Sampai titik ini,
saat ini, di sini, dalam kondisi seperti ini, ya… saat saya mengetikkan
teks-teks ini, rasanya tak ada yang lebih pantas dilakukan kecuali bersyukur
kepadaNya, Gusti Allah, atas segala nikmatnya yang luar biasa, seluruh saham
kehidupan dariNya telah diterimakan kepada diri saya, sedang dicurahkan dan pasti akan
selalu dilimpahkan.
Meski nantinya saat
ruang dan waktu telah berakhir bagi diri saya, kehidupan yang pernah saya jalani
pasti akan terasa begitu singkatnya karena kesia-siaan yang selalu saya lakukan,
namun saat ini, saat masih menjalani kehidupan ini di dunia nyata, sering terasa
begitu lamanya.
Terus berjalan dan
berjalan entah sampai kapan. Yang saya lakukan adalah berjalan, namun yang saya
rasakan adalah saya diperjalankan.
Entah benar atau
tidak, rasanya sampai usia yang kesekian ini saya tidak pernah merencanakan apa
pun dalam hidup saya, tidak seperti yang dikatakan para trainer di
seminar-seminar atau pun workshop motivasi yang katanya harus punya planning hingga detailnya. Sewaktu sekolah dulu, juga
gak punya rencana mau neruskan ke mana atau kemana. Saat sekolah pun tak pernah
berangan-angan untuk bekerja di mana atau di mana. Tak pernah juga berencana
akan menikah dengan siapa yang bagaimana, punya anak berapa dan bagaimana
menjalani hidup.
Semua mengalir saja,
terlempar dari suatu situasi ke situasi yang lain. Menghadapi situasi yang ada,
mengolahnya dan keluar dari situasi itu untuk kembali lagi terlempar di situasi
yang lain yang berikutnya. Sering sekali mengalami saat-saat injury time dan Alhamdulillah ndilalah kersaning Allah selalu selamat
selalau lolos dari saringan.
Saya pernah sakit
agak lama, Alhamdulillah sembuh. Saya pernah kecelakaan, Alhamdulillah sembuh
juga. Saya pernah gak ada kerjaan, Alhamdulillah punya kerjaan. Saya pernah gak
pegang uang sedang ada kebutuhan yang mendesak, Alhamdulillah dapat rejeki tak
terduga dan ini berkali-kali. Saya pernah gak gajian, Alhamdulillah tiba-tiba
dapat rejeki nomplok. Pas butuh, pas ada dan susuk, bagaimana gak Alhamdulillah,
Gusti Allah itu memang te o pe, TOP.
Rejeki itu menurut
saya, tidaklah melulu bersifat materi atau berbentuk uang, namun segala hal yang
memberdayakan adalah rejeki. Badan sehat adalah rejeki, keluarga yang harmonis
adalah rejeki, istri yang sabar dan pengertian adalah rejeki, tetangga yang baik
adalah rejeki, teman yang perhatian adalah rejeki dan
sebagainya.
Maka kalau saya
hitung-hitung, rasanya lebih banyak rejeki yang tak masuk akal yang saya terima
dibanding rejeki yang masuk akal. Makanya, saya males mikir kalau ada ap-apa,
lebih baik gak usah mikir, pasrah saja, biar terkaget-kaget akan keajaiban
pertolongan dan jalan keluar dariNya, Gusti Allah. Dikatakan ajaib karena tidak
masuk akal, maka mereka yang selalu mengandalkan logika, menunutut segala
sesuatu harus masuk logikanya, biasanya mereka ini tidak pernah mengalami
keajaiban dalam hidupnya. Bagaimana kasih saying dan kekuasan Tuhan yang tak
terbats mau dinalar oleh pikirannya yang sangat terbatas ? Ya gak mungkinlah…
Tetapi itu terserah pilihan masing-masing orang sih, mau belajar gak mikir atau
mau mikir terus, monggo
kerso.
--------------------
2016
Yang jelas,
sebagaimana dalam peringatan apa pun, seperti pula dalam perayaan apa pun, yang
diperingati dan atau dirayakan adalah momen yang telah berlalu atau momen yang
akan menjadi tonggak perjalanan berikutnya.
