Sebagaimana biasa, setelah khususiyah lima hari yang lalu (15 Oktober 2010), Kang Wasi’ memberikan sedikit pesan berkaitan masalah riyadoh puasa menjelang Haul Akbar PETA. Bahwa seperti biasanya juga, puasa dilaksanakan selama 41 hari, minimal 10 hari. Bisa dicicil per 10 hari atau 21 hari terlebih dahulu.
Karena puasa tersebut dalam rangka riyadoh atau tirakat, maka pelaksanaannya juga harus sebagaimana tirakat, jangan cuma memindahkan jam makan saja. Makannya vegetarian, cukup sayur, tahu dan tempe itu saja, jangan dienak-enakkan. Selama puasa, wiridnya benar-benar diterapkan kalau bisa setiap selesai shalat lima waktu, kalau tidak ya waktunya dialihkan. Kalau senggang, sebaiknya tidak usah pergi ke mana-mana, di rumah saja wiridan.
Hal-hal semacam itu tidak perlu ditanyakan lagi dalilnya, sebab thoriqoh itu tidak untuk diomongkan, tidak untuk dipikirkan, tetapi untuk dilaksanakan / diterapkan / dilakoni. Semua ijazah yang diberikan itu sudah merupakan jaminan dari Guru, sebab hal-hal semacam itu merupakan racikan para waliyullah, para ulama yang sholeh, yang pasti ada barokah dan manfaatnya dunia akhirat. Seperti contoh kecil misalnya yang selalu dilakukan Guru, yaitu shalat sunnah fajar yaitu sekitar 7 menit menjelang subuh, atau juga puasa setiap hari selasa, rabu dan kamis.
Maka, sebenarnya kita ini sebagai murid sudah mendapatkan alat / sarana yang hebat-hebat, tinggal bagaimana kita mengolahnya, menerapkan dan mengistiqomahkan. Kuncinya ya di istiqomah itu tadi. Sebagai contoh kecil, yang diijazahkan kepada murid setiap harinya, yaitu shalat hajat yang tidak hanya 2 rakaat, melainkan 12 rakaat ditambah shalat taubatnya 2 rakaat dan ditutup witir. Sebenarnya ini merupakan sarana yang hebat yang diberikan oleh Guru. Tinggal kita bias melaksanakan atau tidak.
Semua diniatkan sebagaimana niatnya Guru, lillahi ta’ala dan dengan niat doa agar selalu diberikan tetapnya iman, terangnya hati dan keselamatan hidup dunia akhirat. Setelah itu baru mohon apa saja asalkan yang membawa berkah dan mafaat dunia akhirat.