Bagai ruang pada badan gitar yang beRESONANSI saat dawai digetarkan, begitu juga seseorang, situasi, kondisi dan sesuatu yang melingkupi keseharian kita. Saat terdengar suara sumbang, bisa jadi itu hanya meresonansi suara sumbang kita sendiri. Saat bau tahi, jangan-jangan itu hasil meresonansi bau kita sendiri.

Sekali lagi, dunia memang tempatnya masalah, tempat bergumulnya berbagai ketidakpastian, namun tak lebih dari empat kondisi saja yang melingkupinya, yaitu enak, tak enak, benar dan salah. Itu saja.

Jadi…

DI berbagai SAAT, TEMPAT, SITUASI dan KONDISI yang "tidak sesuai" dengan hati kita dan tentunya yang "tidak dapat" kita kendalikan, yang bisa kita lakukan hanyalah "menemani" berbagai saat, tempat, situasi dan kondisi itu DAN tentunya yang utama adalah sambil dan sekalian terus memPERBAIKi DIRI : hati, pikiran, perasaan, ucapan dan tindakan terutama agar "tidak terpengaruh" oleh "berbagai" itu, memohon dimampukan untuk bisa pasrah dan selalu memastikan diri untuk tetap sebaik-baiknya bekerja, sesungguh-sungguhnya berdoa, semampu-mampunya beribadah, sebanyak-banyaknya bersyukur, sekuat-kuatnya bersabar, serela-relanya menerima, sehebat-hebatnya berikhtiar dan setenang-tenangnya melalui jalan kehidupan.

BELAJAR memelihara keSADARan untuk tidak memperMASALAHkan segala hal yang tak mengenakkan, menyakitkan, bahkan yang meyulitkan sekalipun. SEBAB semua itu berfungsi menumbuk energi kita agar bisa lepas keluar dan melampaui semua itu. TANPA demikian, tak pernah tahu kita akan cadangan energi yang tersimpan dalam diri. MAKA, gitu aja repot ?!

Nyatanya banyak juga manusia yang telah bisa melampaui atau mengatasi dirinya sendiri, sehingga bukannya kemudian tak ada masalah, tidak, namun segala masalah yang ada tidak lagi menjadi masalah baginya dan itu terletak pada kerelaannya menerima segala masalahnya sehingga dia tidak pernah memikirkan yang menjadi urusan Tuhannya.

Memegang sehelai daun yang "ringan" dengan tangan terangkat setinggi bahu secara terus menerus akan menjadikannya "berat". BERATnya bukan pada daun, namun karena mem(P)EGANGnya terlalu LAMA tanpa ada JEDA untuk sejenak meLEPASnya. Begitulah segala hal dalam keHIDUPan ini, harus ada JEDA untuk sejenak meLEPASkan agar tidak terasa BERAT, yaitu dengan sikap HATI yang PASRAH, berSERAH dan RELA pada pengATURanNYA.

Saya mencoba bercermin yang mungkin bisa disimbolkan atau sebagai prototipe hubungan hamba dan Tuhannya. Cermin itu terlihat di kraton, baik Solo maupun Yogaya. Di sana menjadi abdi dalem kraton  adalah sebuah kesadaran, meski gajinya sangat minim sekali tak lebih dari dua ratus ribu sebulan, namun kerelaan mengabdi pada Raja yang dianggap wakil Tuhan itulah yang membuahkan kebahagian dan keberkahan dalam hidup yang mereka lalui. Kata kuncinya adalah pada keRELAan mengABDIkan diri. Mungkin seperti itulah, saat seorang manusia telah DImampuKAN oleh Gusti Allah mengABDI dengan keRELAan menjadi ABDI dengan segala ketentuan TAKDIR-Nya, insya Allah di situlah akan terasa SURGA. Surga dunia, itulah keRELAan yang hanya bisa ditempuh melaui jalan sabar dan syukur.

 Ajar lêgäwä sênajan nêlängsä, sinau lilä masiyä rêkäsä, njêmbaraké dädä nalikané gêlä.

Rela itu solusi, bukan janji.

Bagi penggemarnya, SAMBAL meski PEDAS selalu terasa NIKMAT. Letak NIKMATnya adalah di keRELAan menerima PEDAS itu.

Tak ada energi penyembuhan yang daya sembuhnya melebihi keRELAan menerima penyakit. Tak ada energi doa yang daya wujudnya melebihi keRELAan menerima pantulan doa. Tak ada energi pembebas yang daya dobraknya melebihi keRELAan memaafkan. Tak ada energi sabda yang daya shaktinya melebihi keRELAan mengendalikan nafsu.

Tak ada kebahagiaan yang melebihi keRELAan menerima takdir TUHAN. Tak ada kedamaian yang melebihi keRELAan merasakan kehadiran TUHAN. Tak ada pengetahuan dan pemahaman yang melebihi keRELAan mengenal TUHAN.


Semoga DIrelaKAN.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger