Home » , , , » DEMI [kian]

DEMI [kian]

Written By BAGUS herwindro on Apr 5, 2014 | April 05, 2014

Sekian hari lagi saatnya yang berlomba berkuasa menuai realita [09042014. PiLeg]. Segala daya, dana, strategi, citra dan sebagainya telah dikelurkan bahkan tanpa henti sejak bertahun-tahun lalu, demi sebuah kemenangan. Kemenangan untuk berkuasa.

Bahkan akutnya sakit negeri ini tak menyurutkan mereka untuk tetap menginginkan kekuasaan.

Ada tiga kemungkinan berkaitan dengan hal itu :
  1. Mereka benar-benar telah memiliki formula baru yang berkemungkinan untuk menyembuhkan sakitnya bangsa ini.
  2. Mereka telah memiliki formula untuk mengubah cara pandang bangsa ini bahwa kondisi yang seperti ini adalah sehat, bukan sakit. 
  3. Mereka tidak mempunyai ilmu tentang sakit atau pun sehat, sebab diri mereka sendiri sudah sakit sejak dulu kala tanpa mereka tahu kalau sakit.

Maka pada hari-hari ini banyak manusia yang kalau istilah surabayanya itu mbegedud [saya curiga akalau istilah itu merupakan serapan dari maghduub], ngomong keadilan, moral, kemakmuran dan kejayaan, padahal keadilan itu telah mereka kangkangi, moral itu telah mereka telantarkan, kemakmuran itu telah mereka untal sendiri dan kejayaan itu telah mereka jual dengan harga yang sangat murah.

Maka pada hari-hari ini pula banyak yang membuat catatan untuk melawan lupa, lupa dari mereka yang berkali-kali "khilaf"nya.

Ibarat pertarungan, mereka yang berada di dalam ring tinju siapa pun itu tetaplah selalu menang dan gembira. Karena tak ada lawan yang selamanya menjadi lawan, tak ada pula teman yang selamanya menjadi teman. Yang ada adalah kepentingan abadi mereka atau trah mereka. Jadi sekali lagi selalu menang dan gembira.

Yang di luar ringlah yang selamanya akan tetap menjadi korban tanpa tahu kalau mereka adalah korban. Tidak ikut bertarung, tetapi seakan-akan merekalah yang bertarung, membela mati-matian jagonya dan sebaliknya mencela mati-matian yang menjadi lawan jagoannya. Padahal yang di luar ring itu tak sungguh-sungguh mengilmui yang dijagokannya, bagaimana nasabnya, siapa botohnya, bagaimana integritas moralnya, seberapa jauh kepentingan pribadinya ikut berpengaruh dan sebagainya. Pengetahuan mereka hanya berdasarkan opo jarene media. Masalahnya adalah untuk saat ini adakah media yang masih menjaga netralitas pemberitaannya dengan berpegang pada hati nurani ?

Ngono yo ngono ning ojo ngono

Sebaik-baik urusan adalah di tengah-tengahnya, ngono yo ngono ning ojo ngono, sakmadya kata orang Jawa.

Maka saya kira tak usahlah terlalu meninggikan dan tak usah pula terlalu merendahkan, biasa saja. Toh diri kita ini belum tentu lebih baik dari mereka yang kita rendahkan, yang kita benci dan kita cela habis-habisan. Yang kita tinggikan dan yang kita jagokan  pun, saya jamin tak bisa menjamin hidup kita tak bisa pula menjadui tempat bergantung. Siapa pun tak akan bisa kita andalkan, bahkan diri kita sendiri pun tidak. Bukankah hanya Gusti Allah tempat kita bergantung dan bukankah hanya syafaatnya Kanjeng Nabi Muhammad tempat kita bernaung ?

Pada akhirnya mestinya harus bertanya pada diri sendiri, DEMI APA sih semua hiruk pikuk ini kita lakukan dan itu tak ada yang bisa menjawab kecuali diri kita sendiri.


.:: INNA SHALAATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAAHIRABBIL ‘AALAMIIN ::.


DEMI [kian]



Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger