
Suatu hari sang Syaikh bersama keluarga melakukan ziarah ke salah satu Maqom Wali di Surabaya bersama keluarga dengan mengendarai mobil.
Setelah ziarah selesai dilakukan, sang Syaikh bermaksud pulang kembali ke kota kediaman Beliau, tetapi mobil yang Beliau kendarai, tanpa sebab yang jelas tiba-tiba saja mogok, tidak mau hidup mesinnya dan pada kenyataannya kondisi mobil itu baik-baik saja.
Mungkin karena lelah dan sambil menunggu pengemudi mobil itu berusaha mencari permasalahan mogoknya mobil, sang Syaikh pun tertidur. Dalam tidurnya sang Syaikh bermimpi berada di luar suatu gedung yang sedang ada pertemuan jama’ah thoriqoh sang Syaikh. Sang Syaikh hendak melangkah masuk ke dalam gedung tersebut, namun di pintu masuk ternyata dilarang oleh sang Mursyid Thoriqoh [almarhum] yang sebenarnya masih saudara muda sang Syaikh. Sang Mursyid mengatakan bahwa sang Syaikh bukan termasuk golongan thoriqoh yang jama’ahnya ada di dalam gedung, karena itu tidak boleh masuk.
Tiba-tiba sang Syaikh terbangun dan merenungkan gerangan apakah makna dari mimpi Beliau. Sang Syaikh pun teringat ketika berziarah, saat hadhoroh fatihah, Beliau lupa tidak bertawasul kepada Mursyid Thoriqoh saat ini yang terhitung masih kemenakan sang Syaikh. Sang Syaikh beranggapan bahwa Mursyid yang sekarang kan hitungannya masih belia, tetapi tetap tidak bisa begitu, meskipun maqom sang Syaikh demikian tinginya, namanya Mursyid ya MURSYID, dimana seluruh murid dari Mursyid sebelumnya dengan sendirinya menjadi muridnya. Maka sang Syaikh pun menyadarinya dan kemudian bertawasul kepada Mursyid hingga mobil yang dikendarai sang Syaikh pun tiba-tiba saja normal kembali.
Begitulah kisah sang Syaikh yang kebetulan penulis mendengar langsung dari Beliau ketika sowan. Jadi kesimpulannya adalah Mursyid ya MURSYID, sebagaimana yang didawuhkan Syaikh Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî dalam Lathaiful Minan [terjemahan, Rahasia Yang Maha Indah] :
Setelah ziarah selesai dilakukan, sang Syaikh bermaksud pulang kembali ke kota kediaman Beliau, tetapi mobil yang Beliau kendarai, tanpa sebab yang jelas tiba-tiba saja mogok, tidak mau hidup mesinnya dan pada kenyataannya kondisi mobil itu baik-baik saja.
Mungkin karena lelah dan sambil menunggu pengemudi mobil itu berusaha mencari permasalahan mogoknya mobil, sang Syaikh pun tertidur. Dalam tidurnya sang Syaikh bermimpi berada di luar suatu gedung yang sedang ada pertemuan jama’ah thoriqoh sang Syaikh. Sang Syaikh hendak melangkah masuk ke dalam gedung tersebut, namun di pintu masuk ternyata dilarang oleh sang Mursyid Thoriqoh [almarhum] yang sebenarnya masih saudara muda sang Syaikh. Sang Mursyid mengatakan bahwa sang Syaikh bukan termasuk golongan thoriqoh yang jama’ahnya ada di dalam gedung, karena itu tidak boleh masuk.
Tiba-tiba sang Syaikh terbangun dan merenungkan gerangan apakah makna dari mimpi Beliau. Sang Syaikh pun teringat ketika berziarah, saat hadhoroh fatihah, Beliau lupa tidak bertawasul kepada Mursyid Thoriqoh saat ini yang terhitung masih kemenakan sang Syaikh. Sang Syaikh beranggapan bahwa Mursyid yang sekarang kan hitungannya masih belia, tetapi tetap tidak bisa begitu, meskipun maqom sang Syaikh demikian tinginya, namanya Mursyid ya MURSYID, dimana seluruh murid dari Mursyid sebelumnya dengan sendirinya menjadi muridnya. Maka sang Syaikh pun menyadarinya dan kemudian bertawasul kepada Mursyid hingga mobil yang dikendarai sang Syaikh pun tiba-tiba saja normal kembali.
Begitulah kisah sang Syaikh yang kebetulan penulis mendengar langsung dari Beliau ketika sowan. Jadi kesimpulannya adalah Mursyid ya MURSYID, sebagaimana yang didawuhkan Syaikh Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî dalam Lathaiful Minan [terjemahan, Rahasia Yang Maha Indah] :
Gurumu bukan orang yang kau dengar, akan tetapi, gurumu adalah orang yang kau mengambil darinya.Gurumu bukan orang yang penjelasannya mengarah padamu, akan tetapi, gurumu adalah yang isyaratnya mengalir kepadamu.Gurumu bukan orang yang mengajakmu ke pintu, akan tetapi, gurumu adalah orang yang mengangkat hijab antara dirimu dan DIA.Gurumu bukan orang yang ucapannya tertuju kepadamu, akan tetapi, gurumu adalah yang ahwal ruhaninya membangkitkan semangatmu.Gurumu adalah sosok yang mengeluarkanmu dari penjara hawa nafsu dan mengantarmu menuju TUHAN.Gurumu adalah sosok yang selalu membuat bening cermin kalbumu sehingga cahaya TUHAN bersinar di dalamnya.Ia membangkitkanmu menjuju ALLAH sehinga kau bangkit menuju-NYA. Ia mengantarkanmu hingga sampai kepada-NYA. Ia terus menyertaimu hinga kau berada di depan-NYA dan melemparkanmu ke dalam cahaya hadirat-NYA. Ia berkata, “Inilah dirimu di hadapan TUHANmu.”
aku suka cerita2 gini pak bagus....
ReplyDeleteaku menunggu cerita2 yg menambah keyakinan dlm berguru...
thanks b4
Insya Allah, tapi gak semua bisa dishare di ruang publik.
ReplyDeleteKalau kopi darat aja, kapan-kapan... seru-seru.
kopi darat?
ReplyDeleteAlhamdulillah...., sy diberi kesempatan bisa baca & memahami artikel-artikel di blog ini. terimakasih den bagus... smg sy bisa mengamalkannya dlm kehidupan sehari-hari & bisa bertemu dgn guru sejati
ReplyDelete@HannaHasnaAlhamdulillah, sekedar catatan pribadi ala kadarnya saja... semoga ada manfaatnya
ReplyDelete