Ada dawuh dari Mursyid yaitu selurh murid dianjurkan menjalani puasa riyadhoh Hizb Bahr minimal selama 7 hari atau 10 hari atau 20 hari atau 40 hari. Menurut Kang Wasi', kalau Guru sudah memerintahkan diusahakan semksimal mungkin untuk melaksanakannya, sebab apa yang diperintahkan oleh Guru itu tentu sudah diperhitungkan atau sudah diketahui oleh Guru akan ada apa ke depannya nanti, sehingga dengan mempersiapkan terlebih dahulu melalui riyadhoh ini, insya Allah kita akan selalu diberikan keridhoannya Gusti Allah, tetap diberikan tetapnya iman, terangnya hati dan keselamatan dunia akhirat.
Kang Wasi' mencontohkan dirinya sendiri yang dulu sering didawuhi oleh Yai namun tidak dilaksanakan, seperti disuruh mengamalkan al-Fil dan ayat Kursi. Tetapi kemudian hal tersebut tidak diamalkan, sehingga sampai pada suatu peristiwa yang berat terjadi, untungnya masih dibantu atau ditolong oleh guru, kalau tidak tentu tidak akan kuat.
Ibarat dokter, Mursyid itu pasti pas dalam mengijazahkan suatu amalan untuk muridnya. Sehingga tiap murid mungkin amalannya berbeda sesuai kapasitas batinnya masing-masing. Pernah Kang Wasi' diutus mengajarkan atau mengijazahkan amaliyah shalat dhuha dan menurut pengamatan Kag Wasi', mereka yang diijazahi amaliyah shalat dhuha itu biasanya hidupnya mapan. Nah hal seperti itu tidak boleh diirikanatau diinginkan. Kang Wasi' juga mengamati misalnya kalau diberikan amalan ini biasanya begini-begini dan setrusnya. Makanya ada yang diberi baladiyah, jaljalut dan sebagainya, yang sekali lagi tidak boleh diirikan, diinginkan dan diharapkan.
Amaliyah yang sama ya Syadziliyah itu yang menurut Kang Wasi' hebatnya luar biasa. Syadziliyah itu semua ada, gudangnya ilmu, gudangnya amalan.
Maka di sini, murid thoriqoh itu semestinya punya karakter yang optimis terhadap rahmatnya Allah, harus mempunyai cita-cita yang tingi dan harapan hidup yang besar. Tidak boleh kecil hati, apalagi putus asa dari rahmatnya Allah. Harus belajar tabah, belajar ikhlas, belajar syukur dan hal itu tidak cukup hanya satu dua tahun saja melainkan harus dilatih bertahun-tahun. Yang paling sulit adalah istiqomahnya itu.
Al Fatihah....
gud kang...
ReplyDeletempun nglampahi siam bahr?
lha saya lum pernah puasa bahr e, n ndak denger wasiat kang wasi' itu, menurut den bagus saya gmn? ikut puasa ato tdk?
rion cepu
Kang Rion, kalau murid ya begitu mendengar dawuhnya guru langsng ja dilaksanakan sepanjang njenengan memang sudah dapat ijazah Hz. Bahr.
ReplyDeleteKalau misalnya belum dapat ijazah Bahr, ya ijazah yang lainnya aja ditirakati lagi.
geh, matursuwun.
ReplyDelete