Home » » UZLAH

UZLAH

Written By BAGUS herwindro on Jul 11, 2008 | July 11, 2008

Via SMS, hari Selasa kemarin ada seorang saudaraku bertanya kepadaku tentang uzlah, apakah uzlah itu mengasingkan diri atau mengasingkan hati ? Sebuah pertanyaan yang sulit karena bagiku apalah artinya jawaban yang kuberikan kepadanya jika apa yang kukatakan itu belum aku jalani. Sungguh naif jika demikian. Kalau secara teori saja sangat mudah bagiku menjawab, tinggal aku rujukkan pendapat atau perkataan banyak pemuka atau tokoh-tokoh sufi dari referensi yang kumiliki tentang uzlah. Akhirnya kujawab pertanyaan itu dengan satu kalimat singkat yang terekam kuat di memori otakku tentang uzlah yang aku bisa menerima dan memahaminya meskipun baru dalam taraf belajar dan latihan uzlah, yaitu : sunyi bersama Allah dalam keramaian dunia dan ramai bersama Allah dalam kesunyian dunia. Kalimat singkat yang terekam kuat di memori otakku itu, aku sudah lupa entah dari mana mendapatkannya atau membaca di mana, yang jelas sejak dulu aku sering merasakan satu bagian dari kalimat itu meskipun yang kurasakan belum sepenuhnya kusadari yaitu rasa sunyi. Salah satu contohnya adalah ketika SMA dulu sering diundang acara ulang tahun temanku. Saat itu aku bukanlah orang yang menolak acara ulang tahun, tetapi dalam hingar bingarnya acara yang kudatangi dan dalam keramaian para undangan yang hadir, ternyata diam-diam dalam sudut hatiku aku merasakan kesepian, kesunyian dan kehampaan. Tiba-tiba saja hatiku mengambil jarak dari keramaian itu dan sejenak merenungkan bahwa apakah hidup cuman seperti itu saja. Aku merasa asing, aku merasa sunyi, aku merasa hampa di tengah keramaian yang terjadi di sekitarku. Aku merasa sunyi dalam keramaian dunia, namun mungkin saat-saat itu kesunyian yang kurasakan adalah sunyi bersama diriku sendiri, entah di mana posisi Allah saat itu dalam hatiku.

sunyi bersama Allah dalam keramaian dunia

Uzlah yang diartikan sunyi bersama Allah dalam keramaian dunia, menurutku maksudnya adalah bahwa secara fisik kita tidak mengasingkan diri dari keramaian, secara fisik kita selalu hadir dalam aktivitas dunia kita dan akal pikiran kita tetap bekerja dalam aktivitas kesehariannya sebagaimana biasa, namun hati kita harus tetap sunyi dari itu semua. Hati kita harus tetap sunyi, yang ada hanya Allah. Jadi uzlah kita dalam keramaian dunia adalah dengan mengosongkan hati dari keramaian dunia itu sendiri sehingga menjadi sunyi dan hanya Allah yang hadir di dalamnya, sehingga sunyinya adalah bersama Allah. Semestinya, seharusnya dan idealnya uzlah yang seperti itu berjalan terus menerus tanpa jeda waktu sebagaimana para arifun yang telah mencapai kekekalan dalam penyaksian mereka kepada Allah.

Lha kalau aku ? Yo ijik wuadooh puolll !!! Diriku ini masih jauh banget dari yang seharusnya atau yang semestinya atau yang ideal itu. Diriku masih terikat dengan hukum sebab akibat, sehingga masih sangat sering kepikiran tentang tanggung jawab terhadap keluarga, pekerjaan dan yang lainnya, yang pada intinya diriku selalu hadir dalam keramaian dunia namun keramaian itu sangat-sangat sering masuk juga ke dalam hatiku. Karena itu masih terus berjuang, masih terus belajar dan berlatih uzlah walau mampuku mungkin baru semenit atau dua menit saja dari yang dua puluh empat jam. Yes !!! SEMANGAT !!!

ramai bersama Allah dalam kesunyian dunia

Uzlah yang diartikan ramai bersama Allah dalam kesunyian dunia, menurutku maksudnya adalah ketika seseorang dalam kesendiriannya, apakah itu karena memang lagi berada di suatu tempat yang sepi atau sejenak menarik diri dari keramaian atau pun memang sengaja berniat uzlah dengan mengasingkan diri [mestinya yang terakhir ini menurutku tetap dalam koridor petunjuk/instruksi/perintah/ijin dari mursyid] maka ketika dalam kesunyian itu, hatinya harus tetap ramai karena ada Allah di dalamnya. Dalam kesendirian dan kesunyian, di sana pasti selalu ada Allah, sehingga semestinya hati selalu ramai bersama Allah di dalamnya. Apalah artinya mengasingkan diri, menarik diri dari keramaian dunia bila hati tetap saja dimasuki oleh dunia ?

Sementara, mungkin ini belajar uzlah-ku :

Yang jelas terus berlatih jurus dasarnya PETA, yaitu dzikir terus dalam hati tetapi karena memang masih belajar maka banyak lupanya. Tetapi begitu ingat kalau lupa, ya langsung dzikir lagi. Begitu terus pokoknya dalam rangka mengisi hati hanya Allah. Di mana pun, kapan pun dan dalam situasi yang bagaimana pun, hanya ALLAH.

Kalau di kantor pas banyak ruwetnya, di bawah tekanan, pikiran sepertinya overload dan tiba-tiba saja hati ikut merasa resah, wah... itu tanda bahaya soalnya hati ikut mikir, maka biasanya berdiam diri sejenak minimal lima belas detik, mata terpejam, menunduk ke kiri bawah ke arah jantung, terus dzikir yang kuat merasakan kehadiran-Nya. Habis itu ya sudah, hati jadi tenang meskipun ruwetnya sama tetapi cara menyikapinya jadi lebih santai, penyelesaiannya juga lebih mudah dan cepat.

Di siang hari, di saat kebanyakan orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, daripada waktu istirahat dihabiskan untuk makan dan ngobrol ke sana ke mari, ya uzlah saja sejenak di mushola, aurodan lengkap sampai katam.

Kalau biasanya orang shalat itu minta dihormati, misalnya dengan menciptakan suasana yang tenang dengan memperkecil volume suara musik atau menghindari gurauan atau pun bersuara pelan jika berbicara agar yang shalat bisa khusyuk katanya, maka bagiku orang yang shalat itu yang seharusnya bisa lebih menghormati yang lainnya, jadi kalau mau shalat ya shalat saja tidak usah ngelarang orang biar tidak berisik dan sebagainya, kalu tidak mau terganggu ya cari saja tempat yang sepi. Nah biasanya kalau lagi malas naik ke mushola di lantai 4, aku shalat di belakang meja kerjaku [kebetulan meja kerjaku membelakangi kiblat; setiap hari full music; satu ruang resminya ada 8 orang termasuk aku – yang perempuan tujuh orang, wuih kalau sudah ngomong dijamin heboh :D], sekali-sekali jadi orang aneh - shalat sekaligus aurodan lengkap sampai katam - diam saja duduk di bawah kadang sampai satu jam lebih di tengah hingar bingarnya ruang kerjaku dengan segala urusannya. Hitung-hitung latihan uzlah di tengah keramaian, latihan agar suasana sekitar tidak mempengaruhi fokus perhatian hati dalam wiridan.

Di pengajian bulan lalu :

Seperti yang pernah kuposting, pada pengajian Cahaya Ilahi bulan lalu, hari Sabtu tanggal 21.06.08, ada yang menanyakan masalah uzlah, bahwa bagaimana pengertian uzlah secara sederhana itu ? Secara singkat, Syekh Luqman mengatakan kalau uzlah itu ya mengeluarkan dunia dari hati dalam artian bahwa jangan menyenangi dunia karena dunia itu limbah. Kita boleh punya apa pun di dunia tapi jangan sampai menyenangi, jangan sampai masuk di hati, hati hanya untuk Allah. Karena kalau kita menyenangi, maka begitu kita senang saat itu juga akan muncul cobaan dibalik yang kita senangi itu.

Semoga bermanfaat.

Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger