Home » , , » DHARMA SA78 | sebuah cermin

DHARMA SA78 | sebuah cermin

Written By BAGUS herwindro on Jul 10, 2023 | July 10, 2023


DHARMA Sultan Agung 78, sebuah cermin pemantul diri.

Teringat kala itu, 31 JUli 2022.

DHARMA, memang sebuah istilah yang non-islami dan memang disengaja demikian agar tidak mudah untuk dibolak-balik oleh mereka yang ahli dalam bidang fiqih, suatu hal yang tidak terjadi bila misalkan memakai istilah infaq atau pun shodaqoh.

Demikian yang saya pahami dari dawuh Beliau saat itu.. Sebab dharma dalam Sultan Agung 78, merupakan kristalisasi dari pengejawantahan ikhlas.

Bahwa ikhlas itu baru bisa teraktualisasikan dalam sikap batin kita jika sudah tidak ada lagi tentang konsep malaikat dalam benak kita, sebagai pencatat kebaikan, yang itu berarti juga sudah tidak ada konsep tentang pahala atau pun surga yang selama ini diasumsikan sebagai akibat dari adanya amal kebaikan yang dicatat oleh malaikat.

Tentu saja tiadanya konsep tersebut adalah dalam konteks keikhlasan itu sendiri. Maka konsekuensi logis dari ikhlas adalah berbuat kebaikan tanpa embel-embel apa pun dan bahkan tanpa merasa kalau sudah berbuat baik.

Suatu hal yang mungkin lebih mudah dicerna, tetapi tidak mudah dilakukan 😁, khususnya bagi diri saya pribadi. Kalau bagi Panjenengan yang membaca tulisan saya ini, tentunya tidak. Maksudnya tentu tidak beda dengan saya ... 🀣.

Dimensi DHARMA

Bagi saya pribadi, dharma itu saya pahami memiliki pengaruh yang signifikan pada 2 dimensi kemakhlukan saya, yaitu:

  1. Dimensi spirit atau ruhaniah saya yang kaitannya dengan akhirat.
  2. Dimensi manusia saya, dalam hal ini adalah tubuh dan jiwa yang kaitannya dengan dunia yang saat ini saya menjalani kehidupan di dalamnya.

✅ Dimensi Spirit

Ini kaitannya adalah dengan wushul ilallah, bahwa perjalanan menuju Allah itu penuh misteri, cobaan dan tentu saja godaaan. Bahwa bagi orang awam macam saya yang sedetik pun tak mampu lepas dari urusan dunia, memiliki guru pembimbing ruhani adalah suatu kewajiban.

Guru yang wali, guru yang sempurna dan menyempurnakan. Guru yang memandu ruhani saya agar sesuai jalur spiritual dan tidak keliru arah dan alhamdulillah saya merasa telah dimudahkan oleh-Nya untuk dapat bertemu dan memohon bimbingan dzikir dari Beliau, saat itu.

😎 Lalu apa hubungannya antara dharma dan dimensi spirit saya?

Begini ... bahwa saya itu tidak akan pernah mampu untuk berjalan sendiri menapaki jalan menuju Allah, dalam arti saya membutuhkan guru pembimbing ruhani untuk mengarahkan saya secara spiritual. Seorang guru sejati yang benar-benar telah menapaki jalan Ilahi, memiliki ketajaman mata hati untuk bisa memberikan dosis yang tepat bagi para muridnya, yang mempunyai mata rantai silsilah sekaligus lisensi keilmuan dzikir yang tersambung hingga ke Kanjeng Nabi Muhammad dan Beliaulah sang Guru itu.

Nah, lalu bagaimana saya bisa menjadi murid Beliau?

Tentu saja yang pertama adalah kesediaan diri saya untuk menyatukan visi misi sesuai visi misi Beliau, mau ditata dan diatur, yang dalam hal ini adalah masuk menjadi anggota  Sultan Agung 78. Sultan Agung 78 itu sendiri adalah sekretaris Beliau dalam bentuk kelembagaan, sebagai jalur komando Beliau ke seluruh muridnya (anggota Sultan Agung 78). Apalagi saat ini setelah aadanya aplikasi Sultan Agung 78, semua informasi bisa langsung diakses kapan pun dan di mana pun.

Maka dalam hal ini Sultan Agung 78 merupakan pembeda antara mereka yang mau ditata oleh Beliau dengan mereka yang tidak mau. Mereka yang mau ditata inilah yang diakui Beliau sebagai muridnya, yang itu berarti pula merekalah yang menghendaki untuk menjadi murid Beliau dan mendapatkan pendidikan ruhani dari Beliau.

😎 Kemudian bagaimana setelah menjadi anggota Sultan Agung 78?

Tentunya yang utama adalah menyambungkan diri kepada Beliau secara batin, rabithah, yaitu melalui Dharma SA78.

Secara pribadi, saya memandang bahwa semua itu adalah hal yang sangat luar biasa, bahwa Beliau memberikan kesempatan dan kemudahan yang sangat bagi siapa pun yang menghendaki untuk "berguru", yaitu hanya dengan menjadi anggota SA78 dan selalu menjaga ketersambungan ruhani, rabithah, melalui dharma di setiap awal bulan sebagaimana yang Beliau dawuhkan.

Sesederhana itu, meski di balik kesederhanaan itu terdapat sesuatu yang sangat luar biasa bagi spirit saya, ruhaniah saya, dalam perjalanan kembali pada Allah, karena berada dalam bimbingan, didikan dan utamanya adalah panduan dari seorang Mursyid Kamil Mukammil, yang mempunyai sanad dzikir yang haq, yang terus bersambung hingga pada Kanjeng Nabi Muhammad.

Karena itu, saya menganggap bahwa tanggal 1-3 di setiap bulan itu adalah hari raya dharma, tentunya itu istilah saya secara pribadi.

Sehingga dharma itu adalah juga masalah status, apakah status seorang murid terhubung ataukah tidak kepada gurunya. Sehingga saat saya menunaikan dharma, maka saat itu juga saya niatkan untuk akan berdharma lagi di bulan berikutnya. Semoga saja hal yang demikian itu menjadikan status saya selalu terhubung.

Karena itulah dharma ini bukan main-main. Dharma merupakan satu hal yang utama dan harus diprioritaskan sebagaimana yang telah didawuhkan :
✔ Sebagai kewajiban personal, sebisa mungkin dijalani sendiri.
✔ Dilaksanakan di setiap bulan, antara tanggal 1-3.
✔ Tata caranya ditentukan, sebagaimana telah berulang kali diinformasikan.

Sehingga dengan demikian:
  • Dharma menjadi cermin pemantul diri tentang status keterhubungan saya secara Ruhani pada Beliau.
  • Pelaksanaan dharma membawa pengaruh pada proses pertumbuhan kesadaran spiritual pribadi, sebagai wasilah untuk tetap terlimpahi cahaya ruhani Beliau.

✅ Dimensi Manusia

Bahwa sebagai manusia, tentunya saya menjalani kehidupan di dunia ini, dengan jiwa dan raga yang menjadi kendaraan saya dan sebagai suatu perjalanan, tentunya juga pasti akan banyak cerita dari berbagai peristiwa yang saya alami dengan beragam rasa yang menghiasinya. Maka dalam hal ini, ketenteraman batin adalah modal utama untuk melaluinya

Dalam konteks tersebut, yang saya amati, bahwa wujud dharma adalah materi (uang) dan wujud materi itulah yang kemudian mempunyai pengaruh dalam menjaga kemanusiaan saya yang juga bersifat materi dalam menjalani kehidupan di dunia yang bersifat materi ini juga.

Sebagaimana makna keikhlasan pada bagian awal tulisan ini, keikhlasan dan ketertiban dalam melaksanakan dharma tersebut sesuai yang telah ditentukan, akan terpantul dalam berbagai peristiwa di kehidupan sehari-hari tiap anggota Sultan Agung 78.

πŸ‘‰Dharma sebagai kristalisasi dari keikhlasan, berarti tidak lagi memerlukan pertanyaan dan memang jangan sampai ada pertanyaan dari si pendharma tentang apa dan bagaimananya peruntukan dharma itu. Sebab dharma itu adalah melepas kepemilikan atau juga memberi tanpa embel-embel apa pun. Cukuplah melaksanakan dharma dengan selalu menjaga hati untuk berprasangka baik bahwa pasti bermanfaat untuk banyak orang. Kemanfaatan itulah yang menjadi makna barokahnya.

Tentunya tentang kemanfaatan apa yang terus bergulir dari dharma itu tidak diketahui oleh si pendharma, sebab si pendharma begitu sudah melakukan dharmanya ya sudah, yang ini artinya adalah bahwa meskipun ada banyak kebaikan yang luas dan bterus bergulir dari dharma itu, ia tidak tahu dan tidak merasa ikut andil dalam banyak kebaikan tersebut. Maka, bukankah itu letak ikhlasnya? Berbuat baik tetapi tidak pernah merasa bahwa telah berbuat baik.

Jadi yang penting laksanakan saja dharma itu tanpa "tanya" dan tanpa "tetapi", nanti semesta yang akan memantulkannya sebagai cermin diri.

Bahwa semesta itu mempunyai mekanisme yang telah ditentukan oleh-Nya, yang salah satunya adalah dengan selalu menjadikan segala sesuatu berbalik atau memantul secara setara.

Maka dalam hal keikhlasan yang tanpa "tanya" dan tanpa "tetapi" itu, semesta akan mencatat bahwa si pendharma adalah kategori pemberi, bukan peminta. Si pendharma adalah kategori pelepas, bukan penahan atau penggenggam. Maka sesuai mekanisme semesta ciptaan-Nya, biasanya akan selalu dekat dengan keberlimpahan, banyak diberi tanpa harus meminta dulu, banyak kemudahan yang didapat di segala urusan tanpa dihambat dan segala hal yang telah dilepaskan tanpa "tanya" dan tanpa "tetapi" itu biasanya juga akan segera tergantikan bahkan lebih-lebih.

Namun, tentu saja jangan sampai semua hal itu dijadikan motivasi, sebab malah akan kehilangan keikhlasan. Semua hal tersebut hanyalah gambaran bagaimana cermin diri dari pantulan pelaksanaan dharma tersebut.

❎ Maka meski tidak selalu tepat seperti itu, tetapi jika realitanya tak seperti tersebut di atas, maka jangan-jangan itu adalah pantulan dari pelaksanaan dharma saya yang mungkin masih ada keterpaksaan, masih banyak tetapinya (alasan) atau masih banyak pertanyaan dalam bingkai ketidakbaikan prasangka saya.

πŸ‘‰ Dharma sebagai kesadaran diri dalam melaksanakan komitmen secara suka cita, berarti tidak lagi memerlukan motivasi, pengingat, peringatan atau bahkan hukuman dari luar diri.

Kesadaran diri dari dalamlah yang menggerakkan untuk mengutamakan melaksanakan komitmen dahrma tersebut tanpa penundaan, tanpa pengabaian dan tanpa keengganan. Dilaksanakan sebagai laku pribadi, secara tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah. Presisi.

Maka dalam hal tanggung jawab ini, semesta akan mencatat bahwa si pendharma masuk dalam kategori berkomitmen, yang biasanya pantulannya adalah banyak berjumpa pula dengan orang-orang yang mempunyai komitmen, bila ada hak akan sesuatu maka hak itu pun mudah diperoleh tanpa penundaan, tanpa dipermainkan dan tanpa kerumitan yang tidak perlu.

Maka meski bukan suatu hal yang pasti seperti itu, tetapi jika realitanya tak seperti tersebut di atas, maka jangan-jangan itu adalah pantulan dari kelalaian saya dalam melaksanakan dharma, jangan-jangan itu adalah pantulan dari pengabaian akan tanggung jawab pribadi saya yang harus saya dilakukan sendiri sebagai prioritas utama dan jangan-jangan itu merupakan pantulan dari pengabaian saya akan dawuh Guru.

πŸ‘‰ Dharma sebagai kesadaran diri untuk memberi manfaat bagi banyak orang, berarti tidak lagi berorientasi pada hasil, melainkan orientasinya adalah pada proses. Lakukan dan lepaskan, upayakan dan pasrahkan, serta jalani semua di saat ini tak usah menunda nanti.

Maka dalam hal memberi kemanfaatan ini, semesta akan mencatat si pendharma masuk dalam kategori barokah, yang biasanya pantulannya adalah terbukanya jalan keluar dari arah yang tak disangka-sangka, selalu ada solusi dari tiap hambatan yang menghalangi.

 Maka meski bukan suatu hal yang pasti seperti itu, tetapi jika realitanya tak seperti tersebut di atas, maka jangan-jangan itu adalah pantulan dari tak pahamnya saya akan konsep barokah dengan tak memaknainya sebagai asas kemanfaatan : Maju bersama, sejahtera bersama.


🀣Tetapi sebenarnya belum tentu juga seperti semua yang saya tulis sejak awal tersebut, sebab semua itu masihlah sebatas #jarΓ©ku, angen-angen pikiran saya saja, jadi jangan percaya apalagi kalau sampai dijadikan bahan rujukan 😊, malah tersesat nanti πŸ˜‰.

Begicu.

Salam dharma,


Teraz J-8
09 Juli 2023, 13:23

-- dB 
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger