Dulu saat pembangunan
Masjid Agung Demak sedang dilaksanakan oleh para ulama yang dikenal dengan
sebutan Wali Songo, ada bagian yang langsung dikerjakan oleh para wali itu
sendiri. Bagian itu adalah tiang atau yang disebut soko guru.
Masing-masing
mengerjakan satu tiang hanya pada saat pengerjaan tersebut Sunan Kalijogo belum
juga hadir. Setelah semua soko guru tersebut hampir selesai dikerjakan, Sunan
Kalijogo baru datang dan Beliau tidak kebagian kayu.
Maka dengan
kreativitas supernya, Sunan Kalijogo merangkai sisa-sisa kayu (tatal) yang ada, mengikatnya dan
akhirnya terbentuklah satu tiang yang kuat yang setara dengan tiang-tiang
lainnya.
Namun di saat
pengerjaan tiang tersebut, yaitu saat Sunan Kalijogo merapikan atau membelah
atau memotong kayu-kayu tatal yang akan disatukannya itu, secara tak sengaja
ada seekor orong-orong yang terpenggal kepalanya hingga lepas dari badannya.
Begitu menyesalnya
Kanjeng Sunan hingga Beliau mengambil secuil kayu JATI untuk menyambung KEPALA
dan BADAN orong-orong tersebut dan HIDUP.
----------
Terlepas dari apakah
kisah tersebut merupakan kejadian sebenarnya atau tidak, saya kira tidak perlu
untuk dipermasalahkan apalagi diperdebatkan. Lha wong sama-sama tidak tahunya.
Tapi intinya begini,
bahwa kayu jati yang digunakan untuk menyambung kepala dan badan hingga hidup
kembali itu merupakan bahasa kias. Manusia bisa menemukan SEJATINING URIP atau
kesejatian hidup saat kepalanya yang merupakan simbol dari akal dapat menyatu
dengan badannya yang merupakan simbol dari hati.
Akal menyatu pada
hati, berarti akal harus menyesuaikan diri pada dimensi hati. Akal dengan buah
pikirnya harus dipacu bekerja untuk menyajikan informasi pada hati dengan
hal-hal yang hanya menyediakan kemungkinan untuk dekat pada GUSTInya.
Hati yang memimpin,
hati yang memanajemeni, akallah yang membantunya untuk menjaga jarak dan
mengendalikan syahwatnya.
Hati tanpa akal dan
tanpa pikiran, adalah sebuah sejarah, sebab berarti sudah selesai tugas
hidupnya, kembali kepada Gustinya.
Syahwat tanpa akal,
tak lebih dari sosok hewan. Akal tanpa hati, hanya menawarkan keangkuhan,
kerusakan serta keserakahan yang berujung pada penyesalan dan keterkejutan
nanti pada saat penyingkapan telah tiba waktunya.
Ada pilihan bebas
bagi manusia, siapakah yang akan memimpin dirinya, hati, akal atau syahwatnya.
Tahun ini adalah
tahun yang gawat, sebab tahun ini akan mewarnai wajah negara ini untuk
tahun-tahun mendatang. Tetap stagnan pada kondisi yang sudah hancur-hancuran
seperti ini ataukah akan lebih parah lagi ataukah akan menjadi titik awal
[entah dengan cara apa] kebangkitan akhlaq yang tentuntnya akan memerdekakan
seluruh rakyat negeri ini menuju negeri yang tata tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi, subur kang sarwa
tinandur, murah kang sarwa tinuku. Semoga mereka yang ditokohkan atau
menokohkan diri untuk "mengabdi" benar-benar dihidayahi Gusti Allah
hingga mengabdi, hatinya memimpin, akalnya bekerja dan syahwatnya tidak
membakar apa saja.
Semoga Panjenengan
dan saya dapat menanam pohon jati di tanah hati kita masing-masing, yang
tumbuhnya tinggi agar mampu melampaui pikiran dengan rekayasa kcurangannya, serta bisa menjadi peneduh panasnya api yang membakar syahwat.