Home » » Monggo pinarak ...

Monggo pinarak ...

Written By BAGUS herwindro on May 14, 2012 | May 14, 2012

Kalau parikan Suroboyo yang berbunyi : Tanjung Perak mas kapale kobong, monggo pinarak mas kamare kosong … tentu sudah sangat akrab di telinga orang Surabaya, baik yang sebagai pengamat maupun yang menjadi member di daerah remang-remang kelas bawah Surabaya hahahahaha…..

Namun bukan itu yang saya maksud dalam judul tulisan ini.

Begini kisahnya, singkat cerita,tadi pagi setengah siang, ada seorang sedulur di daerah yang memakan waktu sekitar enam sampai tujuh jam perjalanan darat dari tempat kediaman saya, menyempatkan bersilaturahmi melalui media telpon. [Dengan seijin si Mas, ceritanya sedikit saya share mungkin bisa menjadi manfaat bagi yang lain.]

Intinya, si Mas ini punya putra kecil yang saat ini berusia enam bulan. Nah sejak beberapa bulan lalu setelah si kecil ini lahir, si Mas ini mendapatkan isyarat atau pun petunjuk dari seseorang yang telah dikenalnya, seorang Ustadz yang memiliki ilmu hikmah, tentang keberadaan makhluk yang tak kasat mata yang ada di kediamannya sudah sejak lama yang sifatnya merugikan, mengganggu dan bahkan berniat jahat terutama terhadap putra kecilnya dengan menyerap aura positif putranya. Pak Ustadz tadi bisa dan bersedia membantu dengan sebuah ritual pemindahan, tetapi diperlukan ubo rampe yang salah satunya adalah minyak. Meskipun si Mas tidak mau menceritakan berapa nominal untuk minyak itu, tetapi saya paham sekali bahwa kalau yang semacam itu pasti nominalnya cukup tinggi untuk mengganti minyak tersebut, berat dan memberatkan. Tadi malam, pesan itu disampaikan lagi dan inilah yang membuat si Mas ini menjadi gelisah.

Meski tidak secara langsung, si Mas ini termasuk tamu juga yang harus mendapatkan penyambutan, penghormatan dan jamuan sesuai keperluannya. Bismillah.

Hal pertama yang saya tanyakan kepada si Mas ini adalah apakah si Mas ini mempercayai saya. Ini penting, bukan karena saya minta dipercayai, tidak. Namun saat seseorang memerlukan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan, kepercayaan adalah hal yang mutlak. Sebab saat kepercayaan itu tidak ada, maka si penanya akan membentuk sebuah “tembok” secara mental, sehingga apa pun jawaban atau solusi yang diberikan akan terpental, tidak dapat diterima dan mentah.

Hal kedua, setelah ada kepercayaan itu, saya harus menyampaikan bahwa saya tidak dalam kapasitas membenarkan atau pun menyalahkah pandangan pak Ustadz tersebut, namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa apa pun atau siapa pun baik di darat maupun di langit tidak akan bisa mendatangkan/menyebabkan kemudharatan kalau Gusti Allah tidak menghendaki. PENTING !!! Yakinnya sama Gusti Allah. Sebab saat ada berita seperti yang diterima si Mas tersebut dan hal itu membuat perasaannya menjadi was-was, cemas, takut dan bimbang, maka saat itulah kalau benar gangguan itu ada akan mudah masuk. Ibarat ada tamu yang mengetuk pintu, maka tamu itu tidak akan bisa masuk selama tidak dibukakan pintu. Namun saat ada perasaan was-was, cemas, takut, ragu dan bimbang, maka hal itu ibarat membukakan pintu dan memperilahkan si tamu masuk. “Monggo pinarak“, demikian kira-kira kalau diucapkan secara lisan.

Semisal pada kenyataannya tidak ada gangguan pun yang disebabkan oleh makhluk tidak kasat mata, tetap saja apa yang dikatakan oleh pak Ustadz itu bisa saja menimbulkan gangguan, sebab perkataannya bisa menjadi sugesti yang diterima sebagai sebuah kebenaran. Maka nantinya gangguan itu tidak ditimbulkan oleh makhluk tak kasat mata itu sendiri, namun timbulnya dari diri kita sendiri yang dicekam perasaan yang was-was, cemas, takut dan bimbang. Wis, pokoknya bismillah, yakin sama Gusti Allah. Insya Allah beres.

Hal ketiga, saya menanyakan apakah putera si Mas situ sudah diaqiqohi apa belum. Alhamdulillah katanya sudah, berarti insya Allah aman, sebab sepengetahuan saya seorang anak itu jiwanya tergadai sampai ditunaikan aqiqoh untuknya. Maka begitu aqiqoh ditunaikan, berarti jiwanya telah ditebus oleh orang tuanya. Salah satu hikmahnya adalah bahwa insya Allah tidak mungkin tubuhnya dimasuki oleh makhluk lain yang pada tingkat yang ekstrem sampai menyatu dan menguasai raganya.

Hal keempat, saya harus melakukan urusannya manusia, yaitu doa yang beriring dengan ikhtiar. Masalah doanya diijabah atau tidak, itu urusannya Gusti Allah jadi tidak usah dihiraukan. Masalah ikhtiarnya berhasil atau tidak, itu juga urusannya Gusti Allah jadi tidak usah pula dihiraukan. Yang penting, urusannya manusia itu adalah berdoa dan berikhtiar dengan kesungguhan terbaik. Teknisnya seperti apa, rasanya tidak perlu saya uraikan karena keterbatasan kata untuk mengungkapkannya. He… he… he…


Jadi, kira-kira intinya adalah :

Biasakan untuk éling kepada Gusti Allah saat ini [bukan saat lalu atau pun saat nanti],  perkuat keyakinan pada Gusti Allah agar kesadaran kita tidak mudah dihanyutkan oleh apa pun atau siapa pun, jaga perasaan jangan sampai was-was, ragu, cemas, takut dan bimbang, serta melakukan yang menjadi urusannya manusia dan tidak mencampuri urusannya Gusti Allah, yaitu dengan melakukan doa dan ikhtiar dengan kesungguhan terbaik yang dapat kita lakukan.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger