Syekh Abu al-Abbas al-Mursi adalah seorang Quthub sebagaimana mursyid Beliau yaitu Syekh Abu al-Hasan al-Syadzili. Dalam terjemahan Lathâ’if al-Minan, seluruh isi buku tersebut sangat menarik, sarat makna dan setiap kali dibaca, setiap kali pula ada pemahaman baru yang selalu bisa didapat. Berikut ini saya nukilkan satu bagian kecil tentang doa yang pernah disampaikan oleh Syekh Abu al-Abbas al-Mursi :
Seandainya mereka menyaksikan genggaman Allah yang meliputi segala sesuatu, niscaya mereka menyadari bahwa mereka senantiasa membutuhkan Allah. Rasa membutuhkan itu memberinya hakikat kehambaan. Sesungguhnya manusia bersifat mungkin dan segala yang mungkin membutuhkan pertolongan. Seorang hamba senantiasa membutuhkan, di dunia maupun di akhirat. Bahkan, seandainya ia masuk surga, ia tetap membutuhkan Allah. Hanya saja, rasa butuhnya itu tertutupi oleh anugerah Allah. Itulah ketetapan berbagai hakikat yang tidak berubah, baik di alam gaib maupun nyata, baik di dunia maupun di akhirat.
Sifat ilmu adalah menyingkap, apa pun ilmunya dan kapan pun adanya. Sifat kehendak adalah mengkhususkan, apa pun kehendaknya dan kapan pun adanya. Siapa yang cahayanya meluas rasa butuhnya tidak akan tuntas.
Allah menegur kaum yang baru merasa butuh kepada-Nya ketika ada sebab-sebab tertentu. Ketika sebab itu lenyap, mereka tidak lagi merasa butuh.
[Q.S. 10:12] Apabila manusia ditimpa kesulitan, ia berdoa baik dalam keadaan berbaring, duduk, maupun berdiri. Namun, ketika Kami melenyapkan kesulitan itu darinya, ia berjalan seolah-olah tidak pernah berdoa atas kesulitan yang dialaminya. Demikianlah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang mereka lakukan.
[Q.S. 6:63-64] Tanyakanlah, “Siapa yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian pinta dengan rendah diri dan suara lembut (dengan berkata) : “Jika Dia rnenyelamatkan kami dari bencana ini, tentu kami menjadi orang yang bersyukur”.” Katakanlah, “Allah menyelamatkan kalian dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan. Kemudian kalian kembali mempersekutukan-Nya.”
Allah menetapkan bahwa Dia akan mengabulkan doa siapa pun yang merasa butuh. Itulah salah satu tanda agungnya maqam merasa butuh.
Jika Allah ingin memberikan sesuatu kepada hamba, Dia menganugerahkan perasaan butuh kepadanya. Ketika hamba yang merasa butuh itu meminta, Allah akan memberinya.
Apabila Allah hendak menahan sesuatu untuk seorang hamba, Dia membuatnya tidak merasa butuh kepada Allah sehingga Dia tidak memberinya.
Begitu tegas hujah Allah atas hamba : seandainya kau merasa butuh kepada Kami, pasti Kami memberimu. Karenanya, jangan khawatir tidak diberi jika kau sudah merasa butuh, kemudian kau merninta.