Beberapa hari yang lalu ada berita tentang bunuh diri satu keluarga di suatu daerah jawa timur dikarenakan rasa putus asa dililit kemiskinan. Ada juga berita tentang beberapa public figure yang meskipun mempunyai kelimpahan materi tetap saja merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, terbukti banyak di antara mereka yang - Oo... kamu ketahuan.... - berujung di hotel prodeo, ditangkap polisi karena nyabu. Dan sebaginya dan sebagainya, sangat banyak peristiwa yang dapat kita baca dalam kehidupan ini.
Di berbagai strata sosial, golongan dan komunitas masyarakat, ada sebagian yang mengalami kegersangan spiritual karena jenuh menghadapi berbagai problem kehidupan yang seakan tak ada habisnya. Mereka berusaha mencari nilai lebih dalam hidupnya yang dianggap dapat menentramkan jiwanya, mencerahkan batinnya, menuntaskan berbagai problemanya dan melapangkan jalan hidupnya.
Ada yang mengembalikan semua itu pada Allah, menapaki jalan ketaqwaan, meniti ke dalam diri dengan merekonstruksi kembali pemahaman dan keyakinannya tentang siapa aku yang sebenarnya, dari mana berasal, akan kemana setelah ini dan dengan misi apa aku saat ini hidup.
Ada juga yang mengupayakan penyelesaian secara instan dari tiap permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan jasa orang tua - orang pintar - paranormal. Berkebalikan dari cara yang instan tersebut, banyak juga yang ngelakoni atau menjalani sendiri dengan berbagai metode yang ada untuk membangkitkan kekuatan phsikis, daya linuwih atau kasekten (kesaktian).
Nah... kekuatan phsikis, daya linuwih atau kesaktian inilah yang akan saya paparkan secara singkat tanpa metode ilmiah (khusunya ilmu hikmah) sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman saya selama ini (karena dulu saya juga sebagai pelaku atau praktisi) sebagai bahan renungan yang semoga bermanfaat. Terutama bagi para pelaku, penikmat dan pengamal daya linuwih, teman-teman yang membaca tulisan ini, semoga dapat menjadi pertimbangan – masih perlukah mengandalkan daya linuwih yang “dimiliki” ?
KEKUATAN PHSIKIS, DAYA LINUWIH ATAU KESAKTIAN
Dalam tradisi kebudayaan mana pun di dunia ini pasti ada metode atau cara-cara untuk membangkitkan daya linuwih atau kesaktian tersebut. Daya linuwih atau kesaktian yang dimaksud adalah suatu bentuk energi yang tidak kasat mata yang kekuatannya jauh melampaui energi fisik manusia.
Di bumi Indonesia ini pun dapat kita temui berbagai khasanah daya linuwih tersebut, baik yang masih sangat-sangat tradisional dengan tradisi kembang-menyan-mantra bahasa lokal-kanuragan maupun yang campuran atau sinkretisme dengan khasanah Islam – wirid dan hizib. Ada juga adopsi dari budaya luar terutama yang berasal dari India Kuno dan Cina yang mengeksplorasi chakra semacam kundalini, gTumo dan reiki, gwa kang – gin kang – sin kang – leu kang. Ada juga yang menjamur dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini dengan daya linuwih yang dirasionalkan metodenya semacam bioenergi. Dari khasanah Islam juga dikenal dengan nama ilmu hikmah, hanya saja ilmu hikmah yang kita kenal sekarang sangat jauh berbeda dengan ilmu hikmah yang orisinil dimana ilmu hikmah ketika itu lahir dari para sufi agung dalam kerangka ajaran thoreqoh. Sedangkan saat ini ilmu hikmah tersebut biasanya sudah lepas dari amaliyah thoreqoh dan tidak melalui pengajaran atau ijazah dari seorang mursyid yang kamil dan mukamil.
Metode pembangkitan daya linuwih/kesaktian
Metode pembangkitan yang dipakai oleh berbagai khasanah daya linuwih atau kesaktian tersebut biasanya secara parsial, menyeluruh atau pun kombinasi tidak lepas dari puasa (berbagai macam jenisnya), olah napas (tarik-tahan-hembus, keras, lembut, pengaliran napas ke titik-titik tertentu), pengulangan kata / self talk (mantra, wirid, hizib), olah gerak (postur tubuh, jurus), visualisasi (membayangkan, pemusatan kehendak) dan meditasi. Sedangkan yang model-model instan biasanya dengan menggunakan transfer energi, inisiasi atau attunement dan bahkan dengan menggunakan benda-benda isian atau pusaka berkhodam.
Metode-metode tersebut biasanya berfungsi atau bertujuan untuk :
1. Mengkondisikan pikiran dalam kondisi hening, dimana bila seseorang semakin dapat mengendalikan pikirannya dalam kondisi hening maka semakin besar besar pula kekuatan phsikis yang dimilikinya atau bisa dikatakan semakin tinggi vibrasi energi yang dimiliki sehingga akan semakin mudah untuk mewujudkan apa yang dikehendaki. (Metode yang dipakai biasanya : puasa, pengulangan kata / self talk, visualisasi dan meditasi. Hal ini secara nalar/logika berkaitan dengan pola gelombang otak yang dalam kondisi alpha dan vibrasi energi yang dikenal dalam fisika kuantum. Lebih detailnya bisa di-search di internet)
2. Menyerap energi yang dianggap/dikategorikan sebagai energi alam, misalnya energi bumi, energi inti besi, energi matahari dan sebagainya. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas fisik sehingga sirkulasi energi tubuh dapat berjalan dengan lancar yang akhirnya pancaran energi tubuh keluar semakin bersih, halus dan kuat. (Metode yang dipakai biasanya : olah napas dan olah gerak.)
3. Menguatkan keyakinan diri, bahwa : saya bisa, dengan mengakses kekuatan pikiran bawah sadar yang menurut para ahli yang mempelajari tentang otak, pikiran bawah sadar kekuatannya mencapai 88% dari pada pikiran sadar yang 12%. (Lebih detailnya bisa di-search di internet)
Aplikasi daya linuwih/kesaktian
Dari berbagai macam daya linuwih atau kesaktian tersebut, pada intinya biasanya diaplikasikan dalam bidang pengobatan baik fisik (demam, kanker, patah tulang,dll.), pshikis (stres, depresi, trauma, dll.) maupun batin (kesurupan, santet), bela diri (defensif, kanuragan : kebal, kekuatan tangan, kekuatan suara, dll.) dan perwujudan kehendak / permasalahan sehari-hari, misalnya : pelaris usaha, perjodohan, persaingan kerja, kehilangan barang dan sebagainya. Yang lebih ekstrem lagi tentu saja berada di luar logika, seperti misalnya kemampuan-kemampuan melipat jarak/berpindah tempat dalam sekejab, menghilang dari pandangan orang, menembus tembok, menempel di tembok dan masih banyak lagi. Hal-hal yang di luar logika, tetapi nyata adanya.
Energi kitakah ?
Apa sih yang tidak bisa dilakukan manusia. Sebagai makhluk yang default-nya paling mulia, tentunya potensi yang dimiliki sangat luar biasa, terutama potensi otak yang telah banyak diteliti oleh para ahlinya. Sehingga saat ini berbagai fenomena daya linuwih atau kesaktian tersebut dapat dijelaskan, dinalar, dilogikakan dan diformulasikan kembali metode pencapaiannya.
Tetapi yang patut diingat adalah dapatkah metode-metode yang dijalani untuk membangkitkan daya linuwih atau kesaktian tersebut terbebas dari nafsu para pelakunya ? Nafsu ingin dipuji, nafsu ingin menjadi paling hebat, paling bisa, nafsu merasa bangga, sombong dan takabur. Bila nafsu-nafsu tersebut masih sedemikian besarnya maka dapat dipastikan bahwa tanpa disadari ada peran serta energi jin di dalamnya, yang nantinya malah akan memperbesar ego pelakunya dan akan membuat ketergantungan kepada daya linuwih atau kesaktian yang “dimiliki”, apalagi bila dalam pencapaian daya linuwih atau kesaktian itu sejak awal memang diniatkan untuk sesuatu yang “negatif” atau yang disebut sebagi black magic.
Karena itu seseorang yang mempunyai kehebatan-kehebatan yang luar biasa, memiliki kasekten ngedab-edabi atau pun daya linuwih yang jauh di luar logika bukanlah jaminan kedekatannya dengan Tuhan, karena semua itu ada metodenya berarti termasuk rumusan hukum alam / sunatullah dan siapa yang bisa melaksanakan metode tersebut maka akan memperoleh hasil sebagaimana yang dimasudkan dalam metode yang dijalani (ngelmu kuwi kelakone kanti lelaku).
Ilmu HIKMAH
Dalam khasanah Islam terutama di Indonesia, daya linuwih dikenal dalam ilmu hikmah. Ilmu hikmah ini pada mulanya merupakan karya para sufi agung lewat ketersingkapan ilahiyah / kasyf dan tidak lepas dari koridor thoreqoh, sehingga nuansa ilmu hikmah tersebut benar-benar terlepas dari nafsu dan semakin menambah haqul yaqin-nya qolbu kepada ALLAH.
Setelah melampaui rentang waktu yang panjang, maka pada masa kini sebagian besar ilmu hikmah sudah lepas dari koridor thoreqoh, pengijazahan ilmu hikmah bukan lagi dari seorang mursyid kamil mukamil, melainkan hanya dari seorang guru ilmu hikmah meskipun seorang guru ilmu hikmah tersebut juga memiliki silsilah keilmuan (ilmi hikmah) dari para sufi.
Metode / riyadhoh / tirakat ilmu hikmah tersebut biasanya dilakukan dengan melaksanakan puasa (biasa, mutih, pati geni, ngrowot, kungkum), sholat (hajat, tasbih, taubat) dan wirid (ayat Qur’an, asmaul husna, hizib). Juga ada yang mengkombinasikan olah tubuh – gerakan jurus dan olah napas dibarengi wirid tertentu (tenaga dalam). Kalau yang dibaca adalah ayat atau asmaul husna semestinya pembacanya akan “lebur” sesuai nuansa yang dibaca, tetapi pelaku ilmu hikmah biasanya malah akan menguat egonya / AKUnya. Nah itulah masalahnya, karena sejak awal penempuhan niatnya memang untuk memperoleh sesuatu yang PLUS dan bukan untuk ibadah lillahi ta’ala. Walaupun tujuannya dikatakan agar bisa menolong orang, agar ini itu disertai argumen yang seakan-akan serba spiritual tetapi hampir pasti tidak akan bisa menghindar dari rasa bangga, sombong dan merasa bisa tanpa merasa bahwa BISA-nya itu semu. Kata Syekh Luqman, bahwa pada awalnya ilmu hikmah itu benar-benar Nur dari Allah, tetapi apabila NUR tersebut diserap oleh hawa nafsu, maka yang semula NUR akan berubah menjadi NAR – unsur api sehingga tidak lepas dari khodam JIN.
Vibrasi energi, daya linuwih atau kesaktian yang diperoleh biasanya berbanding lurus dengan metode / riyadhoh / tirakat yang dijalani, dalam arti kata semakin berat metodenya ya... semakin dahsyat hasilnya. Sama-sama terawangannya, tetapi kedalaman trawangan tersebut berbeda-beda. Sama-sama kebalnya tetapi kekuatan kebal tersebut juga berbeda-beda. Sama-sama penyembuhannya, tetapi kecepatan dan ketepatan penyembuhannya juga berbeda-beda.
Pengalaman pribadi
Singkat cerita dulu saya juga seorang pemburu daya linuwih, hal yang aneh-aneh dan hal-hal yang baru. Dimulai dari pelajaran kerohanian (aspek batin) dari sebuah perguruan silat yang sangat tersohor di era tahun 50-an, kemudian beralih ke sebuah perguruan berazas Islam - silat tenaga dalam dan ilmu hikmah, serta dalam perjalan waktu itu belajar juga hal-hal baru sekaligus mencari perbandingan dari yang sedang ngetrend seperti Reiki (termasuk bermacam variannya, seperti : kundalini reiki, karuna ki, dsb.), gTumo, Yoga, Bioenergi juga ilmu perhitungan (mistik kalachakra, yang ini dapatnya ilmu asalnya nyuri pengetahuan, ada ceritanya sendiri).
Ternyata dalam ilmu hikmah Islam, semua ada dan saya akui sesuai pengalaman saya memang TOP. Ilmu-ilmu dari India Kuno macam reiki, gtumo atau yang moderen macam bioenergi termasuk yoga sekalipun semuanya terangkum dalam Sholat. Ada rahasia penyerapan energi dari Takbiratu Ikhrom ketika sholat, penyembuhan dengan pengaliran energi melalui 7 titik sujud dalam sholat dan penguatan kekuatan bathin dengan dzikir di 7 titik ruh (lathoif). Diajarkan tentang 7 titik jazad untuk kekuatan kanuragan juga tentang 7 titik sifat rendah manusia alias jalur/lalu lintas masuknya jin-syaithon dalam diri manusia (setelah saya renungkan ternyata di antara 7 titik masuk jin-syaithon tersebut terdapat chakra-chakra yang dikenal dalam ilmu-ilmu dari india kuno). Bahkan ilmu ilmiah moderen yaitu hypnoterapi pun secara ringkas, singkat dan tepat diajarkan dengan mengunakan nur alif. Ilmu-ilmu kedigdayaan jawa pun ada ayatnya versi ilmu hikmah dengan disertai puasa sebagai riyadhohnya. Pengolahan tenaga dalam melalui gerakan jurus berdasarkan huruf hijaiyah dan olah napas disertai dzikir rahasia dan dikuatkan amalan rutin harian (dzikir keilmuan). Hasilnya memang TOP, tetapi dalam setiap kesempatan dipesankan untuk selalu menjaga ketaqwaan, sabar-pasrah-ikhlas dan jangan jualan ilmu apalagi ayat-ayat Allah. Artinya jangan sampai masang iklan seperti kebanyakan paranormal di masyarakat yang ujung-ujungnya memang cari duit dari ilmunya. Makanya dulu rasanya jengkel banget kalo ada paranormal pakai sebutan kyai atau ustadz apalagi pakai jubah-surban, tetapi kerjaannya nangkap hantu, melet orang dan sejenisnya. “Sungguh Terlalu !!!”. Selalu diingatkan juga untuk jangan sombong, takabur dan harus beribadah karena Allah bukan karena ilmu. Juga jangan memastikan sesuatu karena yang memastikan hanya Allah dan berjalannya ilmu tersebut juga dengan ridho Allah.
Tetapi terus terang sangat sulit melakukan itu. Bagaimana tidak, bila sejak semula sudah diajarkan kalau mau memperkuat batin, shaolat taubatnya 5 kali sehari, ditambah sholat tasbih sekali plus dzikir minimal 1000 x sehari di setiap titik energi terutama titik lathoif. Bagaimana bisa untuk Allah, kalau diajarkan tirakat untuk suatu ilmu tertentu itu cara puasanya begini, ayat yang dibaca ini, jumlahnya segini dan cara menggunakannya seperti ini. Bagimana bisa “lebur” dalam Allah, kalau untuk memperkeras badan fisik kita harus menyerap inti besi (al hadid) yang malah menjadi hijab kita dari Allah.
Hasil dari riyadhoh yang selama itu saya jalani menurut nalar memang terasa manfaatnya, untuk diri sendiri, keluarga, teman dan orang lain yang tidak saya kenal sebelumnya sekali pun. Dari satu kasus keberhasilan dalam pengamalan ilmu hikmah ke keberhasilan yang lain, dari satu orang ke orang yang lain, dari yang jumpa langsung sampai yang hanya lewat telpon, dari yang sekota sampai yang nun jauh di negeri seberang, semakin menguatkan rasa percaya bahwa “saya bisa”. Di balik itu tidak bisa dipungkiri terselip rasa bangga, rasa ingin dipuji dan rasa ingin menjajal orang-orang berilmu terutama paranormal-paranormal yang pasang iklan besar-besaran di media masa. Ya.... begitulah memang nuansanya.
Lebih senang lagi kalau sudah bisa menguasai ilmu terawangan atau ilmu teropong. Menerawang hal-hal ghoib di balik yang tampak, menerawang sesuatu dari jarak jauh, menemukan pokok persoalan dari yang dikeluhkan seseorang. Ini yang banyak tipu dayanya, karena sering seseorang yang dikaruniai kemampuan menerawang, merasa mampu untuk melihat ini itu dan merasa sempurna hingga lupa untuk menerawang dirinya sendiri terutama yang berkaitan dengan hubungannya kepada Allah. Syaikh Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî pun mengingatkan dalam kitab Al Hikam-nya : “tasyauwufuka ila maa bathana fiika minal ‘uyuubi khoirum min tasyauwufika ila maa hujiba ‘anka minal ghuyuub” – usahamu mengetahui cacat-cacat yang tersembunyi dalam dirimu lebih baik dari pada usahamu menyingkap perkara ghoib yang tersembunyi darimu. Ya.... terawangan memang mengasyikkan tetapi sekaligus melalaikan dari yang seharusnya kita lakukan yaitu menghisab diri kita sendiri setiap saat.
Ada lagi yang asyik tetapi lebih banyak lagi tipu dayanya yaitu salah satu ajian yang pernah saya terima, yaitu aji rogoh kubur. Fungsinya adalah untuk komunikasi dengan alam jin, komunikasi dengan alam orang yang sudah meninggal khususnya para alim ulama dan untuk membedakan ruh beneran atau jin yang memba-memba atau menyerupai seseorang. Tetapi sekarang setelah saya renungkan itu bukanlah suatu jaminan kebenaran, karena dengan menggunakan metode tersebut siapa sih yang bisa menjamin kebenarannya bahwa yang berkomunikasi adalah benar-benar ruh alim ulama, apalagi yang menghendaki komunikasi adalah diri saya yang masih sangat jauh dari ikhlas. Bukankah Jin yang evolusinya tingkat tinggi dapat sekejap saja menggelar panggung sandiwara yang sangat detil dan tertata rapi yang ditampakkan di hadapan saya.
Memang benar bila dikatakan bahwa : Amalan yang diterima bukan dari seorang Mursyid Kamil Mukamil banyak tidak sesuainya dengan volume batin kita di masa depan. Banyak contoh yang saya lihat selama ini, seseorang yang menjalankan tirakat keilmuan dengan kategori sangat berat – dia sanggup – tetapi di belakang hari ada saja gangguannya, entah itu secara ekonomi kurang beruntung, anak-anaknya engga ada yang nurut, sakit berkepanjangan di hari tua dan sebagainya.
Perbandingan setelah berthoreqoh
Setelah berthoreqoh khususon thoreqoh Syadziliyah dari pondok PETA Tulungagung, tentu saja semua amalan ilmu hikmah yang sebelumnya harus ditinggal karena dalam skala dunia-akhirat tentu saja amalan tersebut tidak ada barokah manfaatnya, hanya sesaat saja muncul khasiatnya. Thoreqoh lebih agung dari itu semua, apa artinya kemampuan-kemampuan daya linuwih dan kesaktian yang saya miliki jika dibandingkan dengan ridho-Nya Allah. Dengan thoreqoh hidup ini pasti lebih berkah, karena kita dilatih terus menerus untuk selalu mengarahkan tujuan dan masa depan kita hanya kepada Allah, sehingga punggung kita tidak terbebani oleh kepentingan-kepentingan hawa nafsu.
Syaikh Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî dalam Al Hikam-nya mengingatkan : “Bagaimana hati dapat bersinar sementara gambar dunia terlukis dalam cerminnya ? Atau, bagaimana hati bisa berangkat menuju Allah kalau ia masih terbelenggu syahwatnya ? Atau, bagaimana hati akan antusias menghadap ke hadirat Allah bila ia belum suci dari janabah kelalaiannya ? Atau, bagaimana hati mampu memahami kedalaman misteri gaib padahal ia belum bertobat dari kesalahannya ?”.
Yang jadi andalan sekarang ya... Gusti Allah, pokoknya pasrah sama Allah. Pernah saya menanyakan ke Syekh Luqman, bagaimana saya harus menyikapi orang-orang yang dulu terlanjur mengenal saya “pintar” dan minta tolong kepada saya ? Beliau menasihatkan bahwa saya jangan menolak, tetapi jangan menggunakan amalan ilmu hikmah yang dulu melainkan menggunakan aurod yang diajarkan di syadziliyah. Bagaimana caranya ??? Setelah saya renungkan, jawabnya : ya melalui doa !!! Bukankah sekarang yang diandalkan hanya Gusti Allah, bukan yang lain-lain, jadi ya doa saja sesuai yang dihajatkan setelah melaksanakan amalan rutin syadziliyah baik aurod maupun hizb-hizbnya. Dari situ saya mengerti pentingnya istiqomah, salah satunya adalah untuk melatih agar amaliyah saya tidak ada motif apa pun selain Allah, sehingga kalu ada hajat ya tinggal berdoa saja, beres. Hal ini lain ceritanya kalau amaliyah tersebut saya lakukan karena ada hajat, berarti tujuannya adalah tercapainya hajat saya, lalu apa bedanya dengan dulu ? Kalau pun ada media (asma’) yang digunakan itu pun saya niatkan sebatas mohon keberkahan dari Allah sesuai yang dihajatkan.
Lebih lanjut, Syekh Luqman mengatakan bila ada orang yang minta tolong entah itu minta didoakan, sakit, terkena gangguan jin, kesulitan sehari-hari yang berhubungan dengan problema rumah tangga, bisnis atau apa pun saja, tidak boleh menolak sama sekali walaupun tidak mempunyai metode keilmuannya. Cara menolongnya ya menurut kata hati paling dalam yang muncul (ilham Allah), apakah kata hatinya memunculkan sebuah doa, bacaan ayat tertentu atau hizb tertentu atau saran-saran tertentu. Namun tentu saja hal tersebut tidak bisa direncanakan dan dikonsepkan seperti seorang dokter atu ahli ilmu hikmah dan yang terpenting bahwa kemudian hal tersebut tidak boleh dijadikan profesi, ladang bisnis apalagi label sang penolong. Kalau orang yang ditolong memberikan sedekah juga tidak boleh ditolak karena menerima pemberian orang yang ditolong itu sama dengan meringankan bebannya, demi yang ditolong bukan demi kepentingan penolong.
Hasilnya : alhamdulillah kebanyakan lebih cepat berhasil sesuai hajat yang dimaksud dan tidak ada efek negatif dalam diri saya, soalnya dulu misalnya kalau mengobati orang biasanya kalau sakitnya parah atau karena ganguan jin atau teluh, saya ikut merasakan efek negatif setelahnya soalnya jinnya ganti yang nyerang saya atau dukun santetnya engga terima. Saya sendiri juga heran, kok bisa ya ? Setelah saya renungkan akhirnya saya ambil kesimpulan Sesuai logika dan penalaran saya yang sempit ini, kira-kira begini : seseorang yang menjalani lelaku/metode keilmuan akan mengakibatkan semakin kuat vibrasi energi yang dimiliki, dimana kuatnya vibrasi energi ini sangat mempengaruhi kecepatan materialisasi/perwujudan keinginan atau kehendak, sedangkan ritual amaliyah thoreqoh yang istiqomah yang ditujukan kepada Allah tanpa embel-embel yang lain secara tidak langsung dan tanpa disadari (juga tidak perlu diharapkan dan diseriusi) akan mengakibatkan vibrasi energi pengamalnya akan semakin bersih, kuat dan halus. Hal tersebut juga akan menimbulkan efek percepatan materialisasi. Karena itu para wali Allah biasanya apa yang dikatakan makbul, langsung terjadi seketika, seperti kisah Sunan Bonang yang dirampok oleh Brandal Lokajaya (yang kemudian menjadi Sunan Kalijogo), Sunan Bonang mengatakan tidak membawa apa-apa yang bisa diberikan tetapi kalau mau si Brandal Lokajaya disuruh mengambil emas - sambil Sunan Bonang menunjuk buah aren yang seketika itu juga menjadi emas. Bukankah Allah mempunyai nama Al Khaaliq yang berarti maha pencipta, berarti manusia pun mempunyai potensi seperti itu hanya lain dan jauh sekali dengan Kun Fayakun-nya Allah. Kalau Allah dari yang tidak ada menjadi ada sesuai kehendak-NYA, tetapi potensi yang dimiliki manusia hanya mentransformasikan dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain, sebagaimana sunatullah hukum kekekalan energi dalam ilmu fisika dimana energi itu tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan hanya ditransformasikan saja (energi potensial gravitasi menjadi energi gerak menjadi energi listrik menjadi energi panas dan seterusnya). Hanya saja bagi pari aulia / para wali Allah / orang suci yang bisa menjaga keikhlasannya, transformasi energi tersebut berlangsung sangat cepat dan tanpa memerlukan lat bantu / pesawat apa pun.
Menurut pendapat Anda lebih bernilai mana bila dalam suatu persoalan ada dua pilihan untuk menuju solusi yang diharapkan yang kebetulan Allah juga mentakdirkan terjadinya solusi itu, yaitu :
1. Ikhtiar secara fisik dilakukan dibarengi ikhtiar batin dengan menggunakan daya linuwih yang difokuskan mencapai solusi yang diharapkan. Pemfokusan daya linuwih itu tentu dengan menguatkan AKU pemiliknya.
2. Ikhtiar secara fisik dilakukan dibarengi ikhtiar batin dengan memasrahkan segalanya pada Allah melalui DOA.
Kedua-duanya berhasil karena kebetulan takdir Allah memang menghendaki seperti itu, tetapi lebih bernilai yang mana ?
Yang perlu diingat adalah bila doa-doa kita banyak yang cepat diijabah oleh Allah, harus banyak istighfar juga, sebab kata Syekh Luqman hal itu bisa jadi sebagai tanda-tanda bahwa Allah mengusir kita dari hadapan-Nya, sehingga apa yang kita minta cepat-cepat diberi biar engga lama-lama menghadap. Na’udzubillah !
Saya ingat dawuhnya Syaikh Abdul Jalil Mustaqim, bahwa kalau beliau disambati maka beliau cuma mendoakan saja tetapi doa yang ikhlas. Wah.... ini berat bagi saya, bagaimana itu mengaplikasikan doa yang ikhlas, ternyata berdoa yang ikhlas itu ya berdoa saja karena kita ini hamba sedangkan Allah itu Tuhan kita. Bagiamana bisa merasakan kalau Allah itu maha mengabulkan doa kalau kita tidak pernah berdoa ?
Q.S. al-Mu’min [40]:60 : Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
“Tak seorang pun pendoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini : kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (pengkabulannya) demi pahalanya, atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya” (Hadits Riwayat Imam Ahmad dan AI-Hakim)
“Janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang doa-doa, ketika Allah menunda ijabah doa itu“ (al-Hikam, Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî)
“Allahlah yang menjamin ijabah doa itu menurut pilihan-Nya padamu, bukan menurut pilihan seleramu, kelak pada waktu yang dikehendaki-Nya, bukan menurut waktu yang engkau kehendaki.” (al-Hikam, Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî)
Q.S. al-Baqarah [2]:216 : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”
Pada suatu kesempatan dalam acara khususiyah, Kang Wasi’ pernah menyampaikan dawuhnya Yai bahwa wong syadziliyah iku ati-ati nek ngomong biasane mandi, mulane ojo gampang nesu, masio dielokno bojo wis meneng wae mandak dielokno wae kok.
Pada kesempatan yang lain. Kang Wasi’ juga pernah menyampaikan dawuhnya Yai bahwa kalau sudah berthoreqoh amalan lainnya ya ditinggal, cuman biasanya merasa sayang karena sudah merasa bisa ini-itu dan kalau ada amalan sebelum berthoreqoh ya bilang dulu ke Yai.
Saya pun melalui Kang Wasi’ menyampaikan apa yang saya terima dulu dan ternyata Yai mengatakan kalau tidak apa-apa, dalam arti kalau sudah tidak digunakan ya sudah engga apa-apa, engga perlu ada ritual khusus untuk melepasnya. Alhamdulillah. Saya ingat-ingat lagi, ya memang benar hambatan meninggalkan amalan lama ya itu tadi eman alias sayang, sudah ngelakoni sekian lama dan bisa “ini-itu” kok disuruh ninggalkan. Tinggal kitanya ini yang mau atau tidak.
Memang godaannya saat-saat kepepet dulu kadang ada keinginan menggunakan ilmu, tetapi di hati selau ada warning : hayo mo ngandelin ilmu lagi, engga ngandelin gusti Allah !!! Gitu, akhirnya ya pasrah saja sama Gusti Allah, berkali-kali sudah terjadi, di saat bahaya mengancam, wis pokoke pasrah – dzikir terus, BERES. Bukankah segala sesuatu dalam hidup ini hakikatnya telah ditetapkan takdirnya oleh Allah ?
Kalau merasa berani masuk daerah rawan karena punya ilmu kebal, debus, tameng waja, lembu sekilan, tangan daud, bandung bondowoso, gelap ngampar – maka di mana keberanian yang sesungguhnya itu ada ? Lepaskan ilmumu kalau kau memang pemberani !!!
Kalau merasa berani masuk daerah angker karena punya ilmu bathin, kulhu geni, kulhu balik, kulhu jabal - maka di mana keberanian yang sesungguhnya itu ada ? Lepaskan ilmumu kalau kau memang pemberani !!!
Pokoknya sekarang harus sekuat tenaga latihan dan belajar istiqomah ibadah, pakai jurus dasarnya pondok PETA Tulungagung yaitu melatih bunyi Allah.... Allah... terus dalam hati, latihan dan belajar mengutamakan yang dituntut Allah bukan yang dijamin. Kalau ada keinginan, keperluan dan hajat tempatnya di doa (ada satu pengalaman tentang doa yang sungguh luar biasa kurasakan di blog ini). Berat memang, tapi kalau Allah menghendaki mudah pasti akan mudah. Mudahkanlah yaa Allah.... aamiin.
“Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin oleh Allah dan kelalaianmu melaksnakan apa yang dituntut darimu, adalah bukti rabunnya mata batinmu”. (al-Hikam, Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî).
Ya... begitulah. Wallahu'alam.
assalamu alaikum
ReplyDeletepak ,kalo dibatam apa ada juga thoriqoh syadziliah, sekilas ada kemiripan perjalan ngelmu saya dgn kisah njenengan
matur nuwun
Budisantoso
email :budicemerlang@yahoo.com
MasyaAllah...
ReplyDeletecerita antum cukup serru..
hal seperti ini banyak terjadi di beberapa muhibbun dan pencari dunia spiritual, kadang kita salah dengan melihat keindahan ilmu2 hikmah, padahal bukan itu yang dicari sebenernya..
mudah2an antum terus istiqomah
salam
Aamiin... demikian juga semoga dengan Panjenengan...
DeleteAQIDAH IMAM EMPAT(ABU HANIFAH,MALIK,SYAFI'I,AHMAD) mempunyai perbedaan ,, kamu boleh beda tapi jangan menjelekan AL-HIKMAH
ReplyDeletekita di ajarkan doa bangun tidur ,doa makan dll ,dengan doa tersebut kita memohon KEBERKAHAN dari doanya .terus apa masalahnya kita mohon berkah dari dzikir ribuan kali .RENUNGKAN !
masa berdoa ,berdzikir ,untuk mengharapkan ilmu ga boleh .KAMU BISA BENAR TAPI BAGI SAYA SALAH & SEBALIKNYA
SYEKH LUKMAN punya kitab kafernya dari kulit aja belagu .. bai'at 2juta sama aja ngejual ILMU
Ha... ha.... yang mo marah-marah ya silahkan bebas aja kok....
ReplyDeleteTerima kasih komentarnya.
iyo anonim iku muring2 pake nafsu...wah2 gak JOZ blasss...hihihi
ReplyDeleteDari kata-kata yang penuh emosi si Anonim, sudah kelihatan kualitas ilmunya.
ReplyDeleteYang punya blog santai aja dan senyum-senyum, Tapi aku malah terpancing emosiku. Weleh....
Syukron......untung ketemu blog ini yo wis doa aja......pasrah opo jare tp kalo punya hajat yo minta.....kayak anak kecil minta ke ortu dgn sopan ngambil hati pasti luluh juga hati ortu palagi ma Alloh hanya saja kadang yang terbaik menurut kita bukan yang terbaik menurut Alloh........hiks he he he
ReplyDeleteSyukron......untung ketemu blog ini yo wis doa aja......pasrah opo jare tp kalo punya hajat yo minta.....kayak anak kecil minta ke ortu dgn sopan ngambil hati pasti luluh juga hati ortu palagi ma Alloh hanya saja kadang yang terbaik menurut kita bukan yang terbaik menurut Alloh........hiks he he he
ReplyDelete