Home » » Sebuah NASEHAT

Sebuah NASEHAT

Written By BAGUS herwindro on Oct 30, 2012 | October 30, 2012

Teringat hari Sabtu bulan lalu tanggal 22 September 2012, saat memenuhi undangan kolega Almarhum Ayah dalam rangka keberangkatannya menunaikan ibadah Haji ke Tanah Suci Mekah. Di antara tetamu yang hadir, ada seorang sepuh yang sudah berusia 81 tahun. Perawakannya kecil, kulitnya putih, rambutnya juga sudah banyak yang berwarna putih keperakan, meski memakai kaca mata namun penglihatannya masih jelas, intonasi suara juga masih tegas, serta pendengarannya juga masih prima. Dalam perbincangan dengan Beliau, Beliau menceritakan beberapa hal yang menarik bagiku karena pasti bertabur hikmah.

Tentu saja dominasi cerita Beliau adalah tentang ibadah haji yang telah pernah dilaksanakannya beberapa tahun yang lalu. Di antaranya tentang makna sabar yang tidak hanya sebatas pada lisan namun yang terutama harus pada hati, juga tentang kebersihan harta yang dipergunakan untuk membiayai perjalan haji dan tentu juga tentang percepatan keseimbangan yang selalu terjadi di tanah suci ~ begitu cepat menuai setelah menabur ~ yang baik atau pun juga yang tak baik.

Pastinya ada juga cerita tentang pertolongan yang entah siapa, bagai seorang pemuda, yang datang kepada Beliau dan istri saat di kerumunan dan kemacetan sekian banyak orang di tanah suci, seperti ada yang membimbing dan membuka jalan, hingga meski kelihatannya tak ada sela tetapi kenyataannya bagai bebas hambatan. Mungkin terkait juga dengan kesaksian beberapa tetangga yang pada saat Beliau melaksanakan ibadah haji, selalu terdengar suara anak yang mengaji di rumah Beliau setiap bakda Maghrib. Hal yang tak pernah terjadi sebelumnya atau pun sesudahnya.

Dari kejadian itu, ada satu cerita yang mungkin ada hubungannya dan mungkin pula tidak. Cerita inilah yang paling berkesan bagiku, sejenak seperti menelanjangi diriku dan memaksaku menahan diri agar tak tertunduk haru. Tetapi sebagaimana biasanya, cerita ini tidak akan saya bagikan kepada Panjenengan pada pargraf ini, namun tidak berlaku untuk paragraf setelah ini.

Dulu saat setelah menikah dan dikaruniai Gusti Allah seorang anak perempuan, Beliau ini berkeinginan dengan sangat untuk memiliki seorang anak laki-laki. Maka kemudian Beliau ini bukan hanya berdoa namun juga bertirakat untuk memastikan agar nanti anak keduanya terlahir laki-laki. Maka benarlah sudah, apa yang menjadi keinginannya tersebut dikabulkan Gusti Allah, anak kedua terlahir laki-laki. Bahagia jelasnya, namun takdir berkata lain. Permohonannya untuk mendapat anak laki-laki dikabulkan oleh Gusti Allah, namun hanya diberi jatah ruang dan waktu di dunia ini hanya kurang lebih lima belas menit, kemudian diminta kembali oleh Gusti Allah. Sedih memang, namun Beliau tetap bersyukur bahwa seakan diingatkan oleh Gusti Allah tentang kekeliruannya, memaksakan kehendaknya sendiri padahal apa yang diinginkan belumlah tentu baik bagi dirinya, maka kalau pun toh dikabulkan pasti cobaannya besar. Tidak ingin mengulang kekeliruan yang sama, maka Beliau pun berserah diri kepada Gusti Allah, sumeleh, terserah Gusti Allah asal itu yang terbaik dari sisiNya. Pada kehamilan istri Beliau berikutnya, saat kelahiran ternyata dikarunia anak kembar ~ dampit ~ laki-laki dan perempuan.

Wis ngono wae ceritaku.

Share this article :
Comments
2 Comments

2 komentar:

  1. Neng pancen Gusti Allah iku senengane ngono iku yo Mas ... Awake dewe njaluke mung siji neng leh maringi sak Polpole uwakeh ....

    ReplyDelete

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger