Home » » Lupa

Lupa

Written By BAGUS herwindro on Jan 24, 2010 | January 24, 2010

LUPA, mungkin merupakan suatu peristiwa yang sering kita alami. Lupa, itu banyak ragamnya dari tingkat yang ringan sampai tingkat yang akut, dari hal yang sederhana sampai hal rumit, dari yang sebentar sampai yang lama atau bahkan cenderung permanen.

Bagaimana lupa itu terjadi, mari kita tidak membahasnya pada tulisan ini, tanyakan saja pada ahlinya yang mempelajari cara kerja otak dan pikiran. Yang jelas semoga kita semua dihindarkan dari lupa akan jati diri kita sebagai hambanya gusti Allah agar kita dihindarkan dari bersikap jumawa tidak beradab di hadapan gusti Allah. Aamiin. Semoga juga para suami tidak melupakan pertemuannya dengan istri mereka dulu, sehingga para suami tidak sampai melupakan istri mereka bahkan na'udzubillah jangan sampai melupakan anak-anak mereka, darah daging mereka yang mereka itu ikut mengukir jiwa raganya. Aamiin. Banyak yang seperti itu di sekitar kita.

Yang ringan-ringan saja. Handphone rasanya saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok, dari mereka yang benar-benar membutuhkan fungsinya samapai yang hanya sekedar gaya saja mengikuti tren yang ada, mulai dari yang cuma dipakai telpon dan sms saja sampai yang memang memanfaatkan semua fitur yang dibenamkan di handsetnya. Handphone tidak pernah lepas dari diri kita, ibarat orang jaman dahulu yang tidak pernah melepas senjata pusaka dari pinggangnya. Tetapi, pernahkah kita pada suatu hari tidak membawa handphone, lupa - ketinggalan di rumah atau pun lupa menyimpannya di mana ?

Nah, ketika kita menyadari bahwa kita lupa tersebut sedangkan posisi HP kita jauh di rumah atau entah ada di mana kita mencarinya tidak menemukannya, bagaimana sikap hati kita ?

Sikap hati kita ketika kita lupa sebagaimana contoh tersebut di atas, mungkin sedikit banyak bisa menjelaskan posisi kita di hadapan tuhan kita.

Ketika sadar kita lupa, apakah ada kata-kata semacam ini dalama hati kita, "Aduh.... dan seterusnya dan sebagainya". Kalau ada semacam itu, berarti kita tidak sabar menghadapi lupa kita, berarti kita masih jauh dari maqom sabar. Mensyukuri lupa itu pasti tidak ada juga kan ? Berarti kita masih jauh dari maqom syukur. Kalau sabar dan syukur tidak ada di hati kita, berarti kita tidak mungkin bisa ridho atas lupa kita, berarti kita masih jauh dari maqom ridho. Kesimpulannya ..... ? Ya disimpulkan sendiri saja posisi kita bagaimana di hadapan gusti Allah, pastinya lemah, hina, kufur dan seterusnya, wis pokok'e elek tok, astaghfirullah.... duh Gusti nyuwun ngapura.

Makanya di pengajian kemarin, salah satu yang diajarkan Syaikh Luqman adalah bahwa kita tidak usah atau jangan heran atau jangan kagum pada orang yang mengambil uang dari sakunya kemudian diberikan ke orang lain, mengambil lagi diberikan lagi begitu seterusnya, uang di sakunya tidak pernah habis-habis ibarat mata air yang tidak pernah kering. Jangan heran, jangan kagum, biasa saja, lha wong seperti itu kan di dunia saja, pasti terbatas. Kita baru boleh kagum pada orang yang di sakunya ada uang, tetapi ketika orang tersebut merogoh dan hendak mengambil uang di sakunya, tiba-tiba saja uang itu hilang, tetapi orang itu biasa saja, roman mukanya tidak berubah sedikit pun, tetap biasa saja, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Nah itu boleh kagum.

Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger