Jangan
mikir terus, olah raga biar gak cepat mati.
Mendengar
kalimat ini, yang terbetik pertama kali di kesadaran adalah bahwa ini adalah
kalimatnya manusia atau bahasa manusia yang mengingatkan urusannya manusia. Mati
adalah batas usia dan itu adalah urusan Tuhan, namun usaha untuk menjaga
kesehatan adalah urusannya manusia dan harus diusahakan sebaik mungkin, salah
duanya adalah dengan tidak banyak berpikir sesuatu yang seharusnya tidak usah
dipikir dan dengan berolah raga dalam rangka menjaga
kesehatan.
Weleh-weleh…
tak
terhiraukan selama ini masalah olah raga untuk mengimbangi akal yang terus
menerus berpikir dengan produksi pikiran yang tak selalu dan tak semua baik,
bahkan kecenderungannya adalah banyak yang kurang baik.
Yang
tak kunjung mau “eling dan waspadha” biasanya yang kalah
pertama kali adalah badannya alias fisiknya atau jazadnya sebagai lapisan
terluar dari manusia. Saat manusia sakit, sebenarnya tak bisa dikatakan
benar-benar sakit sampai benar-benar tak ada faktor di luar tubuh fisiknya yang
mempengaruhi dan itu sangat jarang terjadi. Kehidupan di jaman sekarang dengan
jumlah manusia yang semakin banyak, tingkat persaingan yang begitu tinggi yang
tentu saja dengan ragam persoalan yang semakin banyak, sering menyisakan
kelelahan jiwa yang sangat jika tak ada kesadaran untuk sumeleh alias kerelaan menerima apa pun
kondisi yang ada.
Namun
sumeleh atau kerelaan itu jangan
diartikan sebagai sikap diam terhadap apa pun atau siapa pun meski itu tak baik
misalnya, tetapi kerelaan itu berarti tidak ada muatan emosi negatif yang
menyertai suatu kondisi dalm arti perasaan tetap baik meskipun kondisi yang ada
direspon sebagai sesuatu yang tidak baik oleh pikiran. Andai ada orang yang
menyalahi/menyakiti diri kita, sumeleh atau rela berarti memaafkan
orang tersebut dan itu tidak berarti melupakan, sebab peristiwanya tentu saja
masih terekam di ingatan namun yang terpenting adalah bahwa muatan emosi
negatifnya telah ternetralkan. Kok
yang tidak mengenakkan, yang kelihatannya enak saja bisa jadi penyakit kok.
Contohnya, jatuh cinta. Jatuh cinta itu bisa jadi penyakit lho kalau tidak bisa sumeleh, setiap teringat bisa deg-degan,
lha kalau terus dibiarkan bisa kena penyakit jantung itu minimal bisa terkena syndrome malarindu… he… he… he…
Begicu.
Kalau
diurutkan kira-kira seperti ini :
Sumeleh
atau kerelaan itu adalah akhlaq dan itu adalah ekspresi dari hati yang éling /
ingat / sadar / taqwa. Saat sebuah situasi direspon oleh pikiran sebagai suatu
beban / hambatan / halangan yang tentu saja tidak mengenakkan, sedangkan pada
saat itu kondisi kesadaran hati sedang
terbenam, maka yang terekspresikan tidak mungkin kerelaan atau sumeleh melainkan adalah yang sebaliknya
yaitu keluhan dan itu pasti hanya akan membuat kondisi perasaan yang tidak
nyaman yang pada akhirnya akan memperkuat respon pikiran menjadi semakin tidak baik. Saat itulah titik awal
terjadinya rasa sakit, sebab saat itu biasanya terjadi kekacauan pola energi
tubuh [hayat] yang apabila tidak segera diselaraskan kembali akan sangat
berpengaruh buruk pada tubuh fisik [jazad]. Ogan-organ tubuh akan mengalami
degradasi dengan tidak berfungsi secara optimal sebagaimana default kodratnya. Tidak bisa sumeleh terhadap suatu kesalahan atau
perbuatan dosa yang pernah dilakukan, juga sangan berkemungkinan untuk mengalami
hal yang serupa.
Titik
awal itu tentunya akan terekam pula dalam ingatan, sehingga saat di waktu lain
ada pemicu yang serupa, rekaman itu akan muncul kembali dan akan terjadi pula
pengulangan kekacauan energi yang pada akhirnya mendegradasi fungsi organ tubuh
hingga sakit.
Yang
responnya spontan biasanya pusing, sesak napas, mual, shock, lemas dan bahkan
pingsan. Sedangkan yang responnya lambat biasanya muncul berupa diare, obesitas,
impotensi, alergi dan sering juga terdeteksi sebagai penyakit dalam seperti
hipertensi, hepatitis, diabetes, kanker dan sebagainya.
Penumpukan
dan pengurasan energi
Dalam
kondisi normal, energi tubuh terus menerus bersirkulasi ke seluruh bagian tubuh
secara merata. Namun karena adanya faktor pemicu yang merupakan titik awal
kekacauan energi sebagaimana yang tersebut di atas, energi tubuh tersebut bisa
jadi menumpuk atau mungkin juga terkuras dan pada waktu berikutnya akan
menimbulkan gangguan secara fisik. Menumpuk itu bisa divisualkan seperti bentuk
cembung, sedangkan terkuras seperti bentuk cekung.
Salah
satu contoh sederhana penumpukan energi adalah saat cemas menghadapi sesuatu,
kekacauan energi tubuh akan membuatnya mengalir hanya di satu area saja yaitu di
sekitar diafragma, sehingga di diafragma akan terjadi penumpukan energi yang
akan mengakibatkan gangguan fisik di sekitas diafragma seperti jantung berdetak
lebih kencang atau sesak nafas atau mual atau perut mulas. Bila hal tersebut
dibiarkan saja, dalam arti kecemasan itu dipelihara bisa jadi dalam jangka
panjang seseorang akan terkena gangguan jantung, astma atau mag kronis, bahkan
sampai paranoid.
Sedangkan
salah satu contoh sederhana pengurasan energi adalah saat terjadi keterkejutan
luar biasa dalam menggapi suatu peristiwa dalam arti sampai mengguncang jiwa.
Biasanya akan langsung terjadi pengurasan energi di seluruh tubuh yang akan
menyebabkan shock atau bahkan pingsan.
Sebenarnya
memang ada teknik-teknik praktis dalam kondisi kritis yang bermanfaat untuk
menangani penumpukan atau pun pengurasan energi, hingga sirkulasi energi kembali
lancar, namun tidak dalam bahasan ini, sebab secara preventif bisa diminimalisir
dengan rutin berolah raga.
Olah
Raga
Olah
raga di samping dari segi fisik memang bermanfaat untuk memadatkan massa tulang
dan otot, memperlancar peredaran darah dan pernafasan, dari segi energi pun olah
raga membantu menyelaraskan sirkulasi energi ke seluruh tubuh, mengurangi
penumpukan energi serta menutup pengurasan energi.
Hal
tersebut efektif terutama untuk olah raga dengan gerakan yang mengaktifkan
seluruh persendian tulang sesuai bentuk sendinya masing-masing dan contoh
gerakan tersebut adalah gerakan shalat. Maka shalat dengan minimal empat rakaat
biasanya sangat membantu terjaganya keseimbangan dan keselarasan energi tubuh.
Namun jangan sampai melakukan shalat dengan niat berolah raga, namun gerakan
shalat dapat diadopsi sebagai gerakan olah raga, insya Allah akan besar
manfaatnya.
Maka
olah raga memang efektif untuk mengimbangi belum mampunya seseorang untuk bisa
sumeleh, sehingga jazad atau tubuh
fisik secara preventif lebih terjaga kesehatan dan kebugarannya. Minimal,
fisiknya bisa lebih sehat dan bugar, walau pun jiwanya belum bisa seperti
itu.
Angka
9
Jangan
tanya kenapa dengan angka 9, ini hanya soal kebiasaan saya menghitung dengan
bilangan 9 ~ katanya efektif untuk mengeluarkan energi yang kurang baik dan
selanjutnya pada putaran 9 berikutnya berfungsi untuk menyerap energi yang lebih
baik. Mungkin kalau ada yang mau meniru ya monggo …
Pertama,
stretching
Saya
biasa mengawali dengan melakukan peregangan otot secara urut, mulai badan,
tangan dan kaki.
Kedua,
putaran sembilan
Memutar
/ menggerakkan bola mata melingkar ke arah kanan 9x dan kemudian ke arah kiri
9x.
Memutar
leher ke arah kanan 9x dan kemudian ke arah kiri 9x.
Memutar
pangkal lengan ke arah belakang 9x dan kemudian ke arah depan
9x.
Memutar
pinggul ke arah kanan 9x dan kemudian ke arah kiri 9x.
Memutar
lutut ke arah kanan 9x dan kemudian ke arah kiri 9x.
Memutar
tumit dengan bertumpu pada jari kaki, ke arah luar 9x dan kemudian ke arah dalam
9x.
Berdiri
tegak, angkat kedua tangan ke atas sejajar telinga, bungkukkan badan hingga
ujung jari menyentuh lantai [kalau bisa mencium lutut], kemudian jongkok [kedua
tangan lurs ke depan], membungkuk lagi dan kemudian menegakkan badan dengan
tangan terangkat ke atas seperti semula, 9x.
Ketiga,
gerakan pegas
Monggo
kalau berkenan bisa langsung ke TKP (Tempat Koleksi Posting) : http://denmasbagus.blogspot.com/2012/07/segar-bugar.html
Yang
khusus…
Ada
olah raga yang sederhana namun efektif dalam rangka menjaga kesehatan dan
kebugaran tubuh, namun tentu saja apabila dilakukan dengan benar. Olah raga itu
adalah push-up. Push-up 100X ? He… he…
he…
Saat
melakukan push-up, tumpuan berat badan tubuh adalah di kedua tangan, sedangkan
kontraksi otot `kan terjadi hamper di seluruh bagian tubuh, yaitu otot lengan,
otot punggung, otot perut dan otot kaki, yang tentu saja sangat bermanfaat untuk
mengencangkannya. Efektif dalam menjaga tulang punggung tetap tegak dan efektif
juga untuk meratakan perut yang buncit.
Sebuah studi dari University of Greifswald yang dilakukan selama tujuh
tahun, menunjukkan bahwa rajin melakukan push up dapat meningkatkan
kadar testosteron dalam tubuh. Testosteron ini berfungsi mencegah risiko
diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Maka...
Saat saya merasa sakit, hal pertama adalah mewaspadai diri saya sendiri, adakah suatu hal yang belum bisa saya relakan ? Seandainya saya berani jujur menelusuri dan ternyata menemukan hal-hal yang belum bisa saya relakan, maka saya berusaha rela bahwa saya velum bisa merelakan. Hingga, paling tidak saya merasa rela menerima rasa sakit saya sebagai bentuk kasih sayangNya Gusti Allah untuk melebur dosa saya karena belum bisa rela menerima ketentuan takdirNya. Kira-kira begitu
Terakhir…
Semoga
DImampuKAN untuk selalu rutin berolah raga apa pun itu bentuknya dalam rangka
menjaga amanah raga yang memfasilitasi diri kita untuk berbuat kebaikan sebagai
abdinya Gusti Allah selama masih ada ruang dan waktu bagi diri
kita.
Semoga
pula DImampuKAN untuk bisa sumeleh
atau berserah diri di hadapanNYA dengan selalu merespon setiap detik kehidupan
yang telah digariskanNYA untuk kita dengan akhlaq sabar, syukur dan ridho.
Aamiin 1717X.
.::
Segala peristiwa, semua fenomena dan seluruh kisah nyata yang terhampar akan
tersia begitu saja saat tak ada kesadaran meremah hikmah yang pasti dan selalu
ada menyertainya, bahkan justru di sudut-sudut kecilnya yang sering tak
terhiraukan. ::.
Demikianlah.