----------------
Meski pun aku juga termasuk orang kecil, aku banyak bergaul dengan mereka yang lebih kecil lagi. Tentunya kecil di sini adalah sebuah ungkapan sebagai penanda strata dalam kemajemukan sistem sosial ekonomi masyarakat.
Sering kutemui, mereka yang dikategorikan orang kecil itu terpuruk oleh belitan permasalahannya. Kesulitan ekonomi yang diperparah dengan tidak tertanam kuatnya nilai-nilai ketuhanan dan budi pekerti yang baik pada diri mereka menyebabkan persoalan-persoalan yang membelit mereka menjadi kian rumit, melibas dan menggulung ke dalam sebuah perputaran yang tak ada habisnya yang entah dari sisi mana hendak menguraikannya.
Salah satu yang kukenal adalah dia, ITA. Seorang perempuan muda dengan usia belumlah genap seperempat abad. Dia dulu pernah menikah dan punya anak seorang, hanya sayang entah ada persoalan apa sehingga rumah tangganya tidak bertahan lama. Si anak ikut orang tuanya di desa, suaminya entah ke mana dan dia sendiri merantau ke kota. Surabaya inilah kota perantauannya.
Setiap hari, mulai pagi dia menjadi “pocokan” yaitu pembantu rumah tangga paruh waktu, tugasnya cuci dan menyeterika baju serta bersih-bersih rumah. Berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya yang memakai jasanya. Mulai pagi hingga menjelang sore, itu yang dilakukannya. Salah satu pemakai jasanya adalah aku.
Seakan lelah tak boleh hinggap di tubuhnya, selepas senja pun dia tetap bekerja di sebuah counter makanan di kawasan yang berjuluk Food Festival di wilayah Timur Surabaya hingga menjelang tengah malam. Itu setiap hari.
Ternyata di Surabaya ini dia menikah lagi dengan seseorang dan mempunyai satu orang anak perempuan, masih kecil, seusia lima tahunan. Pernikahan itu tidak tercatat secara resmi sesuai hukum Negara karena dilakukan di bawah tangan atau secara sirri. Apesnya lagi, suaminya itu sangat tidak bertanggung jawab, dia menikah lagi, secara resmi sesuai hukum Negara. Sudah punya anak, menikah lagi, tanpa menafkahi, lha kok tiap bulan datang ke si Ita minta setoran uang hasil kerja kerasnya satu juta sekian. Sungguh TERLALU !!!
Terakhir aku memakai jasa si Ita bulan Nopember tahun lalu sebelum pindah rumah dan dia pula yang membantu bersih-bersih menjelang dan saat terakhir pindah rumah.
Lama tidak berjumpa langsung dengannya, tadi malam mamanya kakaknya adik terakhirnya anakku yang pertama [he… he… anakku kan tiga, jadi harus disebut semua] memberitahukan kepadaku bahwa si Ita telah dipanggil menghadap kembali kepada Gusti Allah hari selasa kemarin karena sakit. Suami sirrinya malah marah-marah ketika dikabari.
Terhenyak aku mendengarnya, menggumpal rasanya dada ini….
Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un.
Terima kasih, engkau telah ikut membantuku selama ini. Salut untukmu, meski aku tak kunjung paham apa yang ada di benakmu hingga engkau menyediakan dirimu bekerja keras hingga demikian kerasnya dan mau menyerahkan sebagian hasil kerja kerasmu itu pada seseoarng yang sama sekali tidak ada tanggung jawabnya kepadamu dan anakmu meski sebenarnya dialah yang paling bertanggung jawab atas dirimu dan diri anakmu.
Semoga engkau tenang di alam sana, diampuni segala dosamu dan diterima segala kebaikanmu serta mendapatkan keridhoan Gusti Allah. Semoga tulisan ini bisa menjadi kesaksianku atas kebaikanmu dan perjuangan hidupmu.
Semoga dua anak yang masih kecil-kecil yang engkau tinggalkan dan tidak mendapatkan dekapan kasih sayang orang tua sebagaimana mestinya, semoga selalu diberikan oleh Gusti Allah tetapnya iman terangnya hati dan keselamatan dunia akhirat. Semoga mereka menjadi hamba-hambanya Gusti Allah yang sholih dan sholihah, yang tetap optimis, pantang menyerah, dengan dada membusung, tangan terkepal, pandangan menatap lurus ke depan serta tetap dengan kelembutan hati, siap menyongsong hari yang ada di depan sana denganNya, bersamaNya dan menuju kepada-Nya.
Semoga mereka yang saat ini menaungi anak-anakmu dibukakan hatinya oleh Gusti Allah agar tidak sebersit pun muncul di hati mereka keinginan untuk menyia-nyiakan anak-anakmu.
Semoga mereka menjadi pribadi-pribadi yang mulia dan memuliakan kehidupan.
Allahumma aamiin.
Surabaya, 29 April 2011 – 11.02 WIB
Allahummaghfir laha warhamha wa'aafihi wa'fu'anha. Aamiin
ReplyDeleteSmg anak2nya djdkan sholihin/sholihah yg sukses dunia akhirat
ReplyDelete