Yang ini hasil perenungan ngawur aja. Sebagaimana yang sudah kita pahami bahwa semesta ini diciptakan Allah karena cinta. Cintanya Allah kepada siapa lagi tumplek blegnya kalau gak kepada Kanjeng Nabi. Karena cintanya Allah itulah yang menyebabkan juga cintanya Kanjeng Nabi juga tumplek bleg kepada kita umatnya. Kok jadi pakai kosa kata tumplek bleg yo ?
Salah satu wujud cinta itu adalah syafaat yang di akhirat nanti berupa ampunan Allah. Di dunia ini salah satu wujud cinta itu adalah kebarokahan yang mungkin itu juga merupakan manifestasi dari syafaat Rasulullah. Kebarokahan itulah yang sering kita rindukan melalui sarana bersholawat. Kita bertabaruk / ngalap barokah cintanya Nabi kepada kita dan tentunya sampai saat ini cinta nabi itu terus terpancar juga dari para hamba Allah yang merupakan sebenar-benarnya warotsatul anbiya, sebenar-benarnya pewaris Nabi yang memegang ajaran Nabi yang paling orisinil [dzikir] yaitu para mursyid kamil mukammil. Kalau belum bisa full mencintai Allah ya paling tidak mencintai orang-orang yang mencintai Allah dan di jaman ini siapa lagi yang cintanya kepada Allah demikian dhsyatnya kalau bukan para mursyid kamil mukammil.
Sering para murid thoriqoh itu bertabaruk/ngalap barokah melalui apa pun yang pernah dido’akan, dipegang, dipunyai atau pun diperintahkan oleh para mursyid. Ada yang bertabaruk dengan garam cintanya, air cintanya, cincin cintanya atau srana yang lainnya. Tetapi sering dilupakan bahwa para murid pun ketika berbaiat berhadapan langsung dengan mursyid, bersentuhan dengan mursyid, bersalaman dengan mursyid, didoakan mursyid bahkan yang dahsyat adalah disyahadatkan hatinya serta ditanamkan biji iman ke dalam bumi qolbunya, yang berarti dalam diri murid thoriqoh ini sudah tentu tersimpan potensi kebarokahan yang luar biasa. Kebarokahan yang bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga terbias pada radius di luar dirinya. Jadi murid thoriqoh dari mursyid kamil mukammil itu insya Allah pasti mbarokahi juga, bukan karena faktor dirinya melainkan hanya sebagai saluran yang dilalui untuk didisribusikan.
Makanya, di manapun berada, murid thoriqoh itu biasanya diberi kemampuan “menyangga” orang-orang yang sambat. Sekali lagi bukan karena faktor dirinya, melainkan hanyalah saluran yang berfungsi untuk dilalui dan didisribusikan. Karena itu kita semua pernah dipesan bahwa semisal dimintai tolong apa aja yang kitatidak mengerti ilmunya atau tidak memiliki pengetahuan tentang itu, engga boleh ditolak, tetap diusahakan ditolong sesuai yang muncul di hati, minimal dido'akan.
Wallahu'alam.