Seluruh yang maujud (adanya karena diwujudkan yang
WUJUD) atau dumadi memerlukan ruang
bagi tempatnya dan memerlukan waktu bagi geraknya. Maka seluruh yang maujud atau dumadi senantiasa bergerak di dalam
ruang dan bersama waktu, baik yang hidup maupun yang tak
hidup.
Semua bergerak, akan,
tetap dan selalu bergerak oleh kehendak di luar diri yang bergerak itu sendiri,
yaitu kehendakNya, Gusti Allah.
Yang tak hidup
sesungguhnya juga bergerak di ruang dalam dirinya sendiri, sedangkan yang hidup
geraknya di ruang dalam dirinya sendiri dan sekaligus di ruang di luar dirinya
dari satu ruang ke ruang berikutnya. Maka yang hidup geraknya merupakan suatu
perjalanan dan berarti hidup itu sendiri adalah
perjalanan.
Saat manusia
dilahirkan, maka saat itulah yang
merupakan akhir dari gerak perjalanannya yang sebelumnya. Siapa di antara
Panjenengan yang bisa memilih lahir di mana, dari orang tua siapa, suku bangsa
apa, agama apa dan seterusnya ? Saya kira tidak ada yang bisa
memilih.
Saat manusia dijemput
ajal, saat itu pulalah yang menjadi akhir gerak perjalanan yang sebelumnya yaitu
kehidupan yang sebelumnya dijalani. Saat itu pulalah yang saya yakin saya dan
juga Panjenengan semua tak bisa memilih akan dengan cara bagaimana kematian itu
datang, di mana serta kapannya.
Ajal menjelang selalu
tanpa kabar kepastian. Ajal menjelang selalu mengagetkan. Ajal menjelang banyak
yang menyisakan penyesalan.
----------
Begitu pun malam
Minggu kemarin, satu berita mengejutkan datang dari kerabat jauh, tentang
anaknya yang meninggal malam itu "karena [sebab akibat]" mengalami
kecelakaan.
Sebab tak
memungkinkan untuk berangkat ke sana langsung, maka Minggu pagi setengah enam,
diriku baru meluncur ke sana, Bambe Sepanjang Sidoarjo dan ternyata jenazah
telah usai dimakamkan malam itu juga tepatnya jam dua dini
hari.
Seorang anak yang
baru beranjak dewasa, dua puluh tahun usianya, anak kedua dari dua
bersaudara.
Betapa kedua orang
tuanya belum bisa menerima kenyataan itu, tampak lemah, lesu dan terus berurai
air mata. Siapa yang menyangka, siapa yang mengira dan siapa yang menduga kalau
secepat itu harus melepas kepergiannya. Ya... suatu perasaan yang sangat wajar
bagi kedua orang tuanya. Semoga dikuatkan, semoga disabarkan dan semoga
direlakan. Kalau aku hanya bisa bilang "yang sabar ya..." itu mudah, namun
tentunya tak demikian jika mengalaminya langsung. Bertepa slira kepada mereka
dengan memotret rasa mereka.
Maka tak sekalipun
terucap di lisanku ucapan yang demikian itu pada kedua orang tuanya, hanya
kujabat erat tangannya dan tersenyum untuk mereka, senyum yang menguatkan serta
sebuah usapan di pundak mereka, sambil beriring doa di keheningan dada semoga
semua diberi anugerah yang terbaik dari Gusti Allah, baik si anak yang meninggal
dunia atau pun kedua orang tuanya serta saudaranya.
Yang meninggal itulah
yang sebenar-benarnya telah menjumpai kesejatian tentang kematian itu sendiri,
bukan lagi kematian yang masih katanya, katanya guru, katanya pemuka agama dan
juga bukan lagi katanya kitab suci.
Semoga yang menangis
segera menemukan kesejatian atas tangisannya dan semoga yang merasa kehilangan
menemukan pula kasunyatan tentang rasa kehilangannya agar segera terang
hatinya.
----------
SUNGGUH-SUNGGUHlah
menCINTAi mereka yang hadir dalam hidup kita, sebelum mereka meninggalkan kita
atau kita yang meninggalkan mereka. Sebab HIDUP ini sangat SINGKAT terasa bila
BATAS waktunya telah tiba, setiap detiknya begitu berharga. Semoga jauh dari
sia-sia.
----------
Benarlah dawuh
seorang Guru Mulia, di antaranya adalah bahwa | manusia hanyalah pengendara di
punggung usianya | semakin menjauhi dunia dan semakin mendekati liang kubur |
maka jangan tertipu dengan usia muda, sebab syarat mati tak harus tua | jangan
terperdaya dengan badan sehat, sebab syarat mati tak harus
sakit.
Demikianlah.