Sungguh dan sesungguhnya, benar dan sebenarnya bahwa seutas benang apa pun
warnanya tak akan bisa kita menegakkannya apalagi jika benang itu dalam keadaan
basah. Lalu apa kaitannya benang yang tak bisa kita tegakkan dengan Benang MERAH
yang saya jadikan judul tulisan ini ? Sungguh dan sesungguhnya, benar dan
sebenarnya bahwa itu tidak ada hubungannya sama sekali, seperti biasa, ini
hanyalah sekedar prolog yang nantinya bisa berhubungan atau bahkan tidak
berhubungan sama sekali, tinggal dari sudut pandang yang mana Panjênêngan memandangnya atau bisa juga
dari bingkai apa yang Panjênêngan
nanti akan sematkan. Yang jelas, menurut berita terakhir yang saya terima,
hubungannya baik-baik saja.
-----------------
Benar dan sebenarnyalah manusia
tidak memiliki saham apa pun dalam hidupnya, sebab sejak masa awal sebelum
kelahirannya pun, semua potensi yang berguna untuk mendukung kehidupannya sudah
disediakan oleh Gusti ALLAH. Maka, sungguh dan sesungguhnyalah bahwa manusia
tidak memiliki daya apa pun kecuali kalau dia diberi daya oleh Gusti
ALLAH.
Hidup yang sesungguhnya itu
tidaklah semudah dan segampang sebagaimana yang dikatakan oleh para motivator,
kecuali bagi mereka yang bersedia membuka pikirannya dan meluaskan hatinya serta
terus menerus memproduksi kebaikan dalam setiap detail dan detik kehidupannya.
Hidup memang tidak mudah, penuh hambatan, rintangan, ujian dan cobaan. Itulah
seninya, sebuah perjuangan. Untuk itu diperlukan kekuatan sebagai sarana untuk
mengatasinya agar bisa terlampaui dengan baik yang kebaikannya tidak hanya untuk
diri sendiri melainkan kalau bisa juga dirasakan oleh sesama
makhluq.
Para nabi dan rasul yang
dipamungkasi oleh Kanjeng Nabi Muhammad selalu memperkenalkan Gusti Allah.
Ummatnya selalu diajak untuk éling / sadar /
taqwa kepada Gusti Allah. Setiap kali merasakan detak jantung, setiap kali pula
merasakan kehidupan yang mengaliri dan setiap kali itu pula diajak untuk
éling / sadar /
taqwa kepada sumber kehidupan kita yaitu Gusti Allah. Setiap kali merasakan
tarikan dan hembusan nafas, setiap kali pula merasakan kehidupan yang mengaliri
dan setiap kali itu pula diajak untuk éling / sadar /
taqwa kepada sumber kehidupan kita yaitu Gusti Allah. Maka, tiada jantung
berdetak kecuali teriring dzikir kepadaNYA. Tiada tarikan dan hembusan nafas
yang terlewat dari iringan dzikir kepadaNYA. Dengan dzikir yang éling / sadar /
taqwa, hati menjadi tenang walau itu bukan tujuan. Dengan hati yang tenang,
pikiranpun menjadi terang. Buah dari semua itu biasanya terjadi perubahan akhlaq
menjadi lebih mulia. Bukankah salah satu tugas Kanjeng Nabi Muhammad adalah
memperbaiki akhlaq ?
Manusia tanpa daya, tanpa
kekuatan, kecuali Gusti Allah yang memberinya dan ternyata Gusti Allah memberi
kekuatan itu melalui kemuliaan akhlaq.
Dengan akhlaq mulia tanpa cela, Kanjeng Nabi Muhammad membuat dunia terang
benderang dari yang sebelumnya gelap gulita. Dengan kemulian akhlaq, para
pewaris nabi dan rasul melintasi jamannya masing-masing menanamkan iman, menebar
kebaikan dan mengukir teladan yang keberkahannya masih tetap dapat kita unduh
dan rasakan hingga detik ini.
Dengan akhlaq mulia, potensi yang
sudah dikaruniakan Gusti Allah bisa terungkap secara optimal sebagai bekal
melintasi jalan yang harus dilalui dalam kehidupan, sehingga andai ada beban
yang berat atau persoalan yang rumit atau permasalahan yang sulit maka
seakan-akan mempunyai kemampuan lebih untuk mengatasinya hingga terasa lebih
ringan, sederhana dan mudah. Kira-kira begitu.
Yang sering tidak diyakini oleh
mereka yang mengandalkan logika biasanya adalah apakah memang ada korelasi
antara akhlaq yang berdimensi spiritual dengan kondisi kehidupan manusia yang
bersifat material ?
Ternyata di antara kedua hal tersebut ada Benang
MERAHnya.
Ada seorang yang lebih dari 30
tahun melakukan pengamatan tentang spiritualitas, David R.Hawkins M.D., Ph.D.
Kira-kira penjelasannya sebagai
berikut :
RASA MALU
:: Level energi 20 ::
Rasa malu merupakan emosi yang
sangat berbahaya karena beroperasi dekat dengan kematian. Sering kali, rasa malu
ini menjadi pendorong orang, baik secara sadar maupun tidak sadar, untuk
melakukan bunuh diri. Rasa malu sangat merusak emosi dan kesehatan psikologis.
Rasa malu tampak dalam perilaku takut kehilangan muka atau takut tidak "jadi"
orang. Dalam masyarakat efek dari rasa malu ini tampak dalam bentuk pengucilan
yang dilakukan terhadap orang yang dianggap sebagai penyebab timbulnya rasa
malu.
Dampak dari rasa malu yang tampak
dalam perilaku seseorang di antaranya adalah : harga diri rendah, mudah sakit,
pemalu, menarik diri dari pergaulan, dan introvert kejam pada diri sendiri dan
orang lain, paranoid, delusi, dan psikosis, kriminalitas yang sangat kejam,
tidak toleran, kaku dan perfeksionis.
Dengan kata lain rasa malu akan
mengakibatkan seseorang memiliki kepribadian yang rapuh sehingga mudah mengalami
berbagai emosi negatif lainnya.
RASA BERSALAH
:: Level energi 30 ::
Rasa bersalah sangat sering
digunakan dalam masyarakat kita untuk melakukan manipulasi dan menghukum orang
lain. Rasa bersalah bisa muncul dalam bentuk-bentuk lain seperti penyesalan,
masoschism (kenikmatan seksual yang didapat melalui penyiksaan baik secara fisik
maupun emosi), dan perasaan diri sebagai korban.
Perasaan bersalah yang tidak
disadari karena terpendam jauh dalam pikiran bawah sadar akan mengakibatkan
berbagai penyakit psikosomatis, kecenderungan untuk mengalami kecelakaan dan
perilaku bunuh diri.
Banyak orang yang dihantui oleh
perasaan bersalah sepanjang hidup mereka, yang membuat mereka hidup dalam
penyangkalan dan mentransfer perilaku, perasaan, dan impuls negatif mereka ke
orang di sekitar mereka.
Dampak dari rasa bersalah yang
tampak dalam perilaku seseorang di antaranya adalah : perasaan diri kotor,
perasaan diri tidak berharga, merasa berdosa, bersifat memaksa dan
mengendalikan, mudah marah dan dapat mengarah pada pembunuhan, mendukung
pelaksanaan hukuman mati.
APATIS/PUTUS ASA
:: Level energi 50 ::
Orang yang berada pada level ini
hidupnya miskin, putus asa, dan tidak berpengharapan. Mereka memandang dunia dan
masa depan sebagai sesuatu yang suram, kelabu, dan tidak nyaman. Dalam
masyarakat, level ini adalah level para pengemis, gelandangan, dan orang yang
tidak punya tempat tinggal tetap. Orang yang berada pada level ini dipandang
sebagai orang yang hanya menghabiskan sumber daya.
KESEDIHAN MENDALAM
:: Level energi 75 ::
Ini adalah level kesedihan,
penyesalan, dan perasaan tidak bahagia. Pada level ini orang selalu merasa
kehilangan dan depresi. Ini juga level berduka, bersalah dan kehilangan orang
yang dicintai. Level ini juga adalah level para pecundang dan penjudi. Perasaan
sedih yang mendalam dapat dengan mudah terpicu bila seseorang mengalami
"kehilangan" yang besar (misalnya, anggota keluarga meninggal) saat ia masih
kecil.
TAKUT
:: Level energi 100 ::
Takut adalah hal yang positif.
Bila dilihat dari sudut level energi, takut mempunyai lebih banyak energi
kehidupan daripada level-level di bawahnya. Banyak orang yang hidupnya berjalan
karena didorong oleh perasaan takut. Pada level ini dunia tampak sebagai tempat
yang penuh ancaman dan bahaya. Pikiran yang didasari oleh perasaan takut, bila
tidak dikendalikan, akan berubah meniadi paranoid atau ketakutan yang
berlebihan.
Takut kehilangan akan berubah
menjadi kecemburuan. Takut bersifat menular dan dapat menjadi tren yang dominan
dalam masyarakat. Takut juga digunakan dengan efektif oleh berbagai lembaga
untuk bisa mengendalikan massa. Takut bersifat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan diri dan akan mengakibatkan keterbatasan pengembangan
potensi.
Orang-orang yang takut akan
mencari pemimpin yang kuat, yang mereka pandang telah berhasil menaklukkan
ketakutan, untuk memimpin mereka keluar dari "perbudakan" perasaan takut
mereka.
KEINGINAN
:: Level energi 125 ::
Pada level ini terdapat jauh lebih
banyak energi kehidupan dibandingkan dengan level-level di bawahnya. Keinginan
merupakan pendorong manusia untuk bergerak, menjadi sumber motivasi, termasuk
dalam bidang ekonomi. Televisi, radio, surat kabar dan media massa apa pun
dijadikan alat untuk menjual apa saja terutama menjual gaya hidup sehingga kita
merasa butuh dan menginginkan sesuatu.
Keinginan yang kuat akan
eksistensi diri, uang, prestise dan kekuasaan bila tak terkendali akan menguasai
dan menjadi pendorong keserakahan. Sumber utama masalah yang berhubungan dengan
keinginan bahkan samapi pada tingkat ketagihan adalah bahwa keinginan itu
mengalir sangat deras seperti air sungai dan tidak dapat
terpuaskan.
Di balik sebuah keinginan, apalagi
keinginan yang menggebu-gebu (burning desire), biasanya terdapat emosi takut.
Bisa berupa rasa takut tidak bisa mencapai apa yang diharapkan, takut tidak bisa
mengendalikan sesuatu, takut tidak diterima, takut tidak diakui, ataupun takut
kehilangan rasa aman.
MARAH
:: Level energi 150 ::
Marah dapat mengarah pada dua
kemungkinan tindakan yaitu konstruktif atau destruktif. Penggunaan emosi marah
secara konstruktif dapat membawa perubahan positif dalam masyarakat. Sebaliknya,
emosi marah yang tidak terkendali dapat mengakibatkan pembunuhan, perang,
perusakan, dan berbagai tindakan anarkis lainnya. Keinginan yang tidak
terpenuhi, bila tidak dikendalikan, akan mengakibatkan timbulnya rasa frustrasi
yang selanjutnya akan menimbulkan kemarahan. Kemarahan ini berawal dari
kemelekatan, pemaksaan kehendak dan merasa apa yang diinginkan adalah hal yang
penting dan harus didapat.
Marah muncul dalam bentuk iri,
dengki, benci, sakit hati, tersinggung, dan dendam. Orang pemarah sering kali
bersikap tidak adil, suka membuat keributan/onar, agresif dan suka bertengkar.
Marah mempunyai efek yang sangat negatif terhadap semua area kehidupan.
BANGGA
:: Level energi 175 ::
Rasa bangga adalah kondisi emosi
yang sangat dicari oleh kebanyakan orang. Pada level ini orang akan merasa
nyaman, dibandingkan dengan energi pada level yang bawah. Rasa bangga dapat
menjadi batu lompatan untuk beranjak dari rasa malu, rasa bersalah dan takut.
Rasa bangga walaupun dibenarkan secara sosial ternyata mempunyai level energi
yang negatif. Rasa bangga sebenarnya rapuh karena dapat berubah menjadi rasa
malu.
Rasa bangga adalah dasar dari
perang agama, terorisme, dan fanatisme. Sisi negatif dari rasa bangga adalah
arogansi dan penyangkalan. Rasa bangga menghambat pertumbuhan emosi dan
spiritual. Rasa bangga juga menghambat penyembuhan diri dari ketergantungan pada
sesuatu (misalnya obat-obatan).
BERANI
:: Level energi 200 ::
Power atau kekuatan positif muncul
pertama kali pada level energi 200. Level ini adalah level kritis yang
membedakan antara energi positif dan negatif yang memengaruhi hidup kita. Level
200 juga disebut dengan level pemberdayaan. Ini adalah level eksplorasi,
prestasi, ketabahan, dan keteguhan hati. Pada level ini hidup tampak
menyenangkan, menantang, dan menggairahkan. Pada level BERANI ini terdapat
kemauan untuk belajar hal-hal baru. Ini adalah energi yang dibutuhkan untuk
mempelajari kecakapan baru. Level ini mendukung pertumbuhan dalam bidang
pendidikan dan kekuatan dalam menghadapi rasa takut. Pada
level ini hambatan berubah menjadi tantangan.
NETRALITAS
:: Level energi 250 ::
Pada level ini energi menjadi
sangat positif karena level ini tidak lagi ada keberpihakan, seperti yang
terjadi pada level-level di bawahnya. Pada level di bawah 250 kesadaran
cenderung melihat dikotomi atau perbedaan dan bersikap kaku terhadap hidup. Menjadi netral berarti secara relatif tidak
melekat pada hasil yang ingin dicapai. Posisi netral membuat seseorang
dapat mengatasi pengalaman kekalahan, rasa takut dan
frustrasi.
Level ini adalah awal kepercayaan
diri. Orang tidak mudah terintimidasi pada level ini dan tidak perlu membuktikan apa pun pada siapa
pun. Ini adalah level di mana hidup, secara umum, mengalir dengan baik.
Orang yang bersikap netral mempunyai
perasaan bahagia, tenang, damai, serta merasa aman. Orang pada level
netralitas nyaman untuk dijadikan sahabat atau rekan kerja, tak tertarik pada
konflik, kompetisi atau perasaan bersalah.
Orang pada level netralitas secara
emosi stabil dan nyaman. Mereka bersikap netral, tidak menghakimi dan tidak
ingin mengendalikan perilaku orang lain. Orang pada level ini bersifat mandiri
dan menghargai kebebasan. Oleh sebab itu, mereka jauh lebih sulit untuk
dikendalikan, dipengaruhi, ataupun diprovokasi dibandingkan dengan orang pada
level yang lebih rendah.
KEMAUAN
:: Level energi 310 ::
Level ini adalah pintu gerbang
untuk menuju keberhasilan. Pada level ini pertumbuhan berlangsung dengan cepat.
Orang pada level ini memilih untuk maju dan meningkatkan diri. Kemauan mengandung makna bahwa seseorang
telah berhasil mengatasi resistensi internal terhadap hidup dan
kehidupan.
Level 310 mengindikasikan awal
dari keterbukaan pikiran yang sesungguhnya. Level ini adalah level keramahan
yang tulus dan keberhasilan di bidang ekonomi dan sosial. Orang pada level ini
jarang ada yang menganggur atau tidak bekerja. Mereka tidak risih bekerja di
bidang jasa. Mereka sangat membantu dan memberikan kontribusi positif pada
masyarakat.
Orang pada level ini bersedia dan
berani menghadapi masalah yang berasal dari dalam diri mereka dan tidak
mempunyai masalah di bidang pembelajaran. Mereka mempunyai harga diri yang
tinggi dan hal ini diperkuat dengan respons positif yang mereka terima dari
masyarakat.
Kemauan
berarti responsif terhadap kebutuhan orang lain. Orang pada level ini dapat melakukan koreksi terhadap
diri sendiri, merupakan murid yang hebat, dan mempunyai pengaruh yang besar di
masyarakat.
PENERIMAAN
:: Level energi 350 ::
Ketidakberdayaan yang terjadi pada
level-level bawah berasal dari keyakinan diri bahwa sumber dari apa yang terjadi
pada hidup seseorang atau penyebab dari masalah seseorang itu berada di luar
dirinya.
Pada level ini orang berhenti
memandang diri mereka sebagai korban. Mereka memandang diri mereka sebagai sumber
dan pencipta kebahagiaan mereka sendiri. Dengan demikian terjadilah
transformasi diri yang luar biasa. Orang pada level ini emosinya tenang,
pikiran dan persepsinya terbuka. Mereka tidak tertarik pada benar atau
salah. Mereka lebih tertarik pada penyelesaian masalah. Pada level ini orang
tidak mengeluh karena mendapat pekerjaan yang berat. Mereka fokus pada tujuan
jangka panjang, disiplin, dan cakap. Mereka juga tidak terpengaruh oleh konflik
atau pertentangan. Pada level ini setiap individu dipandang mempunyai hak yang
sama.
BERPIKIR
:: Level energi 400 ::
Ciri utama level ini adalah
intelegensi dan rasionalitas. Inteligensi adalah kemampuan menangani jumlah data
yang besar dan kompleks serta membuat keputusan yang cepat dan benar.
Rasionalitas adalah kemampuan memahami kerumitan hubungan, gradasi, dan
perbedaan yang halus.
Pada level ini orang mampu
melakukan manipulasi simbol sebagai konsep yang bersifat abstrak. lnilah level
ilmu pengetahuan dan pengobatan. lnilah level peningkatan kapasitas dalam
pemahaman dan konsep. Memahami informasi merupakan kunci sukses pada level ini.
lnilah level dari para pemenang hadiah nobel, para jenius, dan para negarawan
besar. lnilah level Einstein, Freud, dan para tokoh penting lainnya yang telah
memberikan pengaruh besar pada masyarakat kita.
Kekurangan atau kelemahan orang
yang berada pada level ini adalah kebingungan antara dunia objektif dan
subjektif yang membatasi pemahaman mengenai hokum sebab akibat. Orang pada level
ini dapat tenggelam dalam ide, konsep atau teori dan tidak memahami hal yang
esensial.
Kemampuan berpikir merupakan
peranti yang sangat efektif dalam dunia teknik. Kemampuan berpikir, sebaliknya, merupakan
suatu penghambat besar untuk mencapai level kesadaran yang lebih
tinggi.
CINTA
:: Level energi 500 ::
Cinta, yang dimaksudkan dengan
level 500, bukan seperti yang digambarkan oleh kebanyakan orang. Apa yang orang
nyatakan sebagai perasaan cinta sebenarnya adalah tidak lebih dari kondisi emosi
yang intens, berupa ketertarikan, kemelekatan, kepemilikan, atau
pengendalian.
Apa yang orang nyatakan sebagai
cinta biasanya bersifat bergantung / dependen, erotis, hal-hal baru, kesenangan,
temporer dan fluktuatif. Suatu hubungan, yang katanya diawali dengan perasaan
cinta namun ternyata berakhir dengan kebencian pasti bukan diawali dengan cinta
pada level ini.
Cinta pada
level 500 ini adalah cinta yang tidak bersyarat, tidak berubah, tulus dan
permanen. Cinta pada level ini tidak berfluktuasi karena sumber cinta berasal
dari dalam diri orang yang mencintai, dengan demikian tidak bergantung pada
faktor eksternal. Cinta, pada level ini, adalah suatu kondisi kesadaran dan
merupakan kebahagiaan sejati.
Hanya 0,4% dari populasi yang pernah
mencapai level ini dalam evolusi kesadaran manusia.
SUKA CITA
:: Level energi 540 ::
Saat cinta menjadi semakin tidak
bersyarat, kita mulai merasakan kebahagiaan yang berasal dari dalarn diri.
Perasaan bahagia ini bukan muncul karena suatu kondisi atau peristiwa namun
perasaan bahagia ini terus ada dalam segala aktivitas yang kita lakukan. Level
540 dan yang lebih tinggi lagi merupakan wilayah kesadaran para orang suci,
spiritual healer, dan para rnurid spiritual tingkat
tinggi.
Salah satu
ciri level ini adalah kesabaran yang luar biasa, persistensi dalam sikap positif
walaupun mengalami hambatan hidup yang luar biasa. Ciri lainnya adalah rasa
belas kasih yang mendalam. Orang yang telah mencapai level ini akan mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap orang di sekitarnya. Pada level 500-an, orang
memandang dunia sebagai sesuatu yang indah dan sempurna. Pada level ini, dunia
dan segala isinya dipandang sebagai ekspresi cinta dan keagungan llahi. Pada
level ini ada keinginan untuk menggunakan kondisi kesadaran seseorang untuk
kebaikan kehidupan dan juga terdapat kapasitas untuk mencintai banyak orang
secara bersamaan.
Orang yang mengalami "hampir mati"
(near death experience) sering kali mengalami level energi antara 540 dan
600.
KEDAMAIAN
:: Level Energi 600 ::
Level energi ini dihubungkan
dengan kondisi kesadaran yang kita sebut dengan iluminasi, pencerahan, dan
realisasi diri. Kondisi ini sangat langka dan hanya dicapai oleh satu dari
sepuluh juta orang.
Saat level ini berhasil dicapai,
perbedaan antara subjek dan objek menjadi tidak ada dan oleh sebab itu tidak
lagi terdapat satu fokus persepsi tertentu.
Beberapa orang pada level ini
meninggalkan keramaian dan hidup menyendiri. Ada pula yang menjadi guru
spiritual, ada pula yang bekerja secara diam-diam demi kemajuan umat
manusia.
Beberapa orang
pada level ini menjadi orang jenius dalam bidangnya masing-masing dan memberikan
kontribusi besar pada masyarakat. Persepsi pada level ini, misalnya persepsi
visual, tampak dalam bentuk gerak lambat. Pada level ini pikiran menjadi :
hening dan berhenti berpikir. Pada level ini, pengamat dan yang diamati menyatu
dalam satu kesatuan identitas yang sama.Pada level ini segala sesuatu tampak
saling terhubung satu sama lainnya oleh suatu daya yang abadi, sangat lembut,
namun sangat kuat.
PENCERAHAN
:: Level energi 700-1.000 ::
Ini adalah level orang-orang
besar, dalam sejarah umat manusia, yang menetapkan pola-pola spiritual yang
pengaruhnya berlangsung hingga saat ini.
Pada level
ini, semuanya terhubung dengan Tuhan. Ini adalah level inspirasi yang luar
biasa. Orang yang mencapai level ini tidak lagi mengalami "diri pribadi'. Ini
adalah level di mana ego telah terlampaui. Level ini adalah pencapaian tertinggi
dari evolusi kesadaran manusia. Pada level ini, tubuh dimengerti hanya sebagai
alat dari kesadaran dan fungsi utama tubuh adalah sebagai alat komunikasi. Apa
yang terjadi pada tubuh bukan hal penting lagi. Ini adalah level nondualitas
atau kesatuan sempurna.
.:: FAKTA MENARIK ::.
1 individu pada level energi 300
setara dengan 90.000 individu di bawah level energi 200
1 individu pada level energi 400
setara 400.000 individu di bawah level energi 200
1 individu pada level energi 500
setara 750.000 individu di bawah level energi 200
1 individu pada level energi 600
setara 10 juta individu di bawah level energi 200
1 individu pada level energi 700
setara 70 juta individu di bawah level energi 200
12 orang di level energi 700
setara dengan 1 orang Avatar di level energi 1.000
-----------------
Silahkan dibaca dan dipahami
menurut persepsi Panjênêngan
masing-masing, silahkan juga menarik Benang MERAHnya / korelasinya / gandéng
rénténgnya dengan
ajaran akhlaq yang kita pahami.
Saya kira dari hasil riset
tersebut dapat kita ambil pelajaran untuk lebih bisa menjelaskan hal-hal yang
bersifat spiritual, salah satunya adalah tentang doa, bagaimana akhlaq batin
kita kepada Gusti Allah saat berdoa dalam hubungannya dengan realisasi fisik
sebagai wujud ijabah doa kita.
Tentunya juga harus diiringi dengan hakikatnya, bahwa sebab Gusti Allah
berkehendak memberi, maka manusia mempunyai keinginan untuk memohon. Direnungkan
sendiri sajalah pokoknya.
Satu hal lagi sebelum Panjênêngan mengakhiri membaca tulisan
ini, saya ajak bereksperimen sederhana. Coba Panjênêngan cari satu obyek benda yang
beratnya kira-kira mendekati batas puncak kemampuan Panjênêngan untuk bisa mengangkatnya
dalam arti bahwa obyek itu masih bias angkat tetapi harus mengerahkan tenaga
yang sangat besar. Cobalah angkat, berat dan harus memaksa bukan ? Nah sekarang
ulangi lagi, tetapi sebelumnya, heningkan diri sejenak, hadirkan kebahagiaan
dalam hati Panjênêngan. Kalau masih
sulit menghadirkan rasa bahagia itu, coba saja ingat-ingat peristiwa di masa
lalu yang menyebabkan Panjênêngan
berbahagia. Rasakan dan bila intensitas rasa bahagia itu sudah memenuhi diri Panjênêngan, silahkan angkat kembali
obyek benda itu tapi tanpa disertai keinginan yang memaksa untuk mengangkat,
jadi santa saja. Saya yakin Panjênêngan akan dengan mudah
mengangkatnya dengan sedikit saja dari kekuatan otot Panjênêngan.