Aku iki mung wong bodho sing isih seneng nuruti hawa nepsuku, mulane ojo disalahke menawa omonganku ngawur, lha wong bodho kok disalahke, yo sing nyalahke kuwi sing luwih bodho, mestine yen rumongso pinter ojo mung nyalahke nanging kudune ngajari aku supoyo ora bodho lan mangerteni endi sing bener lan endi sing salah. [Saya ini cuman orang bodoh yang masih senang memperturutkan hawa nafsu, karena itu jangan disalahkan kalau perkataan saya tidak berdasar, orang bodoh kok disalahkan, ya yang menyalahkan itu yang lebih bodoh, semestinya kalau merasa pintar jangan hanya menyalahkan tetapi seharusnya malah mengajari saya agar tidak bodoh dan mengerti mana yang benar dan mana yang salah.]
[Q.S. 16:125] Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Yang saya tahu, ayat di atas adalah salah satu prinsip dalam berdakwah yang pengejawantahannya/aplikasinya dapat kita lihat dalam sejarah Rasul Agung Muhammad SAW. Beliau sosok yang tegas tetapi lemah lembut dalam menyampaikan kebenaran dan yang utama adalah semuanya dilandasi oleh cinta yang tulus tiada batas.
[Q.S. 03:159] Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Sayyidina Ali dalam suatu peperangan, pedang di tangannya sudah menempel di leher lawannya. Tetapi begitu Beliau diludahi maka ditinggalkannya lawannya karena Beliau takut membunuhnya bukan karena Allah tetapi karena rasa marah setelah diludahi lawannya.
Tetapi saat ini, banyak orang mengapling surga, banyak orang yang mengklaim bahwa tuhan adalah miliknya sehingga kebenaran pun dimonopoli olehnya. Selain dirinya, selain kelompoknya, selain golongannya adalah salah dan halal hukumnya untuk dihancurleburkan, halal hukumnya untuk dimusnahkan dan halal hukumnya untuk dinistakan. Atas nama kebenaran, atas nama agama bahkan atas nama tuhan darah ditumpahkan, tempat ibadah dibakar dan fitnah ditebar.
Kalau yang dikatakan sesat salah satunya adalah karena mengakui tuhan yang selain Allah atau mengakui nabi pembawa risalah selain Rasulullah, sungguh logika pikiran saya yang bodoh ini mengatakan bahwa dalam kurun waktu delapan tahun ini sebenarnya ada aliran sesat baru dalam Islam di Indonesia yang menamakan dirinya ef-pe-i (forum preman indonesia). Dengan jubah, surban, peci dan pekikannya yang membahana langit : ALLAHU AKBAR !!!, sah sudah sebagai tangan tuhan, kepruk sana kepruk sini, hantam sana hantam sini, bakar sana bakar sini dan hujat sana hujat sini. Kalau sudah memproklamirkan diri sebagai pembela Islam, apakah memang yang memproklamirkan diri itu lebih kuat, lebih hebat dan lebih besar dari Islam itu sendiri secara hakiki ? Kalau yang disuguhkan hanyalah menu kekerasan, apa bedanya dengan preman pasar atau preman terminal ? Kalau yang dilakukan jauh dari apa yang dicontohkan Rasulullah, apakah tidak sesat namanya ? Kalau alasannya kekerasannya sesuai dengan sunah Rasul, pasti itu bukanlah Rasulullah Muhammad, bukankah itu juga sesat karena ada rasul lain selain Muhammad ? Bukankah kalau saya marah-marah dan sakit hati melihat fenomena seperti itu juga sesat namanya ? Alhamdulillah sesatnya tidak lama-lama, karena Selasa pagi ada sms dari Kang Jumal – PETA menyampaikan dawuhnya Syaikhina Sholahuddin : jama’ah tidak diperbolehkan ikut demo karena tidak ada manfaatnya. Iya ya... gitu aja kok repot, Gus Dur aja engga repot kok. Mungkin saja memang gusti Allah masih mentakdirkan tingkat kesadaran mereka yang seperti itu.
Ya... semoga saja gusti Allah mengampuni seluruh dosa-dosa saya yang lalu, sekarang dan yang kemudian sehingga saya bisa menerima cahaya hidayah-Nya sehingga tidak sesat dan menyesatkan. Aamiin