Home » » Asal usil, SAMBAT

Asal usil, SAMBAT

Written By BAGUS herwindro on Feb 27, 2013 | February 27, 2013

Sebagaimana biasanya, terkadang Cak ZhudhrunH didatangi oleh kenalan-kenalannya baik yang sudah lama kenal maupun yang baru kenal lewat kenalannya yang lain, juga yang sudah lama dekat atau yang baru mendekat. Bukan hal yang penting, sekedar mengobrol ringan sambil ngopi dan nyamil seadanya, namun ada kalanya beberapa kawan ingin mengetahui hal-hal yang membuat mereka penasaran karena pancingan-pancingan yang sering dilontarkan Cak ZhudhrunH.

Demikian juga dengan malam itu, sepulang kerja si Cacak yang satu itu ternyata sudah ditunggu oleh beberapa kawannya di beranda depan rumahnya. Obrolan-obrolan ringan dari satu topik ke topik lainnya yang tak lupa diselingi gurauan segar penyegar jiwa.

Tak terasa waktu pun merambat kian malam dan rasanya bagi kawan-kawan Cak ZhudhrunH sudah waktunya untuk berpamitan pulang, namun ternyata di akhir obrolan itu, Ning Anyel melontarkan suatu pertanyaan kalau tak boleh disebut sebagai keluhan, sebuah pertanyaan sekaligus pernyataan yang masih terkaitpaut dengan apa yang mereka obrolkan sebelumnya.

Kebetulan Ning Anyel ini memiliki kepekaan lebih, kebetulan juga dia memiliki seorang sahabat sebut saja Ning Memel dan antara kepekaan serta persahabatan itu ternyata berefek kurang baik bagi Ning Anyel sebab dia sangat-sangat bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya itu. Jadi saat sahabatnya itu dalam kondisi down, dia pun bisa dengan tiba-tiba merasakan hal yang sama dan itu melelahkan.

“Aku itu pengennya bisa mutus itu Cak… aku kan capek kalau seperti itu terus…”, kata Ning Anyel.

“He… he… he… siapa namanya ?”, jawab Cak ZhudhrunH yang bersiap langsung mengeksekusi kondisi itu.

“Memel Cak…”, sahut Ning Anyel.

“Hiya… tak usah kau sebutkan namanya, pejamkan matamu, hadirkan saja ia di pikiranmu dan rasakan !”, jawab Cak ZhudhrunH dan melanjutkannya lagi, “Pakai baju warna apa dia sekarang ?”.

“Pink Cak… dia lagi senang ini… xixixixi”, jawab Ning Anyel sambil juga cekikikan mungkin sama seperti yang sedang dilakukan sahabatnya itu.

Cak ZhudhrunH pun menimpali, “Kira-kira, saat ini keterhubunganmu dengannya kalau bisa disimbolkan begitu seperti apa atau kalau digambarkan seperti bagaimana ?”.

“Maksudnya Cak ?”, ujar Ning Anyel dengan tetap memejamkan matanya.

“Ya mungkin keterhubunganmu dengan sahabatmu sekarang ini bisa disimbolkan dengan adanya tali atau kabel yang menghubungkanmu dengannya atau mungkin dalam gambaran sebagaimana engkau dan dia berkomunikasi dengan HP ?”, jelas Cak ZhudhrunH.

“Iya Cak… HP.”, jawab Ning Anyel

“Nah kalau begicu… sekarang matikan HPmu dengan menekan tombol merah !”

“Sudah Cak.”

“Kalau sudah sekarang cari nama sahabatmu itu memori HPmu !”

“Ketemu Cak.”

“Remove !!!”

“Sudah Cak.”

“Cari lagi pastikan sudah tidak ada namanya di memori HPmu !”

“Masih ada Cak satu…”

“Remove !!!”

“Gak bisa Cak !”, jawab Ning Anyel dengan ekspresi sedikit menegang.

“HAPUS !!!”, perintah Cak ZhudhrunH tegas.

“Gak bisaaaaa Cak….. ah… ternyata aku yang gak tega Cak… aku terlalu sayang sama dia”, jawab Ning Anyel sambil tertawa.

“He… he… he… lha nek mbok gawe-gawe dewe yo gak usah sambat, kalau ternyata engkau sendiri yang menghendaki ya gak usah mengeluh… !”, sahut Cak ZhudhrunH sambil terkekeh mengakhiri sesi itu.

Dan yang ada di situ pun tertawa semua seakan mengerti tentang semua yang dilakukan Cak ZhudhrunH sedari tadi, mencoba membantu merekonstruksi pola pikir Ning Anyel sekaligus mengejar kesungguhan keinginannya dan juga sambil mencari akar masalah dari apa yang dikeluhkannya.

“Makanya berusahalah selalu waspada terhadap diri sendiri, terhadap semua keinginan dan segala keluhan, kejar terus dengan pertanyaan-pertayaan pada diri sendiri hingga pada akhirnya terkuak apa yang sebenarnya ada di pikiran dan perasaan kita, sebab biasanya segala permasalahan selalu berawal dan bersebab dari diri kita sendiri bukan dari faktor di luar diri kita. Terpenting, selalu ikuti kata hati namun juga tetap wasapada bahwa jangan-jangan kata hati kita sudah termanipulasi oleh pikiran atau hawa nafsu kita sendiri. Itu !!!”


:: DEMIKIANLAH ::
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger