Home » , » Haul di Pondok PETA akhir 2009

Haul di Pondok PETA akhir 2009

Written By BAGUS herwindro on Dec 21, 2009 | December 21, 2009


Alhamdulillah kemarin tanggal 20 Desember 2009, aku bisa hadir di Pondok Pesulukan Thoriqot Agung Tulungagung untuk mengikuti acara Haul ke-5 Hadhratus Syaikh Abdul Jalil Mustaqim, haul ke-40 Hadhratus Syaikh Mustaqim bin Husein, haul ke-22 Nyai Hj. Sa’diyah binti H. Rois.

Bagi murid thoriqoh, acara haul mungkin setengah wajib untuk dihadiri, karena ada konsentrasi kebarokahan yang luar biasa yang terpancar dan berpusat di lokasi haul. Karena kedudukan para masayaikh yang diperingati haulnya begitu luar biasa, maka insya Allah setiap peringatan haul seluruh waliyullah juga hadir di lokasi acara. Wallahu’alam. Karena itu bagi murid-murid PETA biasanya dianjurkan melakukan puasa riyadoh sebelum haul minimal 10 hari maksimal 40 hari, agar secara ruhani murid-murid mempunyai kesiapan wadah untuk menampung limpahan kebarokahan yang memancar secara luar biasa tersebut.


Seperti bulan Januari lalu, untuk haul kali ini aku memutuskan berangkat dengan menggunakan jasa angkutan kereta api, nyantai-murah-meriah, bersama beberapa kawan. Ada perbedaan yang kurasakan saat naik kereta kali ini, yaitu tidak tampak lagi para pengamen dan pedagang asongan yang bersliweran hilir mudik di dalam gerbong kereta. Ternyata tidak boleh, mereka hanya menawarkan dagangannya dari luar gerbong dan saat kereta berhenti sejenak di stasiun. Rupanya PT. KA sekarang menggunakan tenaga outsources untuk tenaga kebersihan di dalam gerbong sekaligus setelah selesai menyapu gerbong mereka juga menawarkan makanan dan minuman yang diproduksi di bagian restorasi kereta yang tentu saja harganya relative lebih mahal dibandingkan bila beli dari para pedagang asongan.

Berangkat dari rumah naik motor, sampai di stasiun Wonokromo jam tujuh pagi, trus beli karcis, cumin enam ribu ternyata untuk kereta Rapi Doho jurusan Blitar. Karena kereta Rapi Doho berangkat dari stasiun Semut, sedangkan Wonokromo adalah stasiun ketiga yang dilewati setelah Gubeng, maka untuk menghindari penuh dan agar dapat tempat duduk, dari Wonokromo nunut kereta Komuter Surabaya-Sidoarjo ke stasiun Gubeng dulu. Tepat jam delapan pagi Rapi Doho berangkat dari stasiun Gubeng. Bismillah semoga barakah.

Karena bisa dapat tempat duduk jadinya enak dibuat ngobrol di sepanjang perjalanan, sharing tentang banyak hal yang tentu saja tentang laku lampah yang kami jalani masing-masing. Bukankah setiap murid dari Syaikh Abil hasan Asy Syadzili adalah satu kitab tersendiri ? Jadilah aku banyak belajar juga dengan membuka kitab-kitab yang lain yang ada di luar diriku, maksudnya kitab yag ada dalam diri teman-temanku. Weleh-weleh….. sudah beberapa tahun berthoriqoh, rasanya aku tetap saja masih play group, maklumlah masih nduableg puol…. minimalis dan masih masuk dalam golongan koberiyah…. Anda tahu maksud koberiyah ? Kalau blom tahu coba deh di search di mBah Google, pasti engga bakalan nemu !!!

Sampai di stasiun Tulungagung kurang lebih jam setengah satu siang, kemudian jalan kaki menuju lokasi pondok. Tampak panitia sudah tersebar mengatur persiapan acara puncak di malam harinya nanti. Mampir dulu di alun-alun, ngopi. Setelah itu baru menuju pondok, tetapi dipersilahkan oleh salah seorang panitia untuk makan dulu di dapur umum di sebelah Baratnya masjid Jami’. Boleh makan sepuasnya tetapi ada satu syaratnya, yaitu HARUS HABIS. Itu yang dipesankan oleh Bu Nyai dan pesan itu ditempelkan di lokasi dapur umum dalam tiga bahasa : Indonesia, Jawa dan Madura. Sebuah pendidikan untuk murid-murid agar tidak ada kesia-siaan sekaligus sebuah penghargaan untuk semua tenaga yang sudah mempersiapkan berbulan-bulan sebelumnya baik yang dalam level pemikiran, pelaksana dan terutama yang menirakati.

Selesai menikmati jamuan makan yang tentu saja pas sekali dengan situasi perut yang memang sudah lapar, maka kami pun berniat untuk segera masuk ke pondok tetapi rupanya belum memungkinkan untuk masuk karena masih ada acara tahlil di dalam. Ndilalah kok ada ustadz Arif al Majid yang langsung mengupayakan masuk pondok lewat jalan samping langsung tembus ke dapur pondok. Kami pun segera naik ke lantai tiga dan mempersiapkan diri untuk segera mandi. Setelah mandi, shalat dulu jama’-qashar dhuhur dan ashar, trus silaturahim ke sekretariat sambil nyari majalah Cahaya Sufi terbaru. Ada juga teman yang nyari cincin cinta. Setelah selesai kai bergegas ke lantai tiga lagi karena telah masuk waktu ashar, sebab sehabis ashar akses tangga naik turun antar lantai sudah dijaga panitia dan tidak diperbolehkan dilewati karena sudah diplot untuk acara berikutnya.

Tepat setelah shalat maghrib acara pun dimulai dengan susuna acara yang tentunya tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Diawali oleh pembacaan Salamullah, dilanjutkan pembacaan Shalawat oleh jamaah al-muhibbun al-banjari, kemudian pembacaan YaaSin dipimpin oleh KH. Jamaluddin Ahmad kemudian ketika sampai pada bacaan kalimat thoyibah dipimpin oleh KH. Abdul Ghofur Mustaqim sampai dengan doa penutup.

Setelah itu pembacaan ayat suci al-qur’an,dilanjutkan dengan sambutan dari wakil keluarga pondok yang disampaikan oleh Bapak M. Athiyah yang kebetulan juga saat ini masih menjabat sebagai wakil bupati Tulungagung. Berikutnya pembacaan manaqib Syaikh Mustaqim bin Husein yang disampaikan oleh KH. Mudhofir Suhaimi dari Trenggalek yang pada intinya membahas nasab dari Syaikh Mustaqim bin Husein sampai ke Sayyit Ali Muhammad (mBah Panjalu, Ciamis) dan terus sampai ke Rasulullah Muhammad SAW. Pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Jalil Mustaqim dilewati karena Beliau yang ditugasi menyampaikan belum hadir. Berikutnya disampaikan manaqib Syaikh Abil Hasan Asy Syadzili oleh KH. M. Luqman Hakim, MA. Sebagaimana biasanya, materi yang disampikan oleh Syaikh Luqman mengalir dengan begitu luwesnya, mudah dimengerti dan dipahami. Untuk Mauidhoh Hasanah, mengusung tema : Jihadun Nafs, disampaikan oleh dua pembicara yaitu Prof. Dr. Kautsar Azhari Nur dari Jakarta dan yang selalu membawakan materi ceramahnya dalam bahsa sederhana dan kocak yaitu Al Habib KH. Umar Muthohar dari Semarang.

Isinya, rasanya tidak perlu saya tulis karena saya memang lebih banyak tidurnya di lantai empat dari pada ndengerin ceramah yang disampaikan. Nguantuk puol. Acara ditutup dengan do’a secara bergantian oleh para masayaikh. Acara berakhir jam satu dini hari. Semestinya jam duanya akan dilaksanakan khususiyah syadziliyah di maqom, akan tetapi berhubung hari ini harus tetap masuk kerja, maka tidak bisa ikut khususiyah. Mampir ke sekretariat pamitan sama Kang Wasi’ trus langsung menuju terminal bis dengan berjalan kaki menikmati heningnya suasana malam di bumi Tulungagung.

Jam setengah dua bis berangkat menuju Surabaya dan belum sampai jam setengah lima pagi bis sudah samapi di stasiun Purabaya. Sehinga jarak Tulungagung-Surabaya ditempuh hanya kurang dari tiga jam saja, padahal normalnya tiga setengah sampai empat jam. Salah seorang teman yang tidak tidur menyaksikan kalau bis itu berjalan ngebut zig-zag, serem kan. Lha aku yang tidur ya santai saja. Ternyata berthoriqoh itu salah satu kiasannya juga seperti itu. Ada murid yang dalam perjalanan penempuhannya diperlihatkan atau diberikan berbagai pemahaman oleh gusti Allah sehinga pemahaman ruhaniahnya banyak yang tentu saja si murid ini harus lebih ekstra hati-hati dalam menata hatinya, lebih seram karena kemungkinan tergelincir malah lebih besar. Tetapi sebaliknya ada murid yang dalam penempuhannya malah tidak pernah merasakan apa-apa tidak mempunyai pengalaman ruhani apa-apa, ibarat naik bis dia itu tidur, begitu bangun sudah sampai di tempat yang dituju. Mungkin seperti itu juga, murid ini pokoknya wiridan saja, natinya begitu sadar tahu-tahu sudah di hadapan Allah, khusnul khotimah. Jadi sebenarnya sama saja, yang penting kita menjalani apa yang diamanahkan guru mursyid, selebihnya terserah Allah saja memposisikan kita di mana. Begitulah.
Share this article :
Comments
3 Comments

3 komentar:

  1. Alhamdllah, den artklnya mantep2
    den kmren q di plh tmen2 jadi panitia rombongan haul ke PETA,
    kmren pd hr minggu kmi kumpul di ponpes RAUDLATUL ASYIQIN waturoyo, margoyoso pati,jawatengah ,jam setengah 6 pagi rencana berangkat jam 7 pagi lalu kumpul di belora samma teman2 jamaah dari blora,purwodadi,grobogan,
    stlh temen2 rombongan kumpul dan jam sudh nunjukin jam 7, kami siap tuk berangkat ,ndilalah bus yg qm carter mogok 3 jam lamanya,
    ya uwes aku di omeli ama rombongan, tpi alhmdulilah akhirnya jam 10 lebih kmi bru berangkat ke tulungagung,sampe di tulungagung sekitar jam 17.45, cari parkir yg deket sama pondok sudah ndk bisa, akirnya parkir kami di sblh selatan alun2 tpatnya di dpan smpn1.
    Subhanallah, ...
    tobe continue........................................

    ReplyDelete
  2. Wah kalo jam segitu sih masuk pondok dah gak bisa. Habis ashar itu sdh ketat dijaga panitia untuyk acara bakda maghrib.

    ReplyDelete
  3. Mas Bagus, wah sayang,P. Lukman Hakim bahasannya bagus tentang ikhlas Mas Banyak tidur! yah semoga mas bagus ketempatan ikhlas.

    ReplyDelete

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger