Home » , , , , , , , , » Sehat dengan JEDA

Sehat dengan JEDA

Written By BAGUS herwindro on Apr 2, 2014 | April 02, 2014

Tak terasa setahun sudah berlalu. Alhamdulillah masih diberi kesempatan menghirup udara yang gratis ini, masih dibiarkanNya jantungku berdetak, hingga sampai detik ini masih bisa menunaikan tanggung kewajiban yang memang harus dipenuhi.

Ya... setahun lalu baru kurasakan benar-benar nikmatnya sehat.

Saat seluruh tubuh terasa ngilu, kepala pusing, suhu badan tinggi tanpa turun sedikit pun, lidah pahit, mual, muntah dan diare. Tingga minggu penuh tidak bisa bekerja, kurang lebih satu bulan lamanya sejak mulai sakit hingga mulai sembuh. Sempat opname beberapa hari.

He... he... he... lepas dari itu, meski telah beraktifitas kembali, namun masih ada yang terasa kurang. Stamina tubuh cepat sekali turun, indikasi pemeriksaan laboratorium mengarah pada fungsi liver yang bermasalah. Ini yang membuat tidak nyaman di pikiran dan tentunya menyeret perasaan menjadi tidak enak juga. Bahaya, bukannya malah sembuh, tapi malah tambah sakit juga.

Alhamdulillah tetap tegak berdiri, tetap bisa tersenyum dan beraktifitas seperti biasa, meski terasa "remeg" di dalam. Yo wislah nglebur dosa, sakit memang harus diobati [urusan manusia | proses] meski tak harus sembuh [urusan Tuhan | hasil].

Dokternya mahal, obatnya mahal, apalagi rumah sakitnya, tambah mahal. Tak ada jaminan sosial, tak ada pula asuransi yang mengcover, tapi yo ndak masalah, akeh kancane sak indonesiaraya. "Kepekso" alias terpaksa menggantungkan diri pada yang membuat hidup he... he... he...

Berdoa, jelas. Pasrah, harus. Lha usahane piye ?

Pertama, mengambil JEDA dari dominasi pikiran yang takut akan berbagai kemungkinan yang terjadi nantinya sehubungan dengan sakit dan penyakit yang sedang terjadi.

Mengambil jeda berarti melepaskan fokus pikiran pada masalah yang sedang dihadapi dengan mengalihkannya pada "rasa" sehingga mendekati [meski masih tetap jauh] tercapainya titik hening / kosong / suwung agar jazad / badan / tubuh bebas menggerakkan "kehendak" untuk mengharmonikan dirinya sendiri. Sifat pikiran itu liar, dia berkecenderungan untuk selalu berada di saat nanti dan atau di saat yang tadi. Namun kalau badan dia selalu dalam kekinian. Maka mengambil jeda bisa dilakukan dengan cara mengalihkan pikiran dengan memberi kesibukan dengan memperhatikan badan, begicu gampangannya.

Jeda yang semacam itu berarti juga mengakses frekuensi dasar pembentuk tubuh ragawi pada level quantum, menariknya keluar ke level yang lebih kasar yaitu level energi dan level yang lebih kasar lagi yaitu level organ, hingga suplainya optimal | tidak kuran tidak lebih. Pas.

Uraian singkatnya seperti itu.

Kedua, sehat dengan Swaiso [bersambung].

Wis mengko wae, masih repot.

Semoga hari-hari Panjenengan dan juga saya selalu dan tetap dalam keberkahan dan dikaruniai kesehatan yang terbaik bagi diri kita masing-masing menurut kehendakNYA.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger