Home » , » Sebutan ….

Sebutan ….

Written By BAGUS herwindro on Nov 15, 2010 | November 15, 2010

Beberapa cara orang memanggilku dalam  berinteraksi denganku :

PAK, sebutan yang lumrah karena aku seorang laki-laki, menjadi hal yang aneh malah kalau mereka memanggilku BU.

MAS, yang ini lumrah juga karena yang memanggil biasanya berusia jauh di atasku atau mereka yang usianya di bawahku. Lebih sering mereka yang perempuanlah yang memanggilku dengan sebutan MAS…. ahay…..

AYAH, kalau yang ini sih anakku yang manggil.

PAKDHE, ini pasti keponakanku dari saudara muda, yang lain paling-paling teman dekatku yang menganggap aku pernah menikah dengan budhe mereka… hahhahahaha…..

OM, ini panggilan keponakan dari saudara tua atau juga dari teman-teman anakku.

PAKLIK, yang ini khusus panggilan saat menjelang Ramadhan atau saat Lebaran ketika aku ziarah ke makam ayahku karena di sana banyak crew makam yang kecil-kecil selalu membuntuti untuk minta uang receh di sepanjang ziarah. “Paklik njaluk duwike….Paklik…. “, demikian mereka ucapkan tanpa henti dan pantang menyerah sampai hamper mendekati gerbang makam.

KANG, biasanya jamaah.

USTADZ, biarlah mereka memanggilku seperti itu, sebab pengertianku, Ustadz artinya Guru, sedangkan aku dulu juga pernah menjadi guru komputer hahahahaha….. Menjadi hal yang kurang tepat jika sebutan itu karena dianggapnya aku mempunyai pengetahuan laiknya seorang guru agama [padahal aslinya wong biasa-sa-sa, wong awam yang masih jauh dari pengetahuan akan ilmu agama yang pakem sebagaimana mereka yang mendalami disiplin ilmu agama sedari kecil, sebagaimana mereka yang menjelajah berbagai pesantren untuk menuntut ilmu, lha wong juz amma aja dulu gak tamat]. Tapi gak masalah juga, semoga jadi do’a kebaikan buatku, biar ndableknya ada remnya. Aamiin.

GUS, he… he… ini yang agak berat tetapi aku menerimanya karena namaku memang baGUS jadi bukan suatu kekeliruan jika mereka memanggilku GUS, menjadi hal yang keliru jika mereka mengartikan panggilan itu seakan-akan aku anak seorang Kiai, seorang yang alim [padahal aslinya gak karu-karuan]. Tapi yang ini juga gak masalah, semoga juga menjadi do’a kebaikan buatku agar akhlakku sebaik para GUS yang asli. Aamiin.

Apalah arti sebuah sebutan. Mungkin suatu saat ada yang memangilku TAN [maksudnya seTAN bukan keTAN] ya gak masalah juga, aku tak akan pernah marah, paling aku akan ganti memanggilnya dengan sebutan MIT [maksudnya deMIT hihihihi….].

Nah, dari beberapa anggapan orang kepadaku, ada salah satu konsekuensi yang harus kuterima, yaitu diMINTAi DOA untuk berbagai hal, padahal yang dimintai doalah yang sebenarnya paling membutuhkan untuk didoakan. Tetapi gak masalah juga, bukankah saat dimintai tolong gak boleh nolak ? Yang penting tak terikat dengan EGO atau nama diri yang aku besar-besarkan sendiri, maka berdoa untuk orang lain lebih ringan bila dibandingkan dengan berdoa untuk diriku sendiri.

Mengapa demikian ?

Sebab saat aku berhajat dan menggebu berdoa pada gusti Allah, biasanya tanpa sadar aku seakan memaksa gusti Allah untuk segera merealisasikan apa yang aku doakan, kapan, di mana dan dalam bentuk apa, kalau bisa akulah yang menentukan. Jadi fokusku malah pada realisasi doa bukan pada proses doa itu sendiri yang biasanya malah gak kabul-kabul.

Sebaliknya, manakala dimintai doa oleh orang lain di mana aku bisa tak terikat dalam arti terjadi apa yang diminta ya Alhamdulillah, tidak terjadi pun tetap Alhamdulillah, dalam arti lain gak khawatir meski dikatakan doaku tak manjur, maka proses berdoa lebih ringan. Doa ya doa aja, terjadi atau tidak yang dihajatkan, itu bukan hakku. Nah, kalau proses berdoa bisa ringan seperti itu, biasanya itulah tanda-tanda bahwa apa yang didoakan memang sudah dipersiapakan gusti Allah untuk diberikan sesaat atau beberapa saat setelah doa dipanjatkan.

Nah lagi, kalau sudah merasa cocok, biasanya terus, temannya, temannya teman juga ikut, wis gak opo-opo, rombongan he… he….

Salah satu konsekuensi lain adalah permintaan untuk berbagi. Kalau berbagi rejeki sih Alhamdulillah, tetapi yang ini juga tetap Alhamdulillah kok berbaginya : berbagi masalah haahahahaa…… wis masalah apa aja.

Namun ada satu hal yang selalu kuhindari karena kutahu pasti bahwa kesanggupanku saat ini masih sekedar berbagi belum bisa melayani [bahasannya cukup panjang untuk menguraikan antara berbagi dan melayani], maka saat seseorang mulai kelihatan bergantung maka selalu kuusahakan untuk melepaskan ketergantungan itu. Sebab dengan berbagi seharusnya bisa memberdayakan dirinya sendiri dan bukan malah untuk membuatnya bergantung. Sebab bergantung sama artinya memperlemah dirinya sendiri. Caraku menghindari kebergantungan itu ya macam-macam, meski pun aku bukan orang dengan kategori baik tetapi rasanya ikut bersyukur saat seseorang berubah ke arah lebih baik, lebih matang dan dewasa serta lebih mandiri dengan mengandalkan keyakinan dan doa pada gusti Allah. Kalu toh nantinya aku diprasangkai yang tidak baik, bagiku ya gak masalah, lha wong asline pancen elek kok. Gitu aja kok repot.

Ha… ha… yang pasti siapa pun dia, siapa pun mereka, bagaimanapun polah tingkahnya, wis pokoke semua model ada, insya Allah selalu kudoakan, bukankah doa kebaikan untuk orang lain kembalinya kepada diriku sendiri ? Terserah orang mo bilang apa.

Ya… itulah sekelumit tentang konsekuensi beberapa sebutan yang disematkan kepadaku. Kalau bukan karena tutupnya Allah yang bagus melingkupiku, maka pasti tak ada satu pun yang mau mendekatiku.

Maka bersiap-siaplah kecewa kalau bertemu denganku karena diriku hanya wong biasa-sa-sa-sa…..

Just a bledug, not a lintang yang hanya bisa nggedabrus forever, ha…ha…ha… mohon maaf.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger