Seminggu terakhir ini ada dua pelajaran sangat berharga yang alhamdulillah bisa memperkuat keyakinanku tentang kasih sayang Allah, tentang pemeliharaan Allah, tentang jaminan Allah dan semoga Allah selalu memperkuat apa yang kuyakini dan lebih membuktikan lagi tentang apa yang kuyakini terhadap-Nya. Aamiin.
Pertama
Ada seorang mandor yang ikut mengerjakan salah satu proyek kantor yang sebenarnya proyek ini proyek rugi. Proyek ini dapatnya nge-sub dari salah satu BUMN dan sebenarnya juga BUMN ini juga tahu kalau proyek ini proyek rugi sehingga dia juga bagi-bagi kerugian pada sub kontraktor yang digandengnya. Tapi intinya bukan itu. Aku dua kali mendengar kata-kata dari seorang teman yang kebetulan mengepalai bidang teknik kepada si bapak mandor yang sudah dikenalnya sejak lama itu. “Kok gak onok kemajuan se Pak, ket biyen nggowo sepeda ae gak ganti montor !”, begitu katanya. Oh.... ternyata ukuran sukses menurut temanku yang satu ini adalah pencapaian materi, yang kebetulan alhamdulillah temanku yang satu ini memang diberi kelimpahan sehingga kadang juga somsek. Nah berhubung proyek yang satu ini proyek rugi bahkan minusnya sudah mencapai 1 milyar lebih, maka si bapak mandor ini pun terkena juga imbasnya. Tagihannya ke kantor yang masih tersisa puluhan juta setelah opname lapangan menurut versi kantor hanya tersisa sekitar 14 jutaan. Hari Jum’at kemarin si bapak mandor itu ke kantor untuk menanyakan tagihannya dan yang luar biasa bagiku adalah kesan yang kutangkap pada dirinya setelah mengetahui tagihannya hanya bersisa sekitar 14 jutaan saja. Dia tertawa sambil mengatakan, “Wis nggarap nang kono gak malah oleh duit tapi malah mbuwak duwit, tapi yo gak popo neng kene oleh akeh, mari ngono sitik, wis biasa wong urip iku. Sing penting isok noto ati” (ngerjakan di sana tidak malah dapat uang tapi malah membuang uang, tetapi ya tidak masalah, di sni dapat banyak, disana dapat sedikit, sudah biasa orang hidup itu. Yang penting bisa menata hati). Suatu kalimat sederhana tapi sungguh luar biasa bagiku. Inilah sebenarnya menurutku suatu prestasi kehidupan, di mana si bapak mandor tersebut bisa menguasai hatinya untuk rela/ridho atas apa yang dialaminya, sehingga tidak ada kesedihan, tidak ada penyesalan dan tidak ada kemarahan. Inilah yang dinamakan kaya yang sebenarnya, kaya hati. Walau pun secara fisik / secara materi tidak memiliki apa-apa yang bagi banyak orang merupakan standar pencapaian kesuksesan, tetapi kalau seseorang memang merasa tidak memerlukannya atau tidak terobsesi olehnya bukankah itu sebenarnya yang disebut kaya ? Kaya Hati. Coba bandingkan seseorang yang sudah memiliki sesuatu tentu dia tidak akan pernah puas dan ingin mencapai yang lebih baik lagi. Hatinya belum merasa memiliki dan masih menginginkan dan berusaha bagaimana caranya untuk memuaskan dahaga materinya. Bukankah hakikinya dia ini masih miskin ? Miskin Hati, meski secara materi apa pun sudah dia miliki. Contoh sederhana saja misalnya sudah punya Avansa pasti pengen ganti Inova atau bahkan kalau perlu tidak ganti tetapi menambah. Ada juga teman yang beli laptop dengan spesifikasi yang mutakhir, tetapi ternyata cuman dibuat main solitaire soalnya dia engga bisa komputer. Sayang bukan ? Demi sebuah gengsi, kesia-siaan dilakoni.
Kedua
Tempatku bekerja kebetulan adalah sebuah perusahaan keluarga [ada dua aturan yang umum : 1. BOS selalu benar, 2. Apabila BOS salah kembali ke peraturan pertama :P, juga ada tambahannya yaitu kebijaksanaan tidak boleh dan tidak bisa dipertanyakan], bidang jasa konstruksi yang pekerjaannya mengandalkan tender-tender pemerintah sehingga dalam satu tahun ada saat bulan-bulan panjang tanpa ada proyek. Jadi sudah biasa bagiku kalau gajian mendekati sepertiga bulan atau bahkan tidak penuh terutama saat-saat kosong dari proyek. Alhamdulillah kalau lagi ada proyek dapat juga tunjangan proyek yang besarnya hampir satu kali gaji pokok. Bulan lalu karena proyek-proyek sudah pada kelar sisa sedikit, tunjangan proyek pun berkurang lebih dari separo. Nah, pada bulan ini suasana kantor agak panas karena proyek rugi, sehingga ada warning tenaga kontrakan akan dirumahkan, disamping itu gaji yang diterima juga pasti tidak seperti biasanya. Wis embuh, opo jare ! Apalagi semua serba mahal sekarang, tetapi tetap aku pelihara rasa syukurku, alhamdulillah masih ada yang dibelanjakan, begicu. Tepatnya Selasa kemarin tanggal 2 aku gajian, wuih benar-benar terasa banget kurangnya soalnya dah engga ada tunjangan proyek. Biasanya orang dalam keadaan sempit itu lebih bakhil dari pada jika dalam keadaan lapang, soalnya dia pasti menghitung-hitung uang yang dia pegang. Nah rasanya kemarin pun akau hampir dihinggapi virus bakhil itu, hati mengajak untuk berinfaq aja kok berat banget, tetapi alhamdulillah dengan hidayah Allah virus bakhil itu teratasi. Ya sudah infaq saja gak usah dihitung-hitung, toh yang diinfaqkan itu yang hakikinya harta kita. Yo wis, gak usah mikir. Hari Jum’at anakku mulai sakit semua tiga-tiganya, biasa anak-anak, batuk-pilek-radang tenggorokan, ya... biaya dokter plus obat dah hampir 300 ribu. Alhamdulillah masih bisa ngobatkan anakku. Ee... ternyata Allah itu memang sayang banget sama aku, setelah diringankanNya diriku untuk tetap berinfaq, setelah diberi kemudahan untuk sabar dan ridho atas sakitnya anak-anakku, ndilalah dibukakan untukku jalan rezeki yang tidak masuk perhitunganku. Hari Jum’at dan Senin sekarang ini aku dapat orderan parfum 35 ml-an : Bvlgari BLV 2 botol, Carolina Herera 212 1 botol, Paris Hilton 1 botol, JiLo 1 botol dan Burberys Woman 1 botol sehingga total aku dapat laba hampir 170 ribu. Mudah-mudahan aja bulan ini dapat lebih banyak lagi pesanan parfum. Aamiin. [Sekalian pengumuman den Bagus juga menyediakan berbagai bibit parfum dengan aroma yang identik dengan merek-merek terkenal dengan kualitas jauh di atas bibit parfum yang dijual di pasaran. Bibit parfum den Bagus merupakan produk dari MANE – Prancis http://www.mane.com. Mo pesan ? Kontak aja den Bagus, OTRE ?!]
0 Comments
