Sekian tahun lalu sekitar tahun ’91, bersama kawan-kawan bekerja bakti untuk bersih-bersih sebuah gedung di sebelah utara masjid lingkungan rumahku yang saatini sudah semakin bagus dan berfungsi untuk lembaga pendidikan play group dan taman kanak-kanak.
Gedung itu terdiri dari dua lantai. Saat sedang membersihkan gedung itu, ada seorang Bapak yang ternyata tinggal di rumah pojok depan masjid itu yang kemudian memanggil penjual soto daging Madura. Jadilah waktu itu kami semua dibelikan soto daging Madura. Alhamdulillah. Pas lapar pas ada yang mengirim makanan.
Beberapa tahun berikutnya, si Bapak itu meninggal dunia. Beliau meninggalkan seorang istri dan seorang anak gadis yang ehm.. ehmm… rupawan. Praktis sejak usia SD, si anak ini hanya diasuh oleh sang ibu. Kebetulan sang ibu juga aktif di yayasan masjid itu sebagai salah satu ketua bidang.
Gedung itu terdiri dari dua lantai. Saat sedang membersihkan gedung itu, ada seorang Bapak yang ternyata tinggal di rumah pojok depan masjid itu yang kemudian memanggil penjual soto daging Madura. Jadilah waktu itu kami semua dibelikan soto daging Madura. Alhamdulillah. Pas lapar pas ada yang mengirim makanan.
Beberapa tahun berikutnya, si Bapak itu meninggal dunia. Beliau meninggalkan seorang istri dan seorang anak gadis yang ehm.. ehmm… rupawan. Praktis sejak usia SD, si anak ini hanya diasuh oleh sang ibu. Kebetulan sang ibu juga aktif di yayasan masjid itu sebagai salah satu ketua bidang.
Nah, setelah anak-anakku menginjak usia sekolah yang tentunya pendidikan dininya aku percayakan di lembaga pendidikan masjid itu, maka hampir tiap hari aku mengantarkan mereka ke sekolah. Dan biasanya aku melihat sang putrid saat dia berangkat bekerja. Ouw… sudah besar rupanya dan dia bekerja di salah satu bank plat merah negeri ini.
Sekian bulan lalu, tak pernah kutemui lagi kemana si Putri itu. Timbul tanya dalam hati, ke mana gerangan dia ? Ah… tapi biasanya informasi akan datang sendiri. Benarlah begitu, tanpa sengaja ketika mamanya anak-anak main ke ibu itu, tanpa direncana dan tanpa disengaja pula menanyakan si Putri itu, maka mengalirlah kisah sedih dari sang ibu tentang putrinya.
Putrinya yang sejak kecil dirawatnya seorang diri sampai masa dewasa ternyata telah jatuh hati pada seorang lelaki yang merupakan putra dari salah seorang direktur tempat sang putri bekerja. Sebenarnya hal itu bukanlah masalah, hanya sayangnya, lelaki itu menganut keyakinan di luar Islam. Jadi lelaki itu dan keluarganya merupakan non muslim dan inilah yang disayangkan oleh si Ibu. Berbagai cara telah diusahakan agar hubungan kasih putrinya tidak berlanjut tapi pada kenyataannya putri ibu itu tetap ngotot dan lebih memilih lelaki itu dibandingkan dengan ibunya sendiri. Menikahlah mereka dan si ibu dengan terpaksa melepaskan putrinya memilih jalan hidupnya sendiri.
Mengetahui kisah ini, ikut menyesal rasanya, kok bisa ya ? Sejak kecil berdua hanya dengan ibunya, setelah dewasa kok berani dan teganya ia meninggalkan ibunya yang telah berusaha menjaga keislamannya.
Hal itu telah terjadi. Meskipun anaknya sendiri, ternyata orang tua juga tidak berarti bisa mengendalikan anaknya, orang tua juga tidak berarti bisa tetap menjaga hidayah Allah untuk anaknya. Bagi si anak, kenyataan yang terjadi bahwa ia telah meninggalkan aqidahnya tidak bisa menjaganya, meskipun secara akal dia memang mempunyai kebebasan untuk itu.
Sungguh, hal itu sangat mungkin terjadi pada diri kita dan keluarga kita karena meskipun kelihatannya kita semua memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan-pilihan dalam kehidupan kita, tetapi sesungguhnya kebebasan kita itu adalah dalam kerangka ketidakbebasan. Pilihan-pilihan yang kita lakukan sesungguhnya adalah pilhan-Nya untuk kita. DIA-lah yang maha membolak-balikkan hati kita, karena itulah kita diajarkan untuk selalu memohon tetapnya iman, terangnya hati dan keselamatan hidup dunia-akhirat.
Q.S. Al Qashash [28:68] : warabbuka yakhluqu maa yasyaau wayakhtaaru maa kaana lahumu lkhiyaratu subhaanallaahi wata'aalaa 'ammaa yusyrikuun [Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)]
Menurut Syaikh Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî dalam “Mengapa Harus Berserah” (terjemahan dari : al-Tanwîr fi Isqâth al-Tadbîr) ayat tersebut di atas mengandung beberapa pengertian :
- “Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya” mengandung kemestian bagi hamba untuk tidak ikut mengatur bersama Allah, karena jika Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki berarti Dia juga yang mengatur sesuai kehendak-Nya. Jadi, yang tidak mencipta tidak berhak untuk ikut mengatur.
- “Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka” mengandung dua pengertian, yaitu :
Pertama, mereka tidak layak memilih dan tidak layak pula untuk merasa lebih berhak dari Allah dan yang kedua, pengertiannya adalah bahwa mereka tidak punya pilihan atau dengan kata lain bahwa Allah tidak memberikan pilihan itu kepada mereka dan tidak pula membuat mereka merasa lebih berhak atasnya. - “Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan” menegaskan bahwa hanya Allah-lah yang memilih dan bahwa mereka tidak bisa ikut memilih bersama-Nya. Ayat itu menjelaskan bahwa siapa pun yang merasa dapat memilih bersama Allah berarti telah musyrik, karena mengaku memiliki hak rubûbiyah.
Semoga ada hikmahnya.
wah,,, pentingnya iman...
ReplyDeletesayang yua, si gadis rupawan itu..
yah aku turut mendoakan saja dia selalu dpt pitulungan Allah. amin