Di suatu hari yang lalu, di bawah teriknya sengatan mentari, ketika itu aku keluar sama anak istriku beli pangsit mie Jakarta di jalan Mulyosari. Sambil menunggu pesanan jadi tuk dibawa pulang, aku bediri menghadap ke jalanan dan terlihat olehku sosok seorang lelaki membawa dagangan berupa rotan yang dibentuk melingkar (biasanya dipakai hulahop) dengan berbagai diameter ukuran yang dipikul di sisi kiri dan kanan tubuhnya. Sempat terbersit di hatiku sebuah kalimat penyangkalan terhadap yang kulihat, “Ya Allah... kasihan bener itu orang, panas-panas begini bawa dagangan itu, siap yang mau beli ?”. Astaghfirullah, begitu bersitan hati ini muncul saat itu juga rasanya aku ditegur gusti Allah, tiba-tiba saja sebuah mobil sedan yang melintas langsung minggir dan menghentikan orang tersebut kemudian terjadilah transaksi. Ya Allah, begini caraMu mengingatkanku akan jaminan rejekiMu.
Malam Minggu kemarin, si Tara sama Alia minta dibelikan burger kebetulan di Mulyosari ada outletnya Klenger Burger, sambil nunggu pesanan Super Klenger Burger-nya selesai, tiba-tiba saja kujumpai lagi sosok yang selama tiga tahunan ini selalu berkeliling di sepanjang jalan Mulyosari. Sosok laki-laki kecil, bersepeda kecil dengan keranjang kecil di bagian belakang sepedanya, diisi aneka kue : kue pisang, nanas dan lainnya juga kue dorayaki dengan bermacam rasa. Kupanggil dia dan kubeli beberapa. Kue-kue itu dijual dengan harga Rp. 2.500,00. Saat ini dia sudah naik ke kelas enam SD. Kadang dia juga keliling bersama papanya yang memboncengkan adiknya yang lebih kecil lagi, sedangkan ibunya juga berjualan bakpao keliling dengan berjalan kaki di daerah sekitar rumahnya sana di daerah Tambak Arum. Bayangkan saja nak sekecil itu sudah harus berjuang keras dalam mepertahankan hidupnya dengan berjualan kue yang ditawarkan di setiap orang yang ditemuinya, di apotik-apotik dan kafe jalanan di sepanjang jalan Mulyosari dan entah di mana lagi dia menjajakan dagangannya. Dari Tambak Arum ke Mulyosari jaraknya sekitar 8 kilometeran dan itu setiap hari ditempuhnya pulang pergi, betapa beratnya, belum lagi kalau hujan sedang diguyurkan dari langit yang pekat dengan mendungnya. Sebuah perjuangan yang teramat keras bagi tubuh kecilnya dan sebuah beban kehidupan bagi belia usianya. Tetapi yang kusalut, tiada tergambar rona beban di wajahnya, suaranya lantang penuh percaya diri tanpa minder sedikit pun dan yakin usahanya pasti membuahkan hasil. Kalau hidup enak, siapa yang tidak mau ? Kalau seperti itu beranikah kita menjalaninya ?
Masihkah kita tidak bersyukur kepada-Nya dan masihkah kita meragukan jaminan-Nya ?
Semoga bermanfaat.
Home »
Menata Hati
» Jangan Ragukan Jaminan-Nya
Jangan Ragukan Jaminan-Nya
Written By BAGUS herwindro on Jun 30, 2008 | June 30, 2008
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Label:
Menata Hati
0 Comments