Pada tulisan terdahulu yaitu Tentang DOA, Syekh Abu al-Abbas al-Mursi menyampaikan bahwa sebenarnya manusia itu selalu membutuhkan Allah baik di dunia maupun di akhirat sebagai hakikat kehambaannya tanpa melalui sebab-sebab tertentu. Hanya saja kebanyakan manusia baru merasa butuh Allah jika sudah ada sebab-sebab tertentu dan ketika sebab itu hilang maka akan hilang juga rasa butuhnya kepada Allah. Padahal salah satu kunci dikabulkannya suatu doa adalah selalu merasa butuh.
Masalahnya adalah bagaimana kita bisa mengondisikan hati kita untuk terus merasa butuh kepada Allah. Kemarin pun saya juga masih belum paham bagaimana caranya melatih hal itu, tapi alhamdulillah tiba-tiba saja ada pemahaman baru yang sementara ini bagi saya yang awam bisa menerimanya secara sederhana dan semoga kesadaran ini bisa terpatri dalam hati. Tiba-tiba saja terlintas kalimat yang sering kita baca yaitu : "Laa haula walaa quwwata illaa illaahil'aliyyil'adzhim." (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung). Dalam pemahaman saya, berarti kita itu NOL, tidak punya daya dan kekuatan bagai sesosok jazad tak bernyawa. Siapa bisa menjamin besok pagi ketika bangun tidur, kita masih bisa menggerakkan tubuh kita ? Siapa bisa menjamin satu jam ke depan kita masih segar bugar ? Siapa bisa menjamin nanti masih tergerak hati kita untuk sholat ? Kalau toh kita bisa beraktivitas dalam keseharian karena kondisi tubuh kita yang sehat, dari mana sebenarnya kesehatan itu berasal ? Kalau toh kita berargumen bahwa tubuh kita sehat karena kita menerapkan pola hidup sehat dengan pola konsumsi makanan yang sehat, istirahat dan olah raga yang teratur, maka dari mana niatan atau kesadaran untuk berpola hidup sehat itu muncul. Beranikah kita mengklaim bahwa niatan atau kesadaran itu muncul karena kehendak atau kekuatan kita sendiri ? Atau ketika kita ringan dalam menjalankan ibadah kita, beranikah kita untuk juga mengklaim itu atas kekuatan kita sendiri atau lebih jauh beranikah kita memastikan di akhir hidup kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah ?
Sungguh, dalam setiap detik kehidupan kita tidak pernah lepas dari pengaturan Allah, karena sebenarnya kita itu faqir di hadapan Allah, sehingga kita semua sangat-sangat tergantung pada Allah, sangat-sangat butuh kepada Allah. Di dalam setiap gerak dan langkah kita, di dalam setiap tarikan dan hembusan napas kita, di dalam setiap detak jantung kita, di dalam setiap dzikir dan pikir kita, Allah-lah yang sejatinya menggerakkan dan memberi kita kekuatan.
Untuk itu dalam setiap kegiatan, kita awali dengan bacaan bismillah dan bersamaan dengan itu mari kita sama-sama belajar menggerakkan kesadaran hati kita untuk meng-NOL-kan diri kita agar bersamaan dengan itu pula kita selalu menharpkan pertolongan Allah. Biasa dalam setiap apa pun juga saya biasakan mohon kemudahan dari Allah : Mudahkan Yaa Allah – Mudahkan Yaa Allah. Insya Allah kita akan selalu diberikan kemudahan, sesulit apa pun situasi yang harus kita hadapi.