Satu pelajaran yang sangat berharga adalah bahwa jangan pernah berburuk sangka pada apa pun atau siapa pun, meski seandainya di waktu yang telah lalu kita pernah mengalami sesuatu yang kurang menyenangkan berkait dengan apa atau siapa pun itu. Kadang di situlah letak ujiannya, tentang kesabaran, permaafan dan kesempatan.
Kenapa seperti itu dan adakah hubungannya
? Nantilah….
Rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam, kebaikan bagi semesta, merupakan kata kunci untuk terminologi surga dan neraka demikian yang saya pahami dari seorang guru mulia. Membawa manfaat bagi seluruh alam itu adalah tugas manusia dan tak mungkin bisa demikian jika tak mempunyai jiwa melayani. Melayani sesama makhluk karena sadar diri akan perintah Gusti Allah untuk menebar rahmat bagi seluruh alam, berbuat kebaikan bagi semesta lillahi ta’ala.
Menyerap segala hal yang memiliki muatan kebaikan untuk memberikan pelayanan kepada sebanyak mungkin makhluk, sebanyak mungkin manusia sesuai kapasitas dirinya masing-masing dengan kesungguhan terbaik yang mungkin dilakukan. Itulah surga.
Sebaliknya, menyerap segala hal tanpa menaburkannya kembali dalam arti menyerapnya hanya untuk melayani dirinya sendiri, untuk kepentingannya sendiri, walau pun apa yang dilakukan itu terlihat baik namun itulah Neraka. Sedekah itu baik dan sangat dianjurkan Gusti Allah, namun sedekah dengan harapan kembali berlipat ganda berarti sedekahnya untuk kepentingan diri sendiri, berarti melayani diri sendiri bukan merupakan ekspresi pengabdian kepada Gusti Allah dan bukan pula pelayanan kepada yang disedekahi.
Jadi kira-kira, kalau bisa menata niat, surga itu probabilitasnya sangat tinggi untuk mereka yang berprofesi melayani banyak orang, seperti misalnya office boy, customer service, para pegawai di bagian pelayanan publik seperti rumah sakit dan perijinan, aparatur pemerintah, anggota dewan dan sebagainya.
Saya kira semua
orang mempunyai kesempatan melayani siapa pun. Seorang suami sangat bisa melayani isteri dan anak-anaknya. Seorang isteri bisa melayani suami dan anak-anaknya. Seorang anak bisa melayani orang ua dan saudara-saudaranya. Seorang guru bisa melayani murid-muridnya. Seorang direktur bisa melayani anak buahnya dan demikian sebaliknya. Seorang presiden sangat bisa melayani rakyatnya. Seorang polisi sangat berkemungkinan melayani masyarakatnya. Seorang tentara sangat mampu melayani negaranya. Seorang dokter sangat bisa melayani pasiennya. Dan seterusnya dan sebagainya.
Tanpa niat dan tanpa kesadaran, sungguh, banyak waktu yang terbuang sia-sia. Namun dengan niat, medan pelayanan biasanya akan terbuka lebar dan dengan kesadaran, pelayanan kita akan membuahkan suatu kebahagiaan tersendiri di hati yang tak terlukiskan. Tiba-tiba saja, tanpa disengaja dan direncana biasanya akan di
hadapkan pada situasi yang memerlukan kebisaan atau keahlian atau kemampuan yang ada dalam diri kita. Itulah saat yang baik, sebab terbuka kesempatan berbuat baik.
Kembali ke paragraf awal, andai ada buruk sangka dengan menghindari apa atau siapa yang sedikit atau banyak pernah mengecewakan kita, padahal saat itu apa atau siapa itu sedang berharap pertolongan kita, niscaya sesal yang ada, sebab hilang satu kesempatan untuk berbuat baik.
.:: Jalan
menuju TUHAN selalu terBENTANG LEBAR di seTIAP WAKTU. Tak ada waktu terbaik kecuali SAAT INI untuk berbuat BAIK, sebab mengANGANkan keBAIKan di masa lalu tak lebih dari sebuah SESAL dan mengANGANkan keBAIKan di masa depan masihlah sebatas KHAYAL.
::.