ORONG-ORONG

Written By BAGUS herwindro on Mar 27, 2014 | March 27, 2014

Dulu saat pembangunan Masjid Agung Demak sedang dilaksanakan oleh para ulama yang dikenal dengan sebutan Wali Songo, ada bagian yang langsung dikerjakan oleh para wali itu sendiri. Bagian itu adalah tiang atau yang disebut soko guru.

Masing-masing mengerjakan satu tiang hanya pada saat pengerjaan tersebut Sunan Kalijogo belum juga hadir. Setelah semua soko guru tersebut hampir selesai dikerjakan, Sunan Kalijogo baru datang dan Beliau tidak kebagian kayu.

Maka dengan kreativitas supernya, Sunan Kalijogo merangkai sisa-sisa kayu (tatal) yang ada, mengikatnya dan akhirnya terbentuklah satu tiang yang kuat yang setara dengan tiang-tiang lainnya.

Namun di saat pengerjaan tiang tersebut, yaitu saat Sunan Kalijogo merapikan atau membelah atau memotong kayu-kayu tatal yang akan disatukannya itu, secara tak sengaja ada seekor orong-orong yang terpenggal kepalanya hingga lepas dari badannya.

Begitu menyesalnya Kanjeng Sunan hingga Beliau mengambil secuil kayu JATI untuk menyambung KEPALA dan BADAN orong-orong tersebut dan HIDUP.

----------

Terlepas dari apakah kisah tersebut merupakan kejadian sebenarnya atau tidak, saya kira tidak perlu untuk dipermasalahkan apalagi diperdebatkan. Lha wong sama-sama tidak tahunya.

Tapi intinya begini, bahwa kayu jati yang digunakan untuk menyambung kepala dan badan hingga hidup kembali itu merupakan bahasa kias. Manusia bisa menemukan SEJATINING URIP atau kesejatian hidup saat kepalanya yang merupakan simbol dari akal dapat menyatu dengan badannya yang merupakan simbol dari hati.

Akal menyatu pada hati, berarti akal harus menyesuaikan diri pada dimensi hati. Akal dengan buah pikirnya harus dipacu bekerja untuk menyajikan informasi pada hati dengan hal-hal yang hanya menyediakan kemungkinan untuk dekat pada GUSTInya.

Hati yang memimpin, hati yang memanajemeni, akallah yang membantunya untuk menjaga jarak dan mengendalikan syahwatnya.

Hati tanpa akal dan tanpa pikiran, adalah sebuah sejarah, sebab berarti sudah selesai tugas hidupnya, kembali kepada Gustinya.

Syahwat tanpa akal, tak lebih dari sosok hewan. Akal tanpa hati, hanya menawarkan keangkuhan, kerusakan serta keserakahan yang berujung pada penyesalan dan keterkejutan nanti pada saat penyingkapan telah tiba waktunya.

Ada pilihan bebas bagi manusia, siapakah yang akan memimpin dirinya, hati, akal atau syahwatnya.

Tahun ini adalah tahun yang gawat, sebab tahun ini akan mewarnai wajah negara ini untuk tahun-tahun mendatang. Tetap stagnan pada kondisi yang sudah hancur-hancuran seperti ini ataukah akan lebih parah lagi ataukah akan menjadi titik awal [entah dengan cara apa] kebangkitan akhlaq yang tentuntnya akan memerdekakan seluruh rakyat negeri ini menuju negeri yang tata tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi, subur kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinuku. Semoga mereka yang ditokohkan atau menokohkan diri untuk "mengabdi" benar-benar dihidayahi Gusti Allah hingga mengabdi, hatinya memimpin, akalnya bekerja dan syahwatnya tidak membakar apa saja.

Semoga Panjenengan dan saya dapat menanam pohon jati di tanah hati kita masing-masing, yang tumbuhnya tinggi agar mampu melampaui pikiran dengan rekayasa kcurangannya, serta bisa menjadi peneduh panasnya api yang membakar syahwat.

SEMOGA.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger