Pagi-pagi dah terharu…… jam tujuh nyampe kantor, nge-check kerjaan anak-anak dan sebagainya, trus naik ke lantai 2, nyicil me-maintaining kompi warnet yang di smooking area, kulihat seorang ibu dalam posisi duduk tertidur di sofa. Yang bikin trenyuh, di sampingnya tertidur pula anak laki-lakinya seusia kira-kira tujuh atau delapan tahun dalam posisi terbaring. Dengan pakaian seadanya dan sedikit buntalan tas di sampingnya. Timbul tanya dalam hati, siapa mereka ?
Keluar dari smooking area, masih tertidur rupanya mereka. Aura mereka yang tertangkap olehku langsung membuahkan keharuan di hati. Ealah… yo… yo….
Kutanyakan pada anak-anak, si Ibu ini semalam datang sekitar jam sepuluhan, kebetulan berbincang dengan salah seorang customer cukup lama dan akhirnya ikut masuk ke warnet. Dibelikan makanan dan jajanan buat mereka dan sebelum customerku ini pulang, dia sudah berpesan agar kalau si Ibu ini pesan makanan atau apa tolong dilayani nanti biar dia yang membayarnya. Salut !!!
Barusan jam satuan si customerku sudah datang lagi dan bertemu lagi dengan si Ibu ini beserta anaknya dan gak usahlah aku uraikan. Ada cerita negatif tentang si Ibu ini, tetapi bagiku itu adalah sebuah keterpaksaan saja.
Saat hidup tidak mempunyai pilihan, saat ada tangung jawab yang harus dipikul di pundak, saat tak ada orang yang perduli, saat tak tahu apa yang harus dilakukan, maka sangat-sangat mungkin seorang terganggu jiwanya. Sangat-sangat mungkin seseorang melakukan sesuatu tanpa malu. Apalagi saat seseorang memang sedang menjauhi tuhannya.
Ke mana suaminya ? Di mana keluarganya ? Dari mana mereka berasal dan hendak ke manakah mereka ? Tak tahu arah, tak tentu langkah. Ah… begitu banyak yang seperti itu di negeri ini.
Celaan ? Jangan, lebih baik doa yang tulus dari dalam hati yang terpanjatkan kepada-Nya walau tanpa suara.
Lagi-lagi aku hanya bias terharu… lagi-lagi aku cuma bisa berdoa…