Home » » ALAKADARnya

ALAKADARnya

Written By BAGUS herwindro on Mar 4, 2012 | March 04, 2012


Kalau ALA CARTE merupakan salah satu cara penyajian makanan di sebuah restoran, maka judul tulisan ini adalah ALAKADARnya. Sebagaimana biasa, tidak ada hubungan di antara keduanya, namun bagi saya kedua kata tersebut saya pertentangkan dengan memaksakan maknanya menjadi mewah lawan sederhana, suasananya bukan jenisnya.

------------------

Di sebuah sekolah rakyat pada tingkat dasar, biasanya banyak sekali penjual atau pedagang kaki lima yang beraneka ragam. Ada penjual mainan, minuman dengan berbagainya dan tentu saja makanan dengan berbagainya.

Namun di sekolah rakyat tingkat dasar yang saya temui ini, ada sesuatu yang mencuri perhatian saya, yaitu kebersamaan mereka dalam kesederhanaan yang mungkin karena merasa senasib dan sepenanggungan.

Sekolah rakyat itu terletak disebuah permukiman penduduk pada umumnya. Di samping kanannya ada bangunan masjid yang beka yang besar dan luas. Sebelah belakang, kiri dan depan jalan perumahan yang memisahkan dengan rumah penduduk di sekitarnya.

Di seberang jalan di depan sekolah rakyat itu ada sebuah rumah yang agaknya telah lama tak berpenghuni. Tanpa pagar. Bagian teras dan halaman rumah kosong itu dipergunakan oleh para penjual tersebut untuk sekedar melepas lelah saat mereka beristirahat ketika para murid sekolah rakyat sudah harus masuk ke kelasnya masing-masing.

Di antara mereka, Alhamdulillah, di tengah kesederhanaannya dan segala keterbatasan yang ada, tetap rutin mejalankan shalat di masjid sebelah sekolah rakyat itu. Namun ada juga yang shalatnya kala jum’atan saja. Tetapi bukan hal itu yang menarik perhatian saya.

Kalau mereka yang berpunya, memiliki asset, mungkin bukan soal saat mencari modal guna keperluan usahanya. Aset yang dimiliki bisa diagunkan di bank untuk mendapatkan sejumlah kredit. Bisa juga dengan memutar kartu kredit yang dipunyai untuk modal usaha, tentu saja ini berlaku bagi mereka yang menguasai triknya dan mengetahui dengan persis seluk beluk menggunakan kartu kredit sebagai modal usaha, yang saat ini sudah banyak diajarkan di berbagai seminar atau pelatihan kewirausahaan.

Yang jadi masalah adalah mereka rakyat kecil saat membutuhkan modal. Tidak ada dan tidak punya akses ke perbankan. Koperasi pun tidak. Salah-salah bisa jatuh ke pelukan modal rentenir yang mencekik leher.

Tetapi yang satu ini lain dan inilah yang menarik perhatian saya. Mereka, para penjual atau pedagangyang berjualan di depan sekolah rakyat yang saya sebutkan itu memiliki kebersamaan yang erat dan membawa manfaat bagi mereka. Mereka menyiasati kekurangan modal dengan cara urunan / patungan di antara mereka. Ada salah satu orang yang diberi tanggung jawab menyimpan uang hasil urunan tersebut, media penyimpanannya pun begitu sederhana, sebuah omplong / kaleng bekas. Uang yang terkumpul lebih dari satu juta rupiah. Uang inilah yang diputar di antara mereka. Saat ada yang persediaan barangnya mulai menipis, uangnya dipinjam untuk modal kulakan barang, dikembalikan lagi tetapi entah apakah dengan nilai tambah atau tidak. Terus begitu, bergulir dari satu orang ke orang yang lain lagi. Pengembaliannya pun disiplin, tidak ada niatan untuk ngemplang. Sederhana tapi mengena, alakadarnya namun besar artinya.

SEMOGA perjuangan mereka dalam mengemban amanah diri dan keluarga dimudahkan oleh Gusti Allah. Aamiin.

.:: KeBERSAMAan dalam keBAIKan, akan dan selalu membawa keMANFAATan ::.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger