Home » » Perjalanan ... (4)

Perjalanan ... (4)

Written By BAGUS herwindro on Aug 8, 2007 | August 08, 2007

Setelah kunjungan pertamaku di Pondok Peta Tulungagung pada awal Januari 2004 dan setelah mengistiqomahkan amalah yang diberikan Yai Jalil, alhamdulillah aku merasakan banyak perubahan dalam diriku dan aku rasa tidak hanya diriku saja soalnya aku merasakan juga kebarokahan untuk keluargaku.

Berbagai pemahaman baru muncul di dalam hatiku dengan sendirinya dan masih banyak kebarokahan yang kurasakan yang sulit untuk diungkapkan.
Kunjungan pertama itu membuahkan rasa kangen untuk berkunjung ke sana lagi, meskipun belum bisa ketemu Yai Jalil sendiri tapi dengan berdiam diri beberapa saat saja di Pondok rasanya ada cahaya yang melimpah menerangi hati mengikis keangkuhan, membasuh kepedihan, menenteramkan jiwa dan melesatkan ruh. Ya begitulah memang orang-orang yang dipilih Allah sebagai pewaris Nabi dalam dimensi syariat dan hakikatnya, selalu melimpahkan cahaya Allah kepada umat. Setitik saja cahayanya melimpah bagi diriku, sudah lebih dari cukup.
Kunjungan keduaku di Pondok PETA sekitar pertengahan tahun 2004. Pada awal tahun 2005 tepatnya hari Minggu tanggal 2 Januari 2005 aku kembali sowan ke Pondok PETA dan alhamdulillah Yai Jalil memangil kami (sama temenku) bersama tamu lain menghadap Beliau. Banyak yang diceritakan dan dinasihatkan oleh Beliau, tapi waktu itu aku hanya mendengarkan dan menundukkan wajah tidak berani bertanya atau yang lainnya, terasa benar keagungan Beliau. Setelah dirasa cukup kami dipersilahkan meninggalkan ruang tamu. Kucium tangan Beliau, mengharap keberkahan Allah yang melimpah melalui Beliau..
Syaikh Abdul Jalil Mustaqiim, sosok seorang mursyid yang kamil dan mukamil dari thoreqoh Syadziliyah, Qodiriyah dan Naqsabandiyah. Sosok yang sederhana dan bersahaya, seperti umumnya manusia biasa, bukan sosok kyai atau yang disebut wali dalam sinetron-sinetron kita yang sungguh jauh panggang dari api, dimana kalo di sinetron digambarkan selalu bersurban, berjubah, bawa tasbeh dan kerjaannya nagkap hantu hi… hi… gitu kok sebutannya kyai ato ustadz…. sungguh terlalu….. pelecehan !!!
Hari Sabtu, tanggal 8 Januari 2005, seorang teman memberi kabar kalo Yai Jalil menghadap ke Ilahi Rabbi Allah SWT kemarinnya tanggal 7 Januari 2005. Innalillahi wa inna ilahi roji’un, yaa Allah…., begitu terhenyak hatiku, lemas tubuhku mendengar berita tersebut, beberapa hari yang lalu aku masih sowan di hadapan Beliau, saat ini beliau telah menghadapNYA kembali. Semoga saja ini bukan pertanda Allah menutup sebagian kebarokahan pada umat ini dengan memwafatkan seorang WaliNYA. Sabtu itu juga aku berangkat ke Tulungagung untuk takziyah.
Sepeninggal Beliau, kemursyidan diteruskan oleh putra Beliau yaitu Syaikh Harir Muhammad Sholahuddin Al Ayyubiy atau dikenal sebagai Syaikh Sholahuddin Abdul Jalil Mustaqiim.

Waktu itu aku mengalami kebingungan juga, karena meskipun secara sirri aku sudah diterima menjadi murid Yai Jalil, tetapi aku belum berbaiat. Alhamdulillah setelah konsultasi dengan murid senior Beliau yaitu K.H. M. Luqman Hakim, MA., aku memohon baiat kepada Syaikh Shalahuddin.

Akhirnya saat itu datang juga, tanggal 24 April 2005 aku mengambil baiat Thoreqoh Syadziliyyah dari Guru Mursyid Tercinta Syaikh Shalahuddin Abdul Jalil Mustaqiim.

Deg-degan juga waktu itu, seperti waktu mo nikah, memang sama sih cuman sekarang pernikahan dengan akhirat…. ngapalin dulu akadnya. Setelah menunggu giliran, tiba saatku menjalani prosesi baiat yang sebelumnya telah dijelaskan. Singkat.

Alhamdulillah.... selesai juga, setidaknya saat itu biji iman telah ditanamkan dalam qolbu, tinggal bagaimana aku sendiri yang mencangkul, memupuk, mengolah dan menyuburkan biji iman itu di ladang bumi nafsuku, agar biji iman itu bisa tumbuh besar, kuat dan menjulang tinggi ke langit untuk bersiap menerima curahan hujan rahmat dan fadhal-NYA serta pancaran matahari makrifat-NYA sehingga akhirnya berkembang dan berbuah manisnya iman – mengenal Allah dan mengenal diri. Insya Allah, aamiin......

Seorang murid dihadapan mursyidnya, harus bagaikan mayat di hadapan yang memandikan, mau dibolak-balik seperti apapun ya harus nurut. Mursyid adalah bapak ruhani yang sejatinya akan membimbing, mendidik, menjaga, menjamin dan mengantarkan kita sampai di hadapan Allah.

Alhamdulillah......
Jalan masih panjang, mudahkanlah Yaa Allah.
Share this article :
Comments
4 Comments

4 komentar:

  1. turut berduka cita atas berpulang nya Guru Besar mu walo udah lewat 2,5 th an yg lalu...
    semoga Beliau mendapat tempat terindah di sisi Allah swt.

    btw, kaya'nya tahun nya harus diperbaiki tuh, karna ngetik nya 7 Januari 2007

    ReplyDelete
  2. mas saya udah baiat tapi masih sering nglakuin maksiat..
    gmana ya mas caranya bs ninggalin tu smua..
    q bingung!!!!
    thanks..!!!

    ReplyDelete
  3. Caranya : HARUS BERANI Mas, ngelawan diri sendiri.

    ReplyDelete

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger