Home » » Tuhan Tidak Murka

Tuhan Tidak Murka

Written By BAGUS herwindro on Jan 3, 2008 | January 03, 2008

Tulisan ini saya kutipkan dari buku :

Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki

[Hak cipta@Emha Ainun Nadjib; Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Buku Kompas, Juni 2007; PT Kompas Media Nusantara; JI. Palmerah Selatan 26-28 Jakarta 10270; KMN 31007025; Editor : Progress Talent, Copy editor : Irwan Suhanda, Sampul : A. Novi Aahmawanta, Ilustrasi sampul : Jitet Kustana; Cetakan pertama, Juni 2007; Cetakan kedua, Juli 2007; Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.; vi + 258 hlm.; 14 cm x 21 cm; ISBN: 978-979-709-311-2; Isi di luar tanggung jawab Percetakan Victory Jaya Abadi]

[Kepada penerbit, saya mohon maaf tidak minta ijin terlebih dahulu. Mohon jangan diperkarakan secara hukum, saya bersedia menarik postingan ini jika penerbit berkeberatan. Tetapi saya yakin penerbit malah berterima kasih karena saya termasuk mempromosikan juga. :P Saya mengutip satu sub judul dalam buku tersebut di atas karena ada muatan hikmah yang mengandung kekinian sesuai situasi (kalau di sini : siniasi, :D) dan kondisi yang akhir-akhir ini menyelimuti negeri kita tercinta Indonesia yang bagaimana pun keadaannya tidak bisa kita ingkari bahwa kita lahir di bumi ini, makan minum dari hasil bumi ini dan mungkin nanti meninggal juga dikubur di bumi ini. Semoga ke depan, dari bumi Indonesia inilah terjadinya kebangkitan dan kejayaan Islam yang sebenar-benarnya Islam. Aamiin.]

Seandainya skala waktu kehidupan ini hanya dunia, seandainya hidup kita ini sekadar sepanjang jatah usia kita, maka yang rumahnya kena banjir dan longsor adalah para koruptor, pengkhianat-pengkhianat amanat rakyat, para pendusta masyarakat, serta orang-orang yang ke­lakuannya menyakiti hati Tuhan.

Tapi, tidak demikian yang terjadi. Banyak orang kecil, yang selama ini hidupnya sengsara, sekarang disiksa banjir dan diusir longsor. Sebaliknya, lebih banyak lagi pencoleng dan penjahat politik ekonomi kenegaraan yang tidak ter­sentuh musibah.

Untung ada ilmu hikmah dari Allah. Seorang anak fakir dengan susah payah bekerja sejak kecil untuk membiayai sekolahnya sendiri, sampai akhirnya bukan hanya menjadi sarjana, bahkan sukses jadi doktor. Menjelang hari wisuda kedoktorannya sekaligus men­jelang hari pernikahannya, Tuhan mengambil nyawanya. Keluarganya nangis nggero-nggero, tetapi tangis mereka mungkin segera mereda jika telinga rohani mereka men­dengar kata-kata Tuhan : "Anakmu itu hamba teladan di pandangan mata-KU. Ia lulus cumlaude, jadi Indonesia yang kotor tidak berhak mengotorinya sedikitpun. Maka, KU­ambil ia untuk menjadi salah satu kekasih-KU...".

Kaya tidak berarti jaya di mata Tuhan atau di skala dunia akhirat. Miskin tidak berarti kehinaan. Selamat dari longsor dan banjir tidak sama dengan diselamatkan Tuhan. Yang menderita karena banjir justru mungkin sedang ditagih utangnya oleh Allah, supaya halal bihalal dengan Tuhan, sehingga kalau mereka mengikhlaskan keadaan karena banjir itu, maka karamah dan surga Allah menantinya.

Sementara, yang seakan-akan selamat, oleh Allah justru dibiarkan menumpuk utang-utang kepada-Nya. Allah mela­kukan istidraj, mbombong, nglulu. Maka, manusia jengkel; orang yang diharapkan njlungup nang sumur karena peker­jaannya nglarani atine wong cilik malah leha-leha dengan jas dan dasinya. Yang diharapkan selamat di dunia malah oleh Tuhan diberi ujian untuk membuka derajat tinggi di surga­Nya kelak.

Kesimpulannya sederhana. Yang tidak terkena banjir dan langsor jangan GR dan takabur. Yang terkena jangan merasa menderita. Jangan sakiti hati Tuhan dengan ngersulo atas kehendak-Nya.

Tuhan tidak sedang murka kepada kita. Tuhan terlalu besar dan agung untuk terganggu oleh pengkhianatan kita.

Kalau Tuhan murka, alangkah sepelenya kadar kemur­kaannya: sekadar banjir, longsor, api membakar di sejumlah tempat. Ukuran kesalahan kita semua ini, dari sudut akidah dan akhlak di wilayah-wilayah politik ekonomi kebudayaan, sama sekali tidak lebih rendah dibanding kedurhakaan kaum Nuh AS yang kemudian ditelan oleh air bah raksasa. Jadi, kalau Tuhan murka, Jakarta seluruhnya ditelan bumi supaya kaum intelektual berpikir tentang ibu kota baru Indonesia. Jawa Timor dilindas air bah merata dan sisanya dihanguskan oleh api supaya penduduknya mulai belajar berpikir adil dan rendah hati.

Penderitaan yang kita alami seminggu terakhir ini sama sekali belum sepadan sebagai imbalan bagi kebusukan hati, kepincangan akal, dan kebobrokan moral yang kita seleng­garakan beramai-ramai beberapa tahun terakhir ini. Itu pun siapa yang sungguh-sungguh menderita ?

Lihatlah ke jalanan, mal-mal, plaza, siaran TV, berita koran... hampir semuanya masih senang-senang saja, masih cengengesan dan pencilakan. Maka, silakan meneliti sendiri apa sebenarnya yang engkau alami hari-hari ini. Baik engkau sebagai indi­vidu,engkau sebagai anggota masyarakat, engkau sebagai warganegara, engkau sekeluarga, engkau sebagai hamba Al­lah. Apakah Tuhan sedang memberimu peringatan, ujian, ataukah hukuman, atau semua unsur itu ada sekaligus dalam pengalaman kita. Syukur kalau engkau diperingatkan, berarti masih di­sayang dan dibukakan kemungkinan untuk selamat. Silakan teliti mana reformasimu ? Sudan empat tahun, ternyata bohong ya. Mana demok­rasimu. Mana kinerja amanah wakil-wakilmu. Ulangi lagi kutukan-kutukanmu dan sesekali ucapkan kepada dirimu sendiri : jangan-jangan kaukandung Suharto di sel-sel. darah­mu. Jangan-jangan kau bekerja di perusahaan hasil money laundering-nya Cendana. Siang hari kau teriak-teriak demo, sambil bawa handphone dan fasilitas uang cipratan hasil penjualan senjata internasional yang memerlukan pasar konflik di Timur Tengah dan Indonesia Raya dengan kamu­flase demokratisasi, HAM, dan otonomi daerah.

Kalau engkau dan para aktivis pahlawan-pahlawanmu itu berteriak : "Adili Suharto!", "Berantas KKN!" dan seterusnya, ­apakah karena engkau berpikir hukum, ataukah karena diam-diam engkau menyimpan ucapan, "Mestinya aku dong yang kaya raya seperti Suharto.... Bukankah pemerintah dan wakil-wakilmu sekarang melakukan hal yang sama persis, bahkan lebih parah, dibanding pelaku-pelaku era yang mereka kutuk?

Sebagian dari kita mungkin diuji oleh Allah. Kalau diuji, berarti disediakan derajat yang lebih tinggi. Atau mungkin di banyak konteks, kita memang dihukum oleh Tuhan. Di­adzab.

Tetapi, adakah orang yang keberatan dengan adzab Allah ? Bukankah engkau masih terus bergembira ria dengan pro­yek-proyek dulinan, produk-produk picisan main-main, tayangan-tayangan senang-senang, pemuatan gambar dan berita celelekan ?

Tetapi, sementara ini bergembiralah karena rahmat Tuhan memang berbeda dengan barokah-Nya. Rahmat itu universal. Silakan maling dan korupsi, Anda tidak dihalangi oleh Allah untuk tetap merasakan enaknya makan sate, nikmatnya memangku hostes dan nyamannya mengambil uang rakyat di kas kantor. Rahmat itu diperuntukkan bagi siapa saja, kiai, maling, pengojek, pencopet, mubalig, pelacur. Siapa pun.

Barokah tidak demikian. Silakan, sukses kaya raya ber­kuasa di muka bumi dan saya tidak akan mengatakan kepada Anda "belum tentu hidup Anda barokah" karena Anda toh tidak membutuhkan barokah. Bahkan, Anda belum tentu butuh Tuhan. Ngaku saja : kalau Tuhan membebaskan Anda dari shalat, puasa, berbuat baik dan seterusnya, Anda senang kan ? Shalat dan ibadah itu tidak enak bagi kebanyakan kita. Maka, kalau Tuhan kasih tulisan di langit "Mulai hari ini Kubebaskan kalian dari kewajiban shalat ! ", kita akan ber­sorak-sorai dan pesta-pora.

Bahkan, kalau Tuhan tidak ada, malaikat tidak ada, surga tidak ada, Nabi dan Agama tidak ada asalkan Anda punya uang banyak : Anda mau kan?

Tolong sebut beberapa jenis perilaku pemerintah, wakil rakyat, dan masyarakat kita dewasa ini yang bisa dijadikan Allah alasan untuk menyelamatkan kita. Bahkan, persya­ratan untuk hancur lebur sudah sempurna kita miliki. Al'afwu minkum.

Share this article :
Comments
1 Comments

1 komentar:

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger