Home » » Momong – NGEMONG

Momong – NGEMONG

Written By BAGUS herwindro on Dec 29, 2012 | December 29, 2012

Momong itu kalau dalam bahasa Indonesia mungkin berarti mengasuh, seperti momong anak yang berarti mengasuh anak. Kalau ngêmong saya kira itu berupa kata sifat, mungkin yang paling dekat bisa diartikan sebagai kepengasuhan, namun menurut saya lebih luas dari itu, tidak hanya kepengasuhan tetapi juga bersifat menampung. Kalau sudah menampung berarti memberi ruang yang luas untuk segala macam isi yang termungkinkan akan berada di dalamnya.

Ngêmong, itulah sifat dasar seorang ibu dalam konteks keluarga, yang kemudian bisa diperluas dalam semua skala interaksi sosial yang mana pun.

-----------------

Ini tentang laki-laki. Menurut saya berat rasanya menjadi seorang laki-laki sebab dia harus mempunyai sifat ngêmong.

Seorang laki-laki, nantinya akan menjadi seorang kepala keluarga ~ suami  & ayah, demikianlah memang porsi dan posisinya. Dia bertanggung jawab penuh terhadap keluarganya dan itu bukanlah hal ringan, sebab selain tanggung jawabnya atas rumah tangganya sendiri, seorang laki-laki tetap mempunyai tanggung jawab juga terhadap orang tuanya dan juga saudara perempuannya kalau punya, manakala saudara perempuannya itu belum berkeluarga. Meskipun kasuistik, tetapi hal seperti itulah yang kadang menimbulkan konflik tersendiri. Maka tidak bisa tidak, seorang laki-laki harus mempunyai karakter ngêmong.

Yang pertama dan utama, dia harus bisa ngêmong dirinya sendiri. Ini penting, sebab bagaimana dia bisa ngêmong orang lain kalau ngêmong dirinya sendiri saja tidak becus. Kalau itu sudah beres, barulah dia bisa ngêmong istrinya sekaligus ngêmong ibunya, ayahnya, saudaranya, mertuanya dan nantinya anak-anaknya, agar ada ketenangan dalam keluarga, sebab diakui atau pun tidak dalam sebuah pernikahan yang menyatukan dua keluarga besar sedikit atau banyak terkadang timbul konflik bila tidak ada sifat ngêmong. Konflik itu sebenarnya suatu kewajaran, sebab memang pasti selalu ada perbedaan watak dasar, kebiasaan, pemikiran, pola pendidikan keluarga dan sebagainya di antara dua keluarga besar itu.

Berat memang, tetapi sebenarnya tidak ada hal yang berat saat diri kita dimampukan rela menerimanya.


Sifat ngêmong laki-laki dalam keluarga bermakna bahwa ia haruslah menjadi seorang Super Dad : sabar, peka, siaga, cekatan, hangat dan tegas.

Sabar dalam menghadapi karakter dari masing-masing anggota keluarganya dan memiliki pola pendekatan yang pas untuk masing-masing karakter tersebut. Sabar juga berarti menahan diri untuk tidak reaktif dalam merespon segala keadaan yang mungkin sangat tidak nyaman di dalam keluarga. Sabar juga bermakna kerendahan hati untuk menampung segala keluhan, mendengar segala cerita dan mendampingi di banyak peristiwa. [Yang ini rahasia, para suami yang punya istri “galak” bersyukurlah, sebab jika engkau bisa sabar dan rela menerima, biasanya keluar keramatnya. Sabar bukanlah sabar jika tak ada lawannya. Ini katanya, bukan pengalaman pribadi he… he... he…]

Peka itu kemampuan merasakan sesuatu dan menindaklanjutinya sebelum sesuatu itu mewujud, mungkin bisa dikatakan responsif. Sama seperti sabar, peka itu memerlukan kerelaan dan kerendahhatian, bukan pengedepanan ego. Sebelum istri meminta yang dibutuhkan, suami yang peka telah lebih dahulu memberinya jadinya aman, begitu contoh sederhananya. Meski anaknya tidak mengadu, sang ayah menemani kegundahan hatinya, hingga cair dengan sendirinya. Tanggap ing sasmito.

Siaga itu selalu siap setiap saat mengambil keputusan dan tindakan yang diperlukan pada saat-saat yang mengharuskannya demikian, sebab hidup itu penuh kejutan, jalan yang dilalui tak hanya lurus tapi juga penuh kelokan, terjal dan juga landai, mulus namun terkadang juga penuh lubang.

Cekatan itu terampil dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Betapa pun lelahnya, tetap luangkan waktu membantu pekerjaan rumah tangga yang tak kelihatan mata namun sebenarnya 24 jam sehari. Istri bukanlah pembantu, kalau tujuannya hanya disuruh-suruh, hanya beres-beres ini itu, cari saja pembantu rumah tangga yang professional, jangan cari istri. Sesungguhnya yang paling lelah dalam sebuah keluarga adalah istri, bukan suami, maka pahamilah kalau mungkin istri lebih reaktif dalam menanggapai sesuatu.

Hangat dalam menyemai, merawat dan membuahkan kasih sayang dalam keluarga agar seluruh anggota keluarga merasakan kedamaian dan kebahagiaan di rumah sehingga tidak mencari kompensasi di luar rumah. Agar keluarga menjadi harta yang paling berharga, istana yang paling megah, mutiara yang paling indah dan puisi yang paling bermakna. Menjadi tempat terindah untuk pulang dan ruang terluas untuk bercengkerama dalam kesetaraan, penghormatan dan penerimaan.

Tegas dalam mengarahkan biduk rumah tangga menuju keridhoannya Gusti Allah. Tegas dalam hal-hal yang prinsip. Tegas dalam menyemaikan nilai-nilai kebaikan, sebab keluarga harus menjadi media penyemaian nilai-nilai mulia kehidupan di tengah arus jaman yang cenderung saling berinteraksi tanpa nilai. Kepemilikan materi dan kemajuan teknologi tanpa diimbangi kematangan ruhani maupun kedalaman spiritual, hanya akan melahirkan generasi yang cengeng, apatis serta hedonis. Keluarga merupakan aset sekaligus investasi masa depan. Masa depan dalam kehidupan ini, maupun masa depan dalam kehidupan setelah kematian dan tentunya masa depan yang hakiki bersama Tuhan yang menciptakan kehidupan.


Ngêmong juga berarti bersedia memahami, menerima dan mengapresiasi perbedaan.

:: Jangan paksa lelaki tuk ceritakan masalahnya, sebab dia lebih suka mencari solusinya sendiri. Jangan juga menawarkan solusi pada perempuan, sebab kebanyakan mereka lebih ingin didengar walau tanpa solusi. ::

Fakta memang menunjukkan [katanya sih hasil penelitian] seorang wanita dalam sehari bisa mengucapkan sampai empat belas ribu kata, kira-kira sepertiga lebih banyak dari laki-laki yang hanya sekitar sebelas ribu kata. Jadi para suami, kalau sudah malam dan sudah lelah seharian berkegiatan, bersabarlah… istrimu masih punya cadangan kira-kira tiga ribu kata untuk disampaikan kepadamu, tetap tanggapilah dengan baik walau hanya dengan kata : “Ouw… begitu ya ?” atau “Terus … “ atau “Iya…” atau yang lain, he… he.. he… Atau ajak saja istrimu melakukan kegiatan yang sedikit bicara banyak bekerja… he… he… he… pasti langsung terdiam seribu bahasa.

Maka apa pun yang disampaikan istri, terima saja tidak usah ditanggapi secara emosional, misalnya saja istri tiba-tiba saja cerita kalau harga cabai meningkat tajam, ya sudah dia hanya cerita saja melampiaskan mungkin kepusingannya “ngubetke susur”, tidak usah marah-marah dengan mengartikan ceritanya itu sebagai unjuk rasa minta kenaikan uang belanja, begitu contoh sederhananya.


Jadi kesimpulannya, ngêmong itu merupakan karakter keDEWASAan atau keMATANGan dan itu BUKAN hanya soal USIA. Sebab dewasa itu keSANGGUPan untuk ngêmong yaitu menampung dan menerima apa pun yang dituang, sekaligus mengelolanya untuk berproses menjadi lebih, tambah dan semakin baik.


Kira-kira begitu.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger