Home » , » Mulut dan Perut ...

Mulut dan Perut ...

Written By BAGUS herwindro on Jan 7, 2008 | January 07, 2008

Mulut dan perut merupakan bagian tubuh berongga yang di antara sekian banyak organ tubuh yang terdapat di dalamnya di antaranya adalah terorganisir dalam suatu sistem pencernaan. Tetapi dalam hal ini yang ingin saya bahas adalah dalam bahasa umum yaitu mulut dan perut. Di mana di dalam mulut terdapat satu indra pengecap rasa yaitu lidah, start pertama makanan yang masuk ke dalam sistem pencernaan.
Dari perenungan saya secara serampangan dan sangat tidak bermakna dalam (maklum : orang sudrun, kata teman kantor sih), saya menemukan ada ilmu sejati di antara mulut dan perut, yaitu ilmu tentang memilih agar tidak terjebak memilih yang ilusi dengan mengesampingkan yang sejati.


Dalam proses makan atau minum, mulut merupakan gerbang pertama yang menerima makanan atau minuman. Di dalam mulut, makanan atau minuman tersebut yang utama pasti akan dirasakan oleh lidah dalam hal rasa (manis, pahit, asin, masam), tekstur (keras, lunak, serat) dan suhu (biasa, panas, dingin). Sedangkan perut yang terdiri dari sekian banyak organ tubuh yang mendukung sistem pencernaan, langsung mencerna begitu saja makanan atau minuman yang masuk melalui mulut, diproses hingga keluar produk inti yang didistribusikan ke seluruh organ sesuai alokasi kebutuhannya dan sisanya dikeluarkan dari tubuh berupa ampas baik padat maupun cair.

Misalkan kita makan bakso, setelah itu minum es kelapa muda atau es campur, kira-kira pas ya ? Tentu enak kan ? Mak nyus.... gitu lho ! Apalagi kalau ditraktir, wuih... tuambah suiiip ! Perut menerima bakso terus ditambah es kelapa muda atau es campur, diproses langsung secara bersama-sama. Di dalam perut bakso bercampur dengan es degan. Perutnya protes atau tidak ? Pasti tidak kan ? Nah sekarang kira-kira bagaimana kalau percampuran antara bakso dan es degan kita awali sebelum masuk perut, kita campur dalam satu mangkok terus kita masukkan mulut, bukankah di dalam perut kondisinya juga seperti itu ? Mulutnya protes atau tidak ? Ya iyalah.... protes, gak enak yo rasane !

Oo.... kalau begitu berarti mulut merupakan representasi dari hawa nafsu, sedangkan perut merupakan representasi dari qalbu kita, karena mulut masih membedakan terutama dalam hal rasa (terbukti kalau kita makan terasa enak, bisa habis banyak, walau kenyang tetapi masih ingin menambah, sebaliknya kalau merasa tidak enak, kita makan hanya sedikit malah terkadang tidak habis) sedangkan perut tidak membedakan apa yang masuk di dalamnya (yang penting bagi perut sebenarnya yang masuk haruslah bermanfaat dan dalam kadar yang secukupnya, sehingga sisa/residu dari proses pencernaan tidak terlalu banyak). Qalbu tidak pernah membedakan makanan itu enak atau tidak berlawanan dengan hawa nafsunya lidah, qalbu tidak pernah membedakan seseorang itu cantik atau ganteng seperti hawa nafsunya mata yang membedakan, qalbu tidak pernah membedakan suatu nada harmoni atau tidak sebagaimana hawa nafsunya telinga yang membedakan harmonisasi nada dan seterusnya.

[Q.S. Al A’raaf (07) : 31] : ... makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Memang salah satu karakter hawa nafsu adalah kecenderungan untuk berlebih-lebihan. Lihat saja saat ini, melalui berbagai media, gaya hidup selalu dipertontonkan setiap harinya, dijual dan dijadikan impian. Gaya hidup sudah menjadi komoditas yang laris manis di pasar dunia. Maka tak pelak siapa saja yang terhipnotis olehnya pasti menjadikannya sebagai sebuah obsesi dalam hidupnya yang berusaha untuk dipenuhi walau pun sebenarnya tidak perlu. Hanya mengejar bayang-bayang semu yang menipu, hanya untuk membentuk citra diri yang sebenarnya merugi, hanya untuk memenuhi ambisi yang pasti akan menjadi tragedi.

[Q.S. Muhammad (47) : 36] : Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.

Satu contoh sederhana tentang gaya hidup adalah fenomena handphone yang saat ini bukan barang mewah lagi karena produsen sudah memasok untuk berbagai segmentasi pasar. Teknologi dan model handphone dalam hitungan bulan selalu ada perputaran, selalu keluar yang baru. Apalagi saat ini sudah menginjak teknologi komunikasi 3G [teknologi komunikasi yang memiliki kemampuan : memiliki kecepatan transfer data cepat (144kbps-2Mbps) sehingga dapat melayani layanan data broadband seperti internet, video on demand, music on demand, games on demand, dan on demand lain yang memungkinkan kita dapat memilih program musik, video, atau game semudah memilih channel di TV. Kecepatan setinggi itu juga mampu melayani video conference dan video streaming lainnya], handphone berbasis 3G pun sudah banyak tersedia di pasar, hanya sayangnya bagi mereka yang hanya latah mengejar gaya hidup, pasti langsung beli tanpa tahu apa itu 3G, bagaimana aplikasi pemakaiannya dan seberapa mahal pulsanya. Beli handphone 3G tapi ternyata cuma dipakai ngomong sama sms saja, sungguh kasihan ! Anak sekolahan sekarang lebih asyik ber-sms ria dengan temanya daripada membantu ibunya. Lebih parah lagi banyak di antara mereka yang dengan bangga merekam adegan mesumnya, seolah hal yang sangat biasa dan lumrah untuk dilakukan.

Ada lagi satu contoh sederhana, yaitu budaya tidak pernah cukup, punya sepatu tidak cukup hanya 2 atau 3 saja melainkan mencapai belasan bahkan ada yang puluhan pasang. Punya tas tidak cukup hanya 2 atau 3 melainakan mencapai belasan bahkan ada yang puluhan. Sebab semua menyesuaikan, kalau pakai baju hijau maka seluruh aksesoris mulai atas sampai bawah harus senada. Coba berapa banyak yang hanya menjadi tumpukan di rumah karena tidak dipakai. Buakankah yang benar-benar kita miliki adalah yang kita pakai saat ini ? Kalau sudah atau jarang dipakai, kenapa tidak dikeluarkan saja dari rumah, diberikan kepada orang lain saja misalnya ? Sesungguhnya hal-hal seperti itu yang menumpuk di rumah hanya memboroskan energi kita, karena kita merasa memilikinya (melekat padanya / diperbudak / kepemilikan yang masih melekat di hati) maka tanpa kita sadari koleksi kita akan menyerap energi diri kita sehingga kita akan merasa resah seperti ada sesuatu yang kurang dan sebagi pelampiasannya biasanya kita akan membeli dan membeli lagi yang baru dan begitu seterusnya. Bukankah itu sikap yang berlebih-lebihan ?

Makanya, ayo kita mulai dari diri kita sendiri dalam hal apa pun pilihlah yang sejati, pilihlah yang memang kita memerlukan, pilihlah segala hal yang membawa kemanfaatan dan kemaslahatan dunia akhirat. Jangan sampai berakhir tragedi. Tragedi yang memilukan yaitu tidak termasuk ke dalam golongan hambanya ALLAH. Bagai proses pencernaan yang menyisakan ampas/sampah yang harus dikeluarkan dari tubuh, ibarat itulah kita bila terdegradasi dari hambanya ALLAH. Sebagai sampah layaknya ya harus dibakar. Na’udzubillah.....
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger