Home » » Efek samping

Efek samping

Written By BAGUS herwindro on Mar 4, 2008 | March 04, 2008

Pada khususiyah tanggal 18 Januari 2008 kemarin salah satu yang disampaikan oleh Kang Wasi’ adalah dawuhnya Yai yaitu wiridan yang biasa dilakukan itu bisa mencerdaskan pikiran. Wah asyik nih, dimana ya logikanya ? Karena yang disebut adalah pikiran, makanya saya berani membahas tentang logikanya karena pikiran menyangkut organ berpikir yaitu otak sehingga wilayah bahasannya adalah fisik, tetapi lain soal bila sudah menyangkut wilayah hati, maka logika sudah tidak perlu dipergunakan karena tidak akan sampai.
Pendahuluan
Menurut para ahli yang menggeluti masalah otak, otak kita setiap saat menghasilkan impuls-impuls listrik. Aliran listrik ini, yang lebih dikenal sebagai gelombang otak, diukur dengan dua cara, yaitu amplitudo dan frekuensi. Amplitudo adalah besarnya daya impuls listrik yang diukur
dalam satuan micro volt. Frekuensi adalah kecepatan emisi listrik yang diukur dalam cycle per detik, atau hertz. Fre­kuensi impuls menentukan jenis gelombang otak, yaitu beta, alfa, theta, dan delta. Jenis atau kombinasi dari je­gelombang otak menentukan kondisi kesadaran pada suatu saat dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada suatu saat, pada umum­nya otak kita menghasilkan empat jenis gelombang secara bersamaan, namun dengan kadar yang berbeda.
Setiap orang punya pola gelombang otak yang unik dan selalu konsisten. Keunikan itu tampak pada komposisi ke­empat jenis gelombang pada saat tertentu. Komposisi ge­lombang otak itu menentukan tingkat kesadaran seseorang. Meskipun pola gelombang otak ini unik, tidak berarti akan selalu sama sepanjang waktu. Kita dapat secara sadar, de­ngan teknik tertentu, mengembangkan komposisi gelombang otak agar bermanfant bagi diri kita.
BETA adalah gelombang otak yang frekuensinya paling tinggi. Beta dihasilkan oleh proses berpikir secara sadar. Beta terbagi men­jadi tiga bagian, yaitu beta ren­dah 12-15 Hz, beta 16-20 Hz, dan beta tinggi 21-40 Hz. Kita menggunakan beta untuk berpikir, berinteraksi, dan men­jalani kehidupan sehari-hari. Meskipun beta sering kali "menghilang" saat kita mem­fokuskan pikiran, beta tetap dibutuhkan agar kita dapat menyadari dunia di luar diri kita. Bersama dengan gelombang lainnya, beta sangat dibutuhkan dalam proses kreatif. Tanpa beta, semua kreativitas yang merupakan hasil pikiran bawah sadar akan tetap terkunci di bawah sadar, tanpa bisa terangkat ke permukaan dan disadari oleh pikiran. Walaupun beta merupakan satu komponen yang sangat penting dari kondisi kesadaran kita, namun bila kita beroperasi semata-mata hanya dengan jenis gelombang ini, tanpa didukung oleh frekuensi yang lebih rendah, maka menghasilkan satu kehidupan yang dipenuhi dengan kekhawatiran, ketegangan dan proses berpikir yang tidak fokus.
ALFA adalah jenis gelombang yang frekuensinya sedikit lebih lambat dibandingkan beta, yaitu 8-12 Hz. Alfa berhubungan dengan, kondisi pikiran yang rilek santai. Dalam kondisi alfa, pikiran dapat melihat gambaran mental secara sangat jelas. Dapat merasakan sensasi dengan lima indra dari apa terjadi atau dilihat dalam pikiran. Alfa adalah pintu gerbang bawah sadar. Manfaat alfa yang utama dan paling penting adalah bagai jembatan penghubung antara pikiran sadar dan tidak sadar. Alfa memungkinkan kita untuk menyadari keberadaan mimpi dan keadaan meditasi terdalam yang kita capai. Tanpa alfa, kita tidak akan dapat mengingat mimpi.
THETA adalah gelombang otak pada kisaran frekuensi 4-8 Hz, yang dihasilkan oleh pikiran ba­wah sadar (subconscious mind). Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka panjang kita dan juga merupakan gudang inspirasi kreatif. Selain itu, pikiran bawah sadar juga menyimpan materi yang berasal dari kreativitas yang ditekan atau tidak diberi kesempatan untuk muncul ke permukaan. Meskipun kita dapat masuk ke theta dan mengak­ses berbagai materi yang tersimpan di sana, bila tidak dibantu dengan gelombang alfa dan beta, semua materi itu tidak dapat dikenali oleh pikiran sadar. Semua materi yang berhubungan dengan emosi, baik itu emosi positif maupun negatif, tersimpan dalam pikiran bawah sadar. Emosi-emo­si negatif yang tidak teratasi dengan baik, setelah masuk ke pikiran bawah sadar, akhirnya menjadi beban psikologis yang menghambat kemajuan diri seseorang. Bila kita berhasil masuk ke kondisi theta, kita akan mengalami kondisi meditatif yang sangat dalam. Semua pengalaman meditatif yang selama ini dicari oleh orang yang melakukan praktik meditasi, misalnya keheningan, ketenangan, kedalaman, dan puncak kebahagiaan, dirasakan di dalam theta.
DELTA adalah gelombang yang paling lambat, pada kisaran frekuensi 0,1-4 Hz, dan merupakan frekuensi dari pikiran nirsadar (unconscious mind). Pada saat kita tidur lelap, otak hanya menghasilkan gelombang delta agar kita dapat istirahat dan memulihkan kondisi fisik. Pada orang tertentu, saat dalam kondisi sadar, delta dapat muncul bersama dengan gelombang lainnya. Dalam keadaan itu, delta bertindak sebagai "radar" yang mendasari intuisi, empati, dan tindakan yang bersifat insting. Delta juga memberikan kebijakan dengan level kesadaran yang sangat dalam. Gelombang delta sering tampak dalam diri orang profesinya bertujuan membantu orang lain - orang perlu memahami kondisi mental, psikologis, atau emosi orang lain. Orang yang berprofesi sebagai "penyembuh dan orang yang sangat mengerti orang lain biasanya mempunyai gelombang delta dalam kadar yang tinggi. Delta muncul tidak hanya saat kita memperhatikan orang namun juga muncul saat kita berusaha mengerti ide konsep, objek atau seni atau apa saja yang membutuhkan kesadaran nirsadar yang dalam.
Gelombang beta, alfa, theta, dan delta adalah komponen pembentuk kesadaran kita. Keempat gelombang itu ber­operasi dalam satu jalinan komposisi rumit yang menentukan kondisi kesadaran kita dalam suatu saat.
Pembahasan
Coba kita sejenak saja berdiam diri dan perhatikan apa yang ada dalam pikiran, maka saya yakin dalam pikiran yang kita amati akan berkecamuk berbagai macam persoalan, di berbagai tempat dan waktu secara acak dan silih berganti. Dalam hitungan detik apa yang melintas di pikiran selalu berganti-ganti. Nah itu tandanya gelombang otak yang dominan berada di wilayah Beta.
Bagi para murid thoriqot, wiridan merupakan kebiasaan sehari-hari yaitu berupa kalimat dzikir dengan tata cara tertentu dan jumlah yang tertentu pula yang tidak lepas dari istighfar, sholawat dan tahlil dengan niat lillahi ta’ala. Bila wiridan ini dikerjakan dengan sungguh-sungguh, biasanya setelah beberapa waktu dari dimulainya wiridan akan terjadi kondisi khusyu’ (yang saya maksudkan dalam bahasan ini adalah khusyu’ secara lahir) yaitu lintasan pikiran yang semula kacau akan berubah menuju lebih tenang, lebih fokus pada apa yang diwiridkan dan biasanya juga akan terasa seperti mengantuk. Nah kondisi tersebut merupakan pertanda terjadi perubahan pola gelombang otak, dari yang semula BETA menuju ke pola ALFA – THETA (khusyu’ lahir). Hanya saja kondisi seperti mengantuk tersebut harus tetap dijaga kesadarannya agar tidak kebablasan tertidur yaitu penurunan frekuensi gelombang otak ke DELTA. Kondisi khusyu’ secara lahir merupakan suatu kondisi yang benar-benar optimal bagi proses pembelajaran dan pemberdayaan diri.
Dalam Wiridan
Dalam kondisi ALFA, pelaku wiridan akan mencapai relaksasi atau kondisi tubuh fisik yang rileks, napas menjadi teratur dan detak jantung pun akan semakin teratur. Dalam kondisi ini panca indera berfungsi optimal sehingga informasi apa pun yang diterima dapat diserap dan dipahami dengan lebih mudah karena dalam kondisi ALFA-lah terjadi proses berpikir yang fokus. ALFA inilah yang akan mengantar pelaku wiridan menuju frekuensi gelombang otak yang lebih lambat lagi yaitu THETA. Di dalam THETA inilah pikiran bawah sadar manusia dapat diakses. Sebagaimana paparan di atas, di dalam pikiran bawah sadar manusia di antaranya tersimpan memori jangka panjang, pendaman emosi baik yang positif maupun negatif serta inspirasi kreatif yang tak terhingga. Dalam kondisi THETA ini pelaku wiridan secara tidak langsung akan mentransfer atau menanamkan kalimat-kalimat dzikirnya ke pikiran bawah sadar khususnya ke memori jangka panjang. Apalagi bagi santri PETA semua wirid harusnya diartikan ALLAH, berarti disamping kalimat dzikir itu sendiri juga lafal ALLAH itu yang ditanamkan ke bawah sadar. Jika dalam pikiran bawah sadar terdapat beban-beban pshikologis yang belum ada penyelesaiannya, maka biasanya proses wiridan bagaikan proses editing film di mana bagian-bagian yang tidak diperlukan (misalnya marah, benci, kecewa, penyesalan dan sebagainya) akan dihapus dengan kalimat dzikir yang ditanamkan ke dalamnya sehinga berubah menjadi penerimaan dan cinta kasih yang melimpah. Juga karena pikiran bawah sadar merupakan gudang inspirasi kreatif yang tak terkira, maka dengan masuk ke kondisi THETA inilah hal tersebut dapat diakses sehingga tidak jarang pelaku wiridan seakan-akan dengan tiba-tiba saja memperoleh inspirasi jalan keluar dari masalah yang mungkin sedang dihadapinya. Bisa jadi juga apa yang pernah dipelajari dulu apa pun itu yang semula belum bisa dipahami dan tersimpan di dalam memori jangka panjang, setelah pelaku wirid memasuki kondisi THETA dengan tanpa disadari terjadi proses kreatif yang menimbulkan pemahaman baru sehingga sepertinya dengan tiba-tiba saja ia memahaminya. Pengetahuan intuitif pun sering muncul dalam kondisi ini. Waktu setelah wiridan ini adalah saat-saat makbulnya do’a, terlepas dari hakikinya, secara logika semakin rendah frekuensi gelombang otak semakin kuat energi pshikis yang dimiliki dan dalam kondisi ALFA-THETA kualitas dan daya pancar vibrasi pikiran dalam kondisi yang sangat kuat sehingga apabila seseorang berdo’a maka vibrasi pikiran yang dipancarkan sesuai do’a yang dipanjatkan akan mempercepat materialisasi do’a tersebut atau akan mempercepat perwujudan do’a tersebut dalam realita fisik.
Di Luar Wiridan
Seorang murid thoriqot dengan keistiqomahannya dalam menjalankan wirid, tanpa disadari akan sering mengkondisikan frekuensi gelombang otaknya dalam kisaran Alfa-Theta (khusyu’ lahiriah), sehingga di luar wirid pun insya Allah juga akan lebih mudah mencapai kondisi tersebut, tidak begitu terpengaruh dengan kondisi yang terjadi di luar dirinya. Tubuh dalam kondisi rileks, tidak mudah stress dan proses berpikir dalam keadaan fokus, sehingga mempelajari apa pun akan lebih mudah dan cepat. Informasi apa pun akan lebih cepat terserap, sehingga misalnya dalam hal membaca buku dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat tanpa kehilangan makna yang ada di dalamnya. Mempelajari sesuatu secara otodidak juga akan lebih bagus hasilnya karena intuisi kreatif dari dalam pikiran bawah sadar akan dengan secara otomatis terakses. Sehingga memang ada korelasi positif antara wiridan dan kecerdasan berpikir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu efek samping secara lahiriah dari wiridan adalah meningkatkan kecerdasan berpikir.
Begitulah... wallahu ‘alam.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger