Home » » Jangan diPIKIR !!!

Jangan diPIKIR !!!

Written By BAGUS herwindro on Nov 11, 2012 | November 11, 2012

Tiba-tiba saja sepertti biasanya, saat sedang sumpek bin ruwet, aku merindukan kehadiran si mBah yang satu itu, ya… siapa lagi kalau bukan mBah ZhudhrunH. Tapi kali ini agak susah rupanya untuk menemuinya, sebab diriku sendiri yang dalam kondisi sulit untuk bisa berhati tenang, hingga perasaanku pun galau dan pikiran kacau. Ah… tapi siapa lagi yang bisa mengkondisikan diri ini kalau bukan diri sendiri, harus dipaksa agar bisa. Sejenak berdiam diri merasakan keluar masuknya nafas sambil menguatkan kebersyukuran atasnya.

.:: Ada satu hal yang terdekat yang selalu dapat disyukuri, meski tengah berada di berbagai masalah dan di beragam persoalan. Satu hal itu adalah nafas, sebab pada detik ini pun ada banyak manusia yang nafasnya telah terhenti. ::.

Sejenak kemudian melontarkan sinyal keterhubungan dengan mBah DhrunH ke seantero jagad gêdhé agar si mBah berkenan datang atau telpon atau sms atau syukur-syukur langsung transfer sejumlah dinar emas ke bawah bantalku atau sejumlah dollar ke rekeningku he… he… he…

Baru beberapa detik terasa sliyat-sliyut, tiba-tiba saja tercium aroma Carolina Herrera 212-nya mBah Dhrunh dan tak lama kemudian terdengar suara tawa khasnya yang serak-serak baritone nggilani itu, “He… he… he… he…”.

Dan tiba-tiba juga dia sudah duduk bersila di hadapanku sambil jari telunjuknya disentuhkan pada titik di antara kedua alisku, maka seketika itu juga rasanya melayang ~ nggliyeng ~ sekejap terasa khusyu’ dengan lupa terhadap apa pun yang sebelumnya aku pikirkan, badanku jatuh ke belakang rebah diam tak bergerak, rileks. Sejenak kemudian, badanku terasa segar bugar. Ouw… rupanya si mBah tadi me-reset­ tubuhku.

Aku terbangun, terduduk diam sambil tersenyum, senyum yang selalu manis bagi mereka yang jatuh hati padaku he… he… he…, “mBah, aku kok dah gak sumpek lagi mBah ?”

Ciyus aku mbok kongkon muni WOW ngono ?!”, jawab mBah DhrunH sedikit alay, “Itu sementara, berikutnya ya terserah dirimu sendiri, apakah engkau mau tetap sumpek bin ruwet ataukah engkau memutuskan untuk bebas dari keruwetan dan kesumpekan masalahmu. Itu”

“Bagaimana mBah caranya ?”, tanyaku.

“Gampang, mudah dan sederhana, semua masalah itu solusinya cuma satu : JANGAN DIPIKIR!!!”

“Kok bisa begitu, mBah, masa kita diperbolehkan apatis, diam saja, apa itu tidak putus asa namanya dan bukankah putus asa itu berarti ngenyek Gusti Allah, jauh dari Tuhan ?”, jawabku tidak terima.

“Dasar bocah gemblung, siapa yang nyuruh apatis, siapa yang nyuruh putus asa, siapa yang nyuruh diam saja !!!”, bentak mBah Dhrunh.

“Lha itu tadi !” sergahku.

“Makanya tokowe kuwi sudah lama aku ajari ilmu titén kok ya masih gak titén - titén terhadap dirimu sendiri.  Kamu dan juga banyak orang yang lain mengalami sesuatu yang sama seperti istilahmu sendiri ~ sumpek bin ruwet karena suatu masalah. Tapi bagiku, akau tidak perlu tahu masalahmu dan masalah banyak orang lain itu apa, sebab bagiku solusinya satu, jangan dipikir !!! Eits… jangan bantah dulu, dengerin…. !!!”

Senyap tanpa suara beberapa lama, hingga aku pun tak tahan lagi, “mBah apa… katanya disuruh ndengerin… ?!”.

“Hoahahahaha….. lha kowe dari tadi nunggu itu to… he… he… he…”, jawab mBah DhrunH tanpa dosa.

Dalam hatiku berkata, “Dasar wong gemblung gitu kok aku yang dibilang bocah gemblung, cape deh”.

“Sekarang coba, kalau kamu bilang sumpek, sumpek itu bagaimana sih menurutmu ?”.

“Ya.. perasaan suntuk, tidak enak, gelisah atau kata anak sekarang itu galau gitu lho mBah…”, jawabku.

“Berarti yang suntuk itu pikiranmu atau perasaanmu ? Ini penting agar kamu bisa memahami dirimu sendiri.”, Tanya mBah DhrunH sekaligus memberi penegasan arah pembicaraannya.

“Ya perasaan mBah.”, jawabku.

Ciyus yang ruwet apamu ?”, tanyanya lagi.

“Lha kalau yang ruwet itu pikiranku mBah, gak bisa jernih, rasanya gak bisa buat berpikir.”, jawabku lagi.

“Nah, itu dia !”, mBah DhrunH berkata sambil mengacungkan jari telunjuknya, “Kowe harus tahu yang mana perasaan dan yang mana pula pikiran. Pikiranmu jangan kau rasakan dan sebaliknya perasaanmu jangan kau pikirkan, itu sangat membuat tidak nyaman, meski sebenarnya kalau engkau memahami kedua hal tersebut malah bisa menimbulkan kenyamanan. Tapi nantilah, engkau akan paham sendiri saat waktunya tiba, yang penting engkau telah pernah mendengarnya dariku. Sekarang ayo coba kita telusuri…”.

Pertama, sesuatu akan menjadi masalah bagi seseorang saat sesuatu itu berat untuk dipenuhi atau berat untuk dilaksanakan atau bahkan tidak mungkin dilakukan berdasarkan analisa pikiran yang memperbandingkan antara kemampuan atau sumber daya yang dimiliki seseorang dengan kemampuan atau sumber daya yang dibutuhkan untuk sesuatu yang kemudian dianggap masalah itu. Kalau yang dimiliki kurang dari yang dibutuhkan berarti hasilnya negatif dan itu direspon oleh pikiran sebagai awal dari masalah. Hal itu akan semakin parah bila nafsu membonceng pikiran dengan sifatnya yang tidak mau dibebani, bisa jadi masalah kuadrat itu. Benul begicu ?”

Benul mBah.”, jawabku ikut polanya.

Kedua, saat pikiran mejadi negatif, bukankah lalu perasaan pun ikut berpikir tentang apa yang ada di pikiran atau dengan istilahku tadi perasaan merasakan pikiran hinga perasaan menjadi negatif pula sehingga terasa tidak nyaman, gelisah, sumpek atau galau. Nah, kacaunya lagi kalau negatifitas perasaan tadi direspon oleh pikiran yang masih kacau dengan memikirkan tentang perasaan yang sedang bergejolak itu. Kacau tentunya. Kalau sudah seperti itu, seseorang biasanya lebih mudah untuk kehilangan pengendalian diri. Keliru dalam bersikap, ngawur dalam bertindak dan asal dalam berucap. Itu bisa memicu masalah baru, jika hal itu menimbulkan konflik dengan orang lain.”

“Benul mBah.”, tanggapku.

“Tuh kan… stress ya kamu, bilang betul saja gak becus, kok malah benul.”, kata si mBah.

Wis sing waras ngalah he… he… he…

“Terus hubungannya apa dengan solusi semua masalah yang tidak boleh berpikir ?”, tanyaku tak sabar.

“Aku, engkau dan dia pasti pernah mengalami sesuatu yang realitanya kita semua tidak memiliki cukup kemampuan untuk menyelesaikan, menuntaskan dan melampauinya, hingga kita pun hanya bisa berharap bahwa segalanya akan berjalan dengan baik-baik saja dan tentunya juga berharap bahwa segalanya akan berakhir dengan baik pula. Itu kan yang namanya masalah, seberapa pun level kerumitannya. Jangan dipikir, itu adalah sebuah solusi, kira-kira seperti itu menurutku, maksudnya :

Perasaanmu jangan mikir, perasaanmu harus engkau jaga agar tidak merasakan pikiranmu yang kalut karena masalah. Perasaanmu haruslah dijaga dan diberi kesibukan untuk merasakan kebahagiaan dengan mengedepankan akhlak syukurmu, akhlak sabarmu dan akhlak ridhomu pada Gusti Allah. Kalau perasaanmu bisa terkondisikan bahagia, maka insya Allah hal itu akan pula mempengaruhi pikiran agar kembali jernih serta terkendali, dan itu merupakan modal yang luar biasa untuk menyelesaikan masalahmu.

Jangan mikir tentang sesuatu yang belum engkau ketahui apa dan bagaimananya atau dengan kata lain jangan mikir tentang akhirnya atau hasilnya. Datamu negatif, pikiranmu pun menjadi negatif dengan memprediksi ketidakmampuanmu menyelesaikan masalahmu. Lha penyelesaian itu kan nanti, jangan dipikir, kalau yang nanti yang engkau belum mengetahui bagaiman cara melampauinya itu engkau pikirkan sekarang, habislah energimu, ibarat dalam permainan catur engkau terkena skak ster. Jadi bukan berarti diam dan apatis, sebab yang sekarang harus tetap engkau pikir, tetap bergerak melakukan apa pun yang masih bisa engkau lakukan, jangan terpaku pada ketidakmampuanmu terhadap satu masalah, bukankah masih banyak kewajiban lain yang juga harus engkau laksanakan ?

Masalahmu pasti terjadinya tadi dan yang tadi adalah sebuah kepastian. Akhirnya akan bagaimana, itu adalah nanti dan nanti adalah masih menjadi kemungkinan karena itu jangan dipikir. Yang penting adalah sekarang, sebab sekarang ada banyak pilihan, maka pikirkanlah, laluilah agar semoga dengan demikian yang nanti masih kemungkinan bisa menjadi sebuah kepastian. Maka pula, selalu, selalu dan selalulah berharap agar tak sempat tipis apalagi putus harapan.”

.:: Kita jalani hidup dengan sikap kristal: kerjakan yang baik di mana pun dengan apa atau siapa pun. Dipacu dengan rasa syukur dan sangka balk terhadap hari esok sehingga yang kemarin masih kita sangka, hari ini menjadi doa, besok menjelma fakta. #EAN ::.

Ndak mikir tentang nanti yang masih berupa kemungkinan berarti pasrah total pada kehendaknya Gusti Allah dan itu sebuah solusi, sebab itu berarti kita sama sekali tidak membatasi kemungkinan adanya pertolongannya Gusti Allah dari jalan yang tak disangka-sangka. Tak disangka itu kan tidak masuk akal, itulah ajaib, mungkin bisa diistilahkan begitu. Maka yang ajaib tak akan pernah menghampiri mereka yang selalu saja memakai akalnya alias terus berpikir tentang ketidakmampuannya menyelesaiakn suatu masalah. Itu juga berarti penyerahan diri kita ke Gusti Allah terhadap kehendakNya, jadi apa pun yang terjadi nantinya meski tidak sesuai dengan keinginan kita insya Allah akan terlihat indah, baik dan penuh hikmah, sebab sudah kita hayati prosesnya dengan sungguh-sungguh dengan berusaha merasakan pengaturanNya. Wis, intinya kira-kira seperti itu. Kalau engkau bisa seperti itu, insya Allah ringan ngan… ngan… ngan….”, kata si mBah dengan efek echo.

“Oooo… jadi begicu ya mBah……”, sekejap tiba-tiba terasa mengantuk dan tiba-tiba saja si mBah DhrunH telah ghaib dari hadapanku, padahal aku masih ingin menanyakan cara dia mereset tubuhku dan mekanismenya hingga sesaat berikutnya rasanya sumpekku hilang. Tapi ya sudahlah… lain kali saja.
Share this article :
Comments
2 Comments

2 komentar:

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger