BAU atawa MAMBU

Written By BAGUS herwindro on Aug 30, 2014 | August 30, 2014

Dua hari lalu, mau berangkat kerja, digoda kloset yang koplak. Sekrup pengunci yang menancap di lantai sudah berkarat sehingga tidak terikat kuat di lantai, ada celah udara yang menyebarkan bau yang "sedap". Ada lagi masalah, karena lubang kloset tidak sempurna menancap di paralon yang menghubungkan ke septic tank. Jadinya tak beda dengan "jumbleng".

Wis.... mambu pokok'e !

Jadi ingat beberapa hari menjelang lebaran kemarin, beli parfum dengan aroma favorit di langgananku biasanya. Duduk bersila di lantai, di hadapan berdrum-drum dan berbagai ragam aroma parfum. Huasyemmmm tenan... aku dirasani para parfum itu :
"Temans... lihat manusia itu, dia begitu senang dan bangga dengan harumnya parfum yang dia pakai."
"Iya ya... pren... padahal yang harum kan kita ya, bukan dia, lucu pancene menungso kuwi. Mana coba dari seluruh tubuhnya yang harum ? Gak ada kan ? Mesti mambu kabeh. Coba aja diurut dari kepala sampai ke kaki."

Lha dipikir saya ndak tahu apa kalau dirasani ? He... he... he...

Tapi asli benar itu, manusia, kecuali Kanjeng Nabi, tak ada yang wangi, selalu saja bau gak enak. Badannya bau, pikirannya bau, prilakunya bau, jiwanya bau, produk ekonominya bau, produk politiknya bau, produk hukumnya bau dan seterusnya. Yang jelas bau syahwat dan kelalaian. Karena itu, di setiap lipatan hidupnya, manusia banyak yang memerlukan parfum, kosmetik dan juga topeng yang semakin hari semakin diperhalus dan diperindah.

Sampai kapan pun mencuri itu salah, karena itu banyak yang memerlukan parfum "peraturan" untuk membuatnya seolah benar, banyak yang mencari kosmetik "alibi" agar dimaklumi atau juga topeng "atas nama" agar ada nilai perjuangannya.

Makanan setelah memasuki proses pencernaan dalam tubuh akan keluar manfaatnya sebagai energi, namun juga ada mudhorotnya saat kadar suatu unsur makanan berlebihan dalam tubuh, namun juga ada residu atau sampah sisa proses yang pasti "bau" dan harus berakhir di "jumbleng".

Kira-kira di setiap aspek kehidupan kita pun seperti itu, ada proses, ada manfaat, ada mudhorot dan ada residu. Bahkan kemanusiaan kita pun demikian, terutama yang berkait dengan kehambaan kita di hadapan Gusti Allah.

Semoga saja Panjenengan dan saya diselamatkan Gusti Allah hingga tak menjadi "residu yang bau" dari hamba-hambaNya dan berakhir di "jumbleng"-Nya.

Kira-kira begicu.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger