Siapa pun kita, saya rasa pasti
pernah menerima kedatangan TAMU siapa pun itu atau apa pun itu. Paling girang,
mungkin, kalau tamu yang datang itu adalah yang biasa kita sebut dengan nama
rejeki. Paling tidak mengenakkan mungkin, kalau tamu yang datang itu penyakit
atau rasa sakit. Paling susah mungkin, kalau tamu yang datang itu
masalah.
-----------------
Terkadang bahkan sering, rasanya
kehidupan itu terasa aneh, sering muncul dalam bentuk paradoks dengan
berbagainya. Begitupun dengan tamu. Tiba-tiba saja ada tamu yang datang mencari
pinjaman uang, bukan hanya seratus atau dua ratus ribu tetapi lebih dari itu,
padahal yang dipinjami biasanya juga serba pas-pasan, alhamdulillah. Tiba-tiba
saja tamu yang datang minta obat, padahal yang dimintai sedang sakit-sakitan.
Tiba-tiba saja tamu yang datang minta doa restu, padahal yang dimintai lebih
membutuhkan itu. Tiba-tiba saja tamu yang datang mengajak perang tanding,
padahal yang diajak baru ingin belajar sabar. Tiba-tiba saja tamu yang datang
minta diposisikan yang enak, padahal yang dimintai bertahun-tahun posisinya
tidak enak. Tiba-tiba saja tamu yang datang minta ditegakkan keluarganya,
padahal yang diminta masih sedang berlatih mensakinahkan
keluarganya.
Kalau tidak siap pasti akan sering
tergagap.
SERING kita tergagap saat
menyambut datangnya masalah, sebab gairah dalam diri kita untuk menyelesaikannya
tak sebanding dengan kemampuan dan pengalaman kita untuk bisa antisipatif,
sumeleh dan tenteram atas berbagai hal yang tidak mengenakkan
diri.
Rupanya semua itu cerminan, sawang sinawang katanya orang Jawa. Di
setiap koordinat tempat dan waktu seseorang yang dilihat nikmat oleh orang yang
lain, sejatinya ada banyak cobaan dan ujian di dalamnya bagi seseorang
itu.
Yang diperlukan sebenarnya
hanyalah keSADARan diri untuk tidak memperMASALAHkan segala hal yang tak
mengenakkan, menyakitkan, bahkan yang meyulitkan sekalipun. SEBAB semua itu
berfungsi menumbuk energi kita agar bisa lepas keluar dan melampaui semua itu.
TANPA demikian, tak pernah tahu kita akan cadangan energi yang tersimpan dalam
diri.
Dari para tamu itulah kutemui
kehidupan orang lain yang kelihatan begitu enak, namun akhirnya selalu kutemukan
bahwa hidupkulah yang paling enak, karena inilah anugerah terindah yang kuterima
dari tuhanku.
Sebab teringat bahwa tak satu
helai lembar daun pun yang jatuh kebumi melainkan pasti dengan kehendaknya Gusti
Allah, maka pastilah juga bahwa siapa atau apa pun yang DIA gerakkan menemui
kita dengan segala hal yang menyertainya, TENTUnya telah DIA persiapkan pula
diri kita untuk mengkholifahinya. JADI yang terBAIK mungkin adalah berserah pada
DIA, Gusti Allah, serta menyambut dan melayani kedatangannya dengan kesungguhan
hati.
Duh
Gusti, matur nuwun sangêt sedäyä ingkang Panjênêngan Dalêm
paringakên dumatêng kulä.