He… he… he… ada saja yang tiap tahun menagih 
tulisan saya tentang Haul PETA yang saya hadiri seolah sudah menjadi sebuah 
lewajiban bagi saya, tapi ya ndak 
masalahlah mungkin karena beberapa kali saya pernah membuat tulisan tentang Haul 
tersebut dan juga ada tulisan terpanjang tentang haul yaitu di Reportase HAUL di Pondok PETA Tulungagung 
2008. Alhamdulillah kala itu tanpa memakai alat rekam apa pun, cuma mengandalkan paringannya Gusti Allah, menyimak sambil 
nge-fly he… he… he…
Nah kalau sekarang, terutama dalam 3 tahun belakangan ini sudah 
banyak yang merekam sendiri rangkaian acara tersebut, apalagi Haul 18 November 
kemarin, acara Haulnya hari Minggu, hari Selasanya sudah lengkap terupload di 4shared [matur nuwun bagi yang sudah 
mengupload].
Mungkin bagi yang ingin mendengarkan secara lengkap rangkaian 
acara inti peringatan haul ke-43 Hadhratus Syaikh Mustaqim bin Husein, haul 
ke-25 Nyai Hj. Sa’diyah binti H. Rois dan haul ke-8 Hadhratus Syaikh Abdul Jalil 
Mustaqim di Pondok Pesulukan Thoriqot Agung (PETA) Tulungagung, bisa 
mengunduhnya di Drive Google saya – 
HAUL 2012 [yang di 4shared saya download dulu terus saya upload di Google, biar memudahkan bagi 
yang tidak memiliki account, begicu… OTRE kan 
?!].
Sekedar intermezo, tahun-tahun sebelumnya 
kecuali dua tahun terakhir ini, saya selalu berhasil masuk Pondok dan langsung 
berdiam diri di lantai 3 mengikuti rangkaian acara Haul hinggsa selesai. 
Namun mulai tahun kemarin rupanya penjagaan super ketat, 
hingga tidak bisa menyelinap masuk, hal yang wajar karena memang kapasitas 
Pondok sangatlah terbatas. Namun demikian tahun lalu 
ada teman yang bepesan kalau mau masuk Pondok lihat saja yang jaga, kalau yang 
jaga Banser malah mudah masuknya asal mau memenuhi syaratnya. Syaratnya 
Cuma satu yaitu harus gelut dengan 
Banser itu he… he… he…
Yang berikut ini ndak 
penting…

Dimulai dari kabar terakhir bahwa saat ini kereta api ekonomi tidak memberikan karcis tanpa tempat duduk, maka 
antri karcisnya harus seawall mungkin agar tidak termungkinkan untuk kehabisan. 
Masalahnya jam berapa harus antri dan berapa karcis jatah setiap orang dalam 
antrian itu yang belum tahu. Maka hari Sabtu kemarin tanggal 17 Nopember 2012, 
selepas pulang kerja, bersama seorang kawan mencoba membeli karcis untuk esok 
hari di Stasiun Gubeng Baru dan Lama dan hasilnya adalah gatot alias gagal 
total. Kereta ekonomi tujuan lokas baru bisa dibeli pada hari keberangkatan, 
loket dibuka pukul 04.00 pagi di Stasiun Gubeng dan Wonokromo, sedangkan di 
Stasiun Semut loket dibuka mulai pukul 03.00.

Yang mengkonfirmasi berangkat bersama total sejumlah 8 orang, 
maka sayasarankan untuk membeli 10 karcis  agar apabila ada yang menyusul bisa 
berangkat bersama. Maka [lagi] saya instruksikan he… he… he… dua orang kawan 
untuk meluncur ke Stasiun Semut sebelum jam buka loket dan akan saya bantu doa agar kuat mêlék he… he… he… [akeh nek ngono carane].
Alhamdulillah, jam 03.15 dapat sms kalau sudah 
terbeli 10 karcis Rapi Doho jurusan Tulungagung @Rp. 6.000,00 murah 
meriah. Aman. Akhirnya kancilên alias gak bisa tidur 
lagi.

Jam 7.30, semua yang sudah konfirmasi bergerak ke satu titik, 
Stasiun Wonokromo. Alhamdulillah pula, ada dua jamaah yang 
tidak mendapat karcis bisa menggunakan sisa 2 karcis cadangan, hanya ada satu 
lagi jamaah yang kemudian pada akhirnya naik bis. Hahahaha… yang merasa 
tulis komentar yo….
Seperti biasanya, perjalanan diwarnai berbagai 
ragam pembicaraan dan juga pembahasan termasuk gojlogan, hingga tak terasa akhirnya 
sampai juga di Bumi Tulungagung tercinta. Saatnya uluk salam 
untuk Bumi Tulungagung.


Keluar dari stasiun, menyusuri jalanan Tulungagung menuju lokasi 
acara, sudah tampak tersebar panitia pelaksana dengan seragamnya yang khas untuk 
tiap bagian, yang sama adalah udêngnya, ya panitia diwajibkan memakai 
udêng.
Tiba saatnya melewati Kodim 0807, di setelahnya kea rah 
alun-alun telah menunggu penjual lêgén yang enak, tidak sepeti di Surabaya 
yang sudah dicampuri banyak air, lêgén yang ini rasanya manis sekali ehm… 
semanis yang menulis catatan ini he… he.. he… dilarang protes !!!
Dapur 
Umum
Setelah tersegarkan oleh liukan tarian lêgén di tenggorokan, akhirnya pasukan adêm ayêm segera berangkat lagi, ya 
kemana lagi kalau bukan ke Dapur Umum. Nasi, lodeh dan krengseng daging 
plus segelas air putih, sungguh sesuafu, nikmat dan mak nyus gitu loch…
Di dapur umum itu selalu terpasang pesan Bu 
Nyai dalam bahasa Indonesia, Jawa dan Madura untuk menghabiskan makanan yang 
sudah diambil. Masya Allah… memang semua yang terhidang 
adalah hasil tirakatnya orang banyak ~ jamaah PETA dan di luar itu kalau dipikir 
semua itu adalah hasil dari peran sertanya buanyaakkk orang.
Yang jadi bahan perenungan adalah seberapa 
ikut memikirkankah mereka yang hadir di acara Haul itu, tentang bagaimana 
persiapan yang dilakukan untuk menerima sekian ribu orang, sungguh kerja yang 
luar biasa untuk siap menerima tamu yang sedemikian banyaknya setiap 
tahunnya. Tidak hanya dari segi waktu dan tenaga namun 
tentunya juga biaya yang luar biasa besar. Mestinya, setiap jamaah yang 
merasa berkait paut ruhaninya dengan Pondok tentunya juga ikut mempersiapkan 
dirinya masing-masing bagaimana caranya bisa ikut serta mendukung terlaksana 
acara itu dengan infaqnya, sebab dengan adanya acara Haul tersebut sebenarnya 
yang paling dimanfaati ya jamaah semua, bukan pihak Pondok, terutama jamaah 
model minimalis seperti saya, kalau tak mau dikatakan minus he… he… he…
Namun, jujur saya akui bahwa saya masih masuk 
dalam kategori biasa-biasa saja untuk bisa ikut nyengkuyung agenda rutin tahunan 
tersebut, saat bercermin kepada contoh nyata dari suatu kelompok jamaah yang di 
atas kertas sebenarnya jauh dari cukup. Ya… sebagaimana yang dikisahkan 
Kang Wasik, bahwa salah satu kelompok di perdesaan sana yang rata-rata 
pekerjaannya adalah buruh tani ada yang  karena cintanya dan sebab hormatnya kepada 
Guru,  terwujudlah dalam tindakan nyata ~ 
menabung selama setahun penuh dan itu setiap tahun dilakukan ~ hingga bisa andil 
membantu pembiayaan Haul tersebut hingga terkumpul sekian puluh juta, diinfaqkan 
untuk acara Haul dengan terlebih dahulu mengurangi sepuluh juta untuk dibelikan 
pêdhét yang diopeni sendiri bisa 
dapat 2 atau 3 ekor yang nantinya untuk haul tahun berikutnya pêdhét itu sudah menjadi sapi dan 
diinfaqkan juga untuk Haul. Sungguh suatu khidmah yang luar biasa, sesuatu yang 
tak terpikirkan bagi saya. Itulah sebuah contoh kesadaran, menyadari 
dengan sadar akan suatu keterhubungan denganGusti Allah 
dan tentu saja Guru yang mengantarkan kepada Gusti Allah. Salut.
Masjid Agung Al 
Munawar
Setelah tercukupkan oleh sajian di Dapur Umum, 
langkah berikutnya adalah menuju ke Masjid ~ ngepos di situ ~ sampai akhir acara 
selesai. Alhamdulillah berkesempatan menyambung silaturahiim dengan 
beberapa sedulur dari Nganjuk, Ponorogo, Jombang dan Blora, meski asline aku isin Rek… ketemu karo wong aliim-aliim koyo ngono.
Hujan
Baru kali ini saya mengalami turunnya hujan 
yang lebat disertai angin yang kencang saat acara Haul berlangsung, antara waktu 
Maghrib dan Isya’. Sebuah pelajaran, sebuah hikmah 
untuk dimengerti dan dipahami. Bukan karena saya di 
dalam masjid dan tidak kehujanan sebagaimana mereka yang berada di luar, namun 
dalam hati saya berusaha tidak bereaksi atas kejadian tersebut, tak juga 
berharap atau pun berdoa agar hujannya reda. KehendakNya tak pernah salah, kehendakNya yang mengatur kita, bukan 
kita yang mengatur kehendakNya. Berarti malaikat rahmat 
sedang mengepung majelis Haul tersebut, bahkan bisa jadi Kanjeng Nabi sendiri 
yang rawuh.
Jadi ingat bahwa orang yang hebat itu bukan 
dia yang mengeluarkan uang dari saku bajunya tanpa ada habisnya, namun orang 
yang hebat itu orang yang meskipun tahu di saku bajunya banyak uang dia tetap 
bersikap biasa saja saat dia tidak menemukan satu pun uang di saku bajunya saat 
dia mengambilnya. Tetap tenang dan biasa seolah tidak 
terjadi apa-apa, itulah ridho.
Namun hujan lebat itu pun tak berlangsung 
lama, sesaat setelah acara tahlil hujannya reda sampai akhir acara.
Riyadhoh
Satu hal yang pasti setiap menjelang acara 
Haul adalah adanya dawuh untuk berpuasa riyadhoh. Menurut pemahaman saya, dawuh tersebut adalah salah satu bentuk 
kasih sayang dan cintanya Mursyid kepada muridnya. Sebab saat Haul 
tersebut, saya yakin bahwa seluruh waliyullah baik yang kasat mata atau pun yang 
tidak kasat mata, baik yang secara fisik masih dikaruniai usia atau pun yang sudah tutup usia, semuanya ikut 
menghadiri, sebab yang diperingati dan yang memangku peringatan adalah 
presidennya para waliy. Hal itulah yang memancarkan keberkahan 
yang luar biasa dari Gusti Allah untuk mereka yang menyambungkan ruhaninya 
dengan berpuasa riyadhoh dan terutama bagi mereka yang hadir secara 
langsung. Bahkan hadir secara langsung itu pun termasuk 
salah satu bentuk riyadhoh, karena pastinya tidak mudah, harus ada kesediaan 
diri menjadualkan agendanya, menempuh jarak dan waktu, mengeluarkan biaya 
sekaligus terkuras energi fisiknnya. Makanya yang masih sekedar ingin 
berangkat Haul tahun depan, jangan sekedar ingin tetpi niatilah berangkat dan gak usah banyak tanya. Berangkat ya berangkat gitu loch, nanti kalau sudah sampai di 
lokasi kan 
tahu sendiri.
Adanya keberkahan yang luar biasa itulah, andai di area Haul ada 
yang berbuat maksiat, niscaya akan terampuni. Maka mereka yang tidak menautkan ruhaninya yang tidak mau menjalani 
puasa riyadhoh berarti tidak mempersiapkan wadah yang cukup untuk menampung 
keberkahannya Gusti Allah tersebut. Jelasnya 
rugi.
He… he… he… jangan ditiru, saya pernah ndableg dengan tidak menjalani riyadhoh 
itu saat ada Haul tiga tahun yang lalu. Akibatnya saat 
saya masuk Pondok, terpaksa dan dipaksa dicuci dengan merasakan diare terus 
menerus selama acara berlangsung. Tersiksa, tapi kan jadi ada yang bisa diceritakan.
Pulang
Acara berakhir pukul 01.45 dini hari. 
Ya sudah pulang, jalan kaki sampai ke terminal, lha kok terminalnya tutup, sedang 
direnovasi, terpaksa cari masjid dahulu soalnya perlu toiletnya.
Selesai urusan toilet, jalan lagi nyari bis 
jurusan Surabaya, dapat yang kosong, Alhamdulillah, Rp. 17.000,00 pas jam 
03.00.
Saudara-saudara… akhirnya masuk Surabaya jam 07.00 dan sampai 
rumah persis jam 08.03, segera saja bergegas sarapan sedikit terus minum jamu 
Iboe ~ buinflu ~ pusing berat 
soalnya, kemudian mandi, berpakaian sambil memastikan kegantengan diriku di 
depan cermin he… he… he…, trus 
berangkat lagi. Macul rek…
Meski masih mengantuk dan capai, tapi tetap semangat, bukankah 
bekerja merupakan salah satu kewajiban berthoriqoh sesuai dawuhnya Mursyid, 
bahwa orang thoriqoh itu wajib : bekerja (menafkahi keluarga), bermasyarakat (menebar rahmat bagi semesta) dan berkhususiyah (he… he… he… bagi saya sekalian nunut biar 
yang bolong-bolong bisa ketutup).
Jangan lupa, tak cukup 
dengan itu, sebab Mursyid telah mendawuhkan jalur robithoh melalui Sultan Fatah 
81 yang menjadi saluran dawuh-dawuh Beliau mengenai bab 
kethoriqohan dan juga melalui jalur Sultan Agung 78 yang menjadi saluran 
dawuh-dawuh Beliau untuk mensinergikan potensi kejamaahan.
Tidak bisa tidak, harus 
dua-duanya ditaati agar robithoh tidak terputus dengan tidak memandang siapa 
yang melaksanakan Sultan Fatah 81 tetapi yang dipandang adalah Beliau, Mursyid, 
serta tidak usah memandang pula siapa yang melaksanakan Sultan Agung 78, kecuali 
hanya memandang Beliau, Sultan.
Mudah-mudahan kita semua 
termasuk hambanya Gusti Allah dengan dimampukanNYA nderek dawuh Beliau, Mursyid ~ Sang Sultan Agung. Aamiin.


askumwb.
ReplyDeletemet pg mbah bagus ,mbah nanang,mbah faton n all bolo2 .
alhamdulillah. all praises for HIM.
no word to say from the deepest heart anymore how deep...deep...deep it is, no word to print out... ya Allah ya R obbi...jenengan terami Gusti...
ya gmn lg sy hrs split out dr bolo2 to haul, tp sy sadar evrything is a wisdom on it.
sy ingat ktk pertama kl bertemu lutut dn bersalaman dgn my soul grand guide di peta ,berangkat dr sby to peta alone..n..alone no one else on my side. jd maybe setengah napak tilas kesendirian sy road to peta sy di destenied hrs road to haul peta alone n alone...
to be continued...
wassalam.
mf mbah tulisanx spt tahu campur lamongan he...he...ya biar nggak panjang2. soalx saat nulis sambil nunggu pembeli yg ngopi jd tersendat2. buat mbah n bolo yg kebetulan lewat monggo mampir ngopi nang warkop gue ya...
ReplyDeletesekian.
wassalam
@ochimNang endi to warkopmu ? Tak mampir kapan-kapan...
ReplyDeletetepatx di jln. pembantaian mbah...!depan pasar pegirian utarax ljn. ampel, jln. nyamplungan lalu pasar..
ReplyDeletewassalam
Assalamualaikum kang,
ReplyDeletemau tanya apakah di surabaya ada jadwal pengajian/khususiah?,dan lokasinya dimana? saya kepingin ikut hadir,
matur suwun,
@rakhmadUntuk pengajian tasawuf : setiap Sabtu ke-4 setiap bulannya di Masjid Al Akbar [Masjid Ahung Surabaya], Pagesangan, jam 15.30 s.d. menjelang Maghrib.
ReplyDeleteUntuk rutinan bisa di Ketintang Barat 1 No. 31-33, setiap hari Minggu ke-1 dan ke-3 setiap bulannya jam 18.00 s.d. selesai.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWa'alaikum salam...
DeleteMonggo kalau mau khususiyah bisa di Musholla Abi Hasan, Jl. Dukuh Karangan 2/83 Surabaya, bakda Isya' setiap hari Kamis malam Jum'at. [CP. : Mas WAWAN - 03171325671]
Rutinan bisa di Ketintang Barat 1/31-32, setiap hari Minggu ke-1 dan ke-3, Start : Isya'. [CP. : Mas FATHON - 03170831633]
Atau selapanan di Masjid Jami' Kauman, Taman Sidoarjo (sebelah garasi bis PO Baruna), dengan jadwal : 29-06-2013, 03-08-2013, 07-09-2013, 12-10-2013, 16-11-2013 dan 21-12-2013. Jam 20.00 WIB
This comment has been removed by the author.
Delete