KLENIK, menjadi sebuah kata yang
menarik perhatian saya dan mungkin juga Panjenengan yang mengerti konteks kata
ini berkaitan dengan suatu hal khusus. Namun kalau
boleh digambarkan secara umum, klenik
ini berkaitan dengan laku berketuhanan diri kita masing-masing, khususnya diri
saya sendiri. Menurut saya, klenik itu sebuah kata sifat, sedang
yang melakukannya bisa disebut nglenik. Tentu saja kata klenik tersebut mempunyai keragaman
definisi sesuai persepsi masing-masing orang yang mendefinisikannya. Kalau menurut saya kira-kira [sebagaimana biasanya] klenik itu merupakan pengutamaan
terhadap sesuatu yang pada kenyataannya bukan yang utama.
Kalau dalam konteks kehidupan kita, tentunya
tak ada yang utama selain Tuhan. Allah sebagai Tuhan
dan diri kita masing-masing sebagai abdi. Masalahnya
sering kali, terutama diri saya sendiri sering tidak konsisten menjalankan peran
sebagai abdi sebab sering berlagak sebagai tuhan yang mengatur, memaksa dan
mendikte Tuhan yang sejati. Hingga yang utama tak
pernah diutamakan, yang tak utama malah diutamakan. Yang tak pasti selalu dikejar tanpa henti, sedang yang pasti malah
dihindari. Yang dijamin malah diseriusi, sedang yang
dituntut malah disimpangi. Begitulah seterusnya, masih
sangat sulit menjadi seorang hamba yang sejati.
Namun sejatinya Tuhan tetaplah Tuhan, walau
tak demikian dengan persepsi manusia.
Sekali pun, takkan pernah "sesuatu" itu
menjadi tuhan yang menandingi TUHAN dalam hati kita. Namun, PANDANGAN atau GAGASAN atau POLA PIKIR kita tentang "sesuatu"
itulah yang menjadikannya tuhan menandingi TUHAN dalam hati kita. Seberapa besar keTERGANTUNGan hati kita terhadap "sesuatu" itu,
sebesar itu pulalah "sesuatu" itu menjadi tuhan dalam kehidupan kita.
Mungkin besarnya malah melebihi yang sesungguhnya
TUHAN. Itulah klenik dan seperti itulah mungkin
sementara ini wajah diri saya.
Ah… ngeri rasanya, namun bagaimana lagi, wis pasrah wae dan selalu berdoa dengan
berbaik sangka pada Gusti Allah, semoga digerakkan dan ditetapkan menjadi
golongan hambaNya.
Beberapa celoteh yang tersirat makna nglenik juga …
Bukan karena kembang~menyan, bukan sebab
japa~mantra dan bukan pula sebatas sembur~suwuk, anggapan hati dan akalkulah
yang sering bengkok~miring~rancu~pekok~kop lak.
Melangitkan keinginan dalam munajat
doa tanpa menyerahkan dan merelakan pilihan terbaik
pada pengetahuan dan kekuasanNya, bisa jadi bermakna "nantang perkoro" alias
cari masalah.
Masih sulit berkelit dari
tuntut~menuntut dalam sebuah rasa~merasa "taat" di balik kata "yakin" yang belum
bermakna demikian.
Di antaranya mungkin seperti itu
…