Para auliya, para waliy itu, bahkan Kanjeng Nabi pun adalah
manusia biasa, namun beliau-beliau terlihat
luar biasa atau bahkan banyak dikatakan
shakti sebenarnya bukan karena apa-apa namun karena sabarnya lebih, syukurnya
lebih dan relanya juga lebih. Itulah akhlaq dan akhlaqnya
itulah yang membedakan. Itulah sebenarnya yang harus diteladani dalam
menjalankan ke”biasa”an kita masing-masing sebagai
hambaNya.
Sebab kehidupan yang kita jalani ini
sebenarnya sederhana, tidak lepas dari empat hal saja, yaitu benar, salah, enak
dan tidak enak. Namun saat bertemu dengan empat hal
itu, haruslah disikapi dengan segera mencarikan pasangannya
masing-masing. Maksudnya adalah bahwa kalau sedang
dalam kondisi tidak enak yang harus dicarikan pasangannya yaitu sabar.
Kalau dalam kondisi enak ya harus syukur, kalau sedang salah
ya harus segera bertaubat dan kalau sedang benar atau dalam ketaatan ya harus
memandang hal itu sebagai anugerahnya Gusti Allah. Itu
saja.
Belajar lebih sabar, belajar lebih syukur,
belajar lebih rela, itulah akhlaq.
:: Meresap [mencoba memahami & menginterpretasikan secara
umum] dawuh hikmah #2, KH. Imron Djamil, PP. Kyai Mojo,
Jombang.