Home » » Pernikahan

Pernikahan

Written By BAGUS herwindro on Mar 25, 2010 | March 25, 2010

Salah satu predikat yang disandang oleh Rasulullah adalah sebagai pemimpin spiritual, tetapi yang membedakan Beliau dengan pemimpin spiritual dari keyakinan yang lain adalah bahwa Beliau adalah pemimpin yang multi dimensi, yaitu di antaranya : kepala negara, pengusaha/pedagang, panglima perang, hakim, konsultan dan dalam hal ini Beliau juga sebagai kepala keluarga.

Walaupun Rasulullah adalah Pemimpin Spiritual tetaplah beliau menikah, punya istri dan anak. Bukan hanya untuk diri Beliau saja, tetapi Rasulullah juga memerintahkan umatnya untuk menikah sebagaimana diriwayatkan dalam banyak hadits. 

Jadi, menikah itu seharusnya adalah dengan niat mengikuti sunah Rasul. Mengapa ? Ya… karena kita ini hambanya gusti Allah dan sebagai sebagai hamba harus mengikuti perintah tuannya. Bukankah keseluruhan aspek dalam diri Rasulullah baik yang eksoteris/wujud/kelihatan/syariat maupun yang esoteris/esensi/spiritual/hakikat itu adalah manifestasi kehendak Allah yang dicontohkan oleh Beliau kepada kita ? 

Q.S. AL AHZAB [33:21] : laqad kaana lakum fii rasuulillaahi uswatun hasanatun liman kaana yarjuullaaha walyawma l-aakhira wadzakarallaaha katsiiraa [Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.] 

Kenapa harus ada lembaga yang namanya pernikahan ? Karena kita, hamba Allah yang merupakan ummatnya Rasulullah sudah mendapatkan predikat dari Allah sebagai UMMAT TERBAIK. Yang namanya ummat itu secara kuantitas banyak. Nah untuk mendapatkan jumlah yang BANYAK, tidak bisa tidak haruslah terjadi pengembangbiakan yang secara alami berawal dari bercampurnya antara laki-laki dan perempuan tetapi tidak cukup hanya dengan itu, karena ada syarat tambahannya yaitu BAIK. Jadi untuk memenuhi kategori jumlah yang banyak dan dalam kategori yang BAIK, haruslah dengan cara yang baik pula yaitu melalui lembaga pernikahan sesuai yang telah disyariatkan oleh Allah. Karena dari lembaga pernikahan inilah nantinya akan lahir generasi-generasi penerus yang kualitas keBAIKannya tentu saja tergantung dari awal mula terbentuknya generasi itu. Bukan saja dari bagaimana sebuah keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial kemasyarakatan menentukan pola asuh terhadap anak-anaknya tetapi lebih dari itu yaitu bagaimana cara sepasang suami-istri berhubungan sebagi awal atau sebab dari adanya kelahiran seorang anak. Karena itu ada adab bagaimana berhubungan suami-istri, bahkan salah seorang ulama mengajarkan bahwa disamping adab sebagaimana yang disunahkan oleh Rasulullah, saat berhubungan suami-istri sejak awal sampai akhir haruslah disertai berdzikir dalam hati agar jika saja saat itu benihnya ditakdirkan menjadi seorang manusia baru, maka benih itu sejak awalnya juga sudah berdzikir. Bukankah qalbu Rasulullah juga tidak pernah lepas dari dzikir dan bukankah dzikir itulah yang pertama kali diajarkan oleh Rasulullah sebelum ketentuan syariat yang lainnya ? 

Q.S. ALI IMRAN [3:110] : kuntum khayra ummatin ukhrijat linnaasi ta/muruuna bilma'ruufi watanhawna 'ani lmunkari watu/minuuna bilaah [Kamu adalah UMMAT YANG TERBAIK yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.] 

Di dalam lembaga pernikahan inilah sebenarnya ada satu pedoman bagaimana menjalin hubungan antara suami dan istri, antara orang tua dan anak serta antara keluarga besar yang semestinya setiap kita harus mengetahuinya, memahami serta mengaplikasikan dalam kehidupan nyata keseharian kita. Pedoman ini yang harus menjadi dasar bagi diri kita masing-masing dalam menjalin hubungan dengan siapa pun, di mana pun dan kapan pun kita berada. Dalam konteks pembahasan ini secara sempit adalah antara suami dan istri, tetapi berlaku juga secara umum dalam wilayah yang luas yaitu dengan siapa pun. 

Q.S. ALI IMRAN [3:159] : fabimaa rahmatin minallaahi linta lahum walaw kunta fazhzhan ghaliizha lqalbi lanfadhdhuu min hawlika fa'fu 'anhum wastaghfir lahum wasyaawirhum fii l-amri fa-idzaa 'azamta fatawakkal 'alaallaahi innallaaha yuhibbu lmutawakkiliin [Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.] 

SATU : 

“fabimaa rahmatin minallaahi linta lahum walaw kunta fazhzhan ghaliizha lqalbi lanfadhdhuu min hawlika [Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.] 

Berarti agar hubungan kita bisa terjalin baik dengan siapa pun syaratnya adalah kita harus bisa bersikap lemah lembut, tidak keras dan tidak berhati kasar yang bisa kita artikan sebagai sikap yang penuh kasih sayang. Kalau kita bisa bersikap seperti itu, sadarilah juga bahwa hal tersebut semata-mata karena rahmat Allah, sehingga tugas kita adalah membuka hati kita dan mengharapkan turunnya rahmat Allah sehingga hati kita penuh dengan cinta, penuh dengan kasih sayang terhadap siapa pun. Kita harus mendasari hubungan kita dengan siapa pun dengan terlebih dahulu menanamkan kasih sayang di hati kita. 

Kasih sayang dan lemah lembut berarti juga kesetaraan, jangan kita menganggap lebih tinggi dari orang lain yang hanya akan menyebabkan orang lain terpaksa menerima kita. Jangan juga merasa lebih rendah dari orang lain yang hanya menyebabkan diri kita silau. Semua setara seperti kita, toh semuanya juga sama-sama makhluknya Allah, toh semuanya sebenarnya merupakan kehendak Allah juga. Jangan sampai ada orang lain yang merasa tidak aman bila berdekatan dengan kita. Jangan sampai ada orang lain yang merasa tidak nyaman berhubungan dengan kita. Apalagi bila itu adalah orang-orang yang terdekat dalam kehidupan kita seperti suami/isteri, anak, orang tua dan saudara. 

Jangan sampai orang lain menjauh dari diri kita, selalu begitu dan kita menganggap mereka bermasalah padahal sebenarnya diri kita inilah yang bermasalah krena hati kita yang keras. 

Patut diingat bahwa lemah lembut bukan berarti tidak tegas. Tegas juga bukan berarti harus marah-marah. Lemah lembut, tegas dan tanpa kebencian di hati. 

DUA : 

“fa'fu 'anhum wastaghfir lahum wasyaawirhum fii l-amri” [ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu] 

Dalam kehidupan yang kita jalani, secara alami memang tidak mungkin lepas dari konflik. Konflik ini biasanya terjadi karena adanya berbagai perbedaan, baik perbedaan pola pikir, cara pandang, kepentingan, keyakinan dan sebagainya. Dalam menghadapi konflik yang terjadi, panduannya jelas sebagaimana ayat tersebut di atas, yaitu : 

MEMAAFKAN. Kalau sejak awal kasih sayang sudah tertanam di hati kita, insya Allah akan mudah untuk memafkan siapa pun yang berada dalam lingkar permasalahan / konflik kita. Yang namanya memaafkan itu tentu saja lahir batin. Jangan sampai memaafkan hanya sebatas lisan, tetapi hatinya tidak memaafkan. Karena bila hal itu terjadi [belum bisa memaafkan secara total, hanya di luar saja] hanya akan memboroskan energi kita saja. Energi kita akan tersedot hanya untuk menahan rasa jengkel, rasa marah, rasa kecewa dan rasa-rasa lain yang negatif yang masih tersimpan di hati. Ibarat api dalam sekam, kalau memaafkan belum sampai di hati, maka kalau di kemudian hari timbul suatu konflik baru, maka konflik lama akan menjadi bahan bakar yang bagus untuk memperbesar bara kemarahan, kekecewaan, kesedihan dan kejengkelan. Kalau memaafkan belum bisa dari hati, biasanya ingatan kita malah akan terus tertuju/fokus pada konflik yang kita hadapi dan biasanya pula konflik yang sama akan lebih mudah terjadi lagi dalam kehidupan kita. Diri kita pun tidak sempurna, tidak lepas dari yang namanya kesalahan, kekhilafan dan ketidakmengertian, jadi maafkanlah. Sering kita menuntut orang lain untuk mengerti diri kita, memahami diri kita dan mengikuti kemauan kita, tetapi sangat jarang rasanya bahkan tidak pernah kita menuntut diri kita untuk juga mengerti orang lain, memahami orang lain dan menuruti keinginan orang lain. 

MEMOHONKAN AMPUNAN. Kalau sejak awal kasih sayang sudah tertanam di hati kita, insya Allah kita akan menganggap siapa pun yang berada dalam lingkar permasalahan kita, siapa pun yang berada dalam belitan konflik kita adalah menjadi tanggung jawab kita untuk bersama-sama menghadap kembali pada-Nya. Untuk itu sebagai bentuk tanggung jawab kita, mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah, sebab bila ampunan Allah turun maka hatinya akan terbuka untuk menerima hidayah Allah. Kalau hati sudah terbuka, insya Allah seberat apa pun permasalahan/konflik yang terjadi akan lebih mudah untuk bersama-sama mencari solusi yang terbaik. Bukankah doa kebaikan yang kita panjatkan untuk orang lain hakikat pengkabulannya juga akan tercurah pada diri kita sendiri tanpa sedikit pun mengurangi bagian dari orang yag kita doakan ? 

BERMUSYAWARAH. Apa pun konfliknya, bermusyawarahlah untuk mencari solusi dengan semangat kesetaraan dan kebersamaan, hingga mencapai win-win solution. Tentu saja sebelumnya kondisi hati sudah dalam setelan kasih sayang, permaafan dan permohonan ampunan. Niatkan untuk bersama-sama mencari keridhoan Allah, dengan mengoptimalkan manfaat dan meminimalkan mudharat. 

TIGA : 

“fa-idzaa 'azamta fatawakkal 'alaallaahi innallaaha yuhibbu lmutawakkiliin” [Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.] 

Begitu kesepakatan atas hasil musyawarah tercapai, bulatkan tekad untuk melaksanakannya dan segeralah bertawakal di awal perjalanan. Agar hati kita tetap terjaga, memasrahkan segalanya pada Allah tetapi lahiriah kita tetap berusaha mencapai yang terbaik dengan menjalani semua proses yang memang harus kita lalui. Kenapa tawakal harus diletakkan di awal ? Agar ingat bahwa semuanya dari-dengan-bersama-menuju-untuk Allah saja, tidak ada kesombongan juga tidak ada keputusasaan. 

Kalau pedoman itu bisa menjadi keseharian kita dalam lingkungan terkecil kita yaitu keluarga, insya Allah untuk lingkup yang lebih luas, lebih luas dan lebih luas lagi juga bisa seperti itu, maka betapa indahnya dunia. 

Mari bersama-sama belajar, mulai dari diri kita sendiri, penuhi hati kita dengan istighfar, penuhi hati kita dengan cinta, penuhi hati kita dengan kasih sayang, penuhi hati kita dengan permaafan, penuhi hati kita dengan permohonan ampunan, penuhi hati kita dengan kesetaraan dan kebersamaan. Insya Allah kita bisa. BI IDZNILLAHI, LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH. 

ALLAHUMMAGH FIRLII MAA QADDAMTU WA MAA AKHARTU WA MAA ASRARTU WA MAA 'ALANTU WA MAA ANTA 'ALAMU BIHI MINNII [Yaa Allah ampuni aku ats segala dosa yang telah lalu dan yang kemudian, yag kusembunyikan dan yang kutampakkan dan segala dosa yang Engkau lebih mengetahui dari diriku sendiri] 

RABBI TAQABBAL TAUBATII, WAGHSIL HAUBATII, WA AJAB DA'WATII, WA SADDAD LISAANII, WAHDI QALBII WASLUL KHAIMATI. ]Yaa Rabbi terimalah taubatku,cucilah dosaku, kabulkanlah hajatku, benarkanlah ucapanku, penuhilah hatiku dengan petunjuk-MU dan luluhkanlah marah dan dengki yang memenuhi dadaku] 

YAA ALLAH YAA 'AZHIIM ANTAL 'AZHIIM, QAD HAMMANAA HAMMUN 'AZHIIM, WA KULLU HAMMIN HAMMANAA YAHUUN BISMIKAL 'AZHIIM. [Yaa Allah, Engkau Maha Agung, Engkau sungguh-sungguh Maha Agung. Kami telah ditimpa persoalan yang sangat besar, namun sebesar apapun persoalan yang menindih kami, akan meleleh, akan lenyap, akan sirna, karena kami berlindung di bawah keagungan-Mu] 

ALLAHUMMA LAA SAHLA ILLA MAA JA'ALTAHU SAHLAA, WA ANTA TAJ'ALUL HUZNA IDZAA SYI'TA SAHLAA. [Yaa Allah, tidak ada kemudahan melainkan Engkaulah yang mempermudahnya, dan Engkau pulalah yang menjadikan kesulitan itu yang jika Engkau menghendaki akan menjadikannya mudah]

Share this article :
Comments
1 Comments

1 komentar:

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger