Baru saja tadi ada seorang sahabat, yang tiba-tiba SMS menanyakan suatu pertanyaan yang oleh salah satu kenalannya ditenayakan kepadanya dan diteruskannya pertanyaan itu pada saya.
Apa maksud dari :
“Bersediakah kau mengawini dirimu ?” He… he… he…
pertanyaan aneh, soalnya tanpa tahu dalam konteks apa kalimat itu terlontar. Asli saya tidak mengetahui jawabannya.
Tidak semua pertanyaan harus di jawab, itu kata orang yang alim apalagi yang arif. Lha saat saya tidak mau menjawab, kok tiba-tiba ingat kalau saya bukan orang yang alim apalagi yang arif, ya sudah saya jawab saja, seandainya keliru ya wajarlah lha wong bodho kok ?
-------------------------
PerKAWINan itu perJANJIan untuk berSINERGI yang dalam arti luas bisa lebih dari satu pihak. SINERGI itu pengGABUNGan keBAIKan menuju peMULIAan keHIDUPan.
Diri kita terdiri banyak pihak di dalamnya, ini terbukti dari bahwa setiap saat dalam diri kita selalu terjadi dialog-dialog tanpa henti tentang segala seseuatu. Dalam DIRI kita ada :
ruh, jazad, jiwa, nafsu, akal, pikiran, hati dan perasaan.
Maunya AKU mengawini DIRIKU berarti keRELAan untuk menSINERGIkan semua pihak dalam DIRIKU untuk meMULIAkan kehidupanku agar tetap mejadi manusia HAMBA TUHAN, bukan hambanya yang selain TUHAN.
Nafsu harus BAIK dan terkendali, PeRASAannya harus BAIK, AKAL harus selalu mengarah kepada keBAIKan agar PIKIRan juga BAIK, HATI harus BAIK dengan tak ada selain TUHAN di dalamnya, JIWA harus BAIK agar tak mudah hanyut oleh arus sihir dunia. He…
he… he… uaboot puoll.
Kira-kira begitu.