Disuwuk kok malah njapani ?

Suatu ketika sang Mursyid memerintahkan muridnya untuk melaksanakan riyadhoh blonyohan untuk murid-murid yang berusia di bawah 40 tahun, agar lebih kuat fsiknya/badannya. Riyadhoh itu dengan melaksanakan puasa dan mengamalkan suatu hizb tertentu.

Salah seorang Gus yang ditugasi, menginformasikan dan menawarkan kepada jamaah di daerah tempat tinggal si Gus tadi.

Hari terakhir riyadhoh, harus dilaksanakan di pondok sang Mursyid, sebab di hari terakhir itu pelaku riyadhoh masing-masing akan diberi 2 lembar kertas untuk menuliskan hizb yang diamalkan tersebut. Satu lembar diserahkan kepada Mursyid dan yang selembar lagi menjadi rajah buat si murid, plus minyak yang harus dioleskan ke suluruh bagian tubuh pelaku riyadhoh. Saat menuliskan hizb itulah sering terjadi kenyataan bahwa yang jago ngaji sekali pun belum tentu lancer dalam menuliskan rangkaian hizbnya, bahkan sampai menghabiskan berlembar-lembar kertas. Tetapi sebaliknya, yang tidak bisa ngaji malah lancar menulisnya, beberapa menit saja sudah selesai.

Setelah penulisan hizb selesai, tibalah saatnya blonyohan [mengoleskan minyak ke seluruh badan] dan harus habis. Nah, di sinilah nakalnya murid. Tiap murid punya tabiatnya sendiri-sendiri. Ada dua contoh kasus yang hampir serupa.

Salah seorang murid ada yang sukanya adu ayam, maka dia berpikir kalau ayamnya ikut diolesi minyak itu, maka pasti akan jadi ayam sakti. Maka disisakannya sedikit minyak blonyohan tersebut dan diolesilah ayamnya dengan itu. Ternyata ayamnya MATI !!!

Ada juga yang melakukan hal seperti itu, namun dioleskan pada kambingnya. Hasilnya pun sama, MATI !!!

Maka si Gus ini pun memarahi mereka : Kowe iku disuwuk kok malah njapani !!! [Kau ini didoakan kok malah memanterai].