Kalau agak puitis
sedikit, meski sudah basi, detik berganti detik, hari berganti hari, minggu
berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun pun berganti
tahun.
Dari 2015 menjadi
2016, angka tahun semakin bertambah bilangannya berarti pula dunia semakin menua
dan pastinya semakin menuju kehancurannya. Usia kita pun demikian adanya,
semakin bertambah, namun juga semakin mendekati titik akhir kehidupan
kita.
Sampai titik ini pula
ternyata saya tak juga menentukan tujuan hakiki kehidupan saya. Saya merasa
masih seringnya terpesona oleh gebyarnya dunia yang warna-warni. Saya masih
sering mengidamkan nikmatnya berbagai ragam makanan dan minuman di lidah saya.
Saya masih tergiur oleh berbagai gaya hidup yang dibombardirkan terus menerus
hingga bahkan tampil di layar hp saya. Saya masih sangat menginginkan kemewahan
hidup yang memuaskan hasrat diri saya. Saya masih sangat sering tergoda oleh
kecantikan wanita dan kenikmatan ragawi darinya. Saya masih sering mengkhayalkan
kehidupan tanpa beban, tanpa penderitaan, tanpa kesulitan dan tanpa tanggung
jawab. Masih banyak masih-masih yang lain.
Itu saya. Namun saya
yakin Panjenengan semua tidak ! [maksud saya tidak beda dengan saya he… he…
he…]
Saya rasakan
masih-masih saya seperti di atas dan ketika flashback ternyata tanpa saya sadari
hal-hal itulah yang secara samar menjadi tujuan saya selama ini yang butuh
pemuasan. Maka pantaslah kalau yang ada malah berbagai penderitaan, kekhawatiran
dan rasa takut yang mengeruhkan jiwa. Hati terdegradasi pada tataran tanah
sehingga takut oleh penderitaan, oleh rasa sakit, oleh kemelaratan dan juga oleh
kematian.
Bagaimana tidak
kehabisan energi kalau energi terarahkan pada banyak tujuan ? Bagimana bisa
istiqomah saat diri ini mengijinkan tergoda oleh berbagai rayuan ? Bagiaman jiwa
yang sejati ini bisa kembali kepadaNya, Gusti Allah, dengan ridho dan diridhoi
saat jiwa-jiwa lain dari diri saya yang penuh nafsu dan keinginan menyelubungi
atau menjadi hijab antara jiwa sejati saya dengan Gusti Allah
?
Duh Gusti nyuwun
ngapuro.
--------------------
LĂȘlaku
Nyatanya masih
disuruh belajar lagi, membaca, membaca dan membaca lagi dengan namaNya, Allah.
Disuruh olehNya mengenalNya, diperintahkan olehNya mengabdi dan disuruh kembali
padaNya dengan ridho dan diridhoi.
Bismillah,
mengkristalkan kembali tujuan hidup ini untukNya, Inilah lelaku atau proses di waktu yang
tersisa.
Lelaku atau prosesnya
adalah mlaku atau berjalan melalui
berbagai jalan dengan satu tujuan Allah. Agar sampai pada tujuan maka yang
dilakukan pada prosesnya adalah mlaku
atau berjalan dan bukan mlaku-mlaku
atau berjalan-jalan.
Mlaku itu tauhid dalam
arti fokus pada tujuan, sedangkan mlaku-mlaku itu lebih sering berhenti
karena tergoda oleh berbagai hal yang ada di sepanjang perjalanan. Bisa
terganggu karena bertemu teman dan akhirnya nongkrong, bisa juga haus dan mampir
untuk beli minum dan sebagainya dan seterusnya.
Mlaku ing lĂȘlaku
nanging ora mlaku-mlaku. Kuwi
!
Berjalan dalam proses
namun bukan berjalan-jalan. Itu.
Keluarga itu jalan,
berkeluarga itu proses berjalan menuju tujuan, yaitu Gusti
Allah.
Kerja itu jalan,
bekerja itu proses berjalan menuju tujuan, yaitu Gusti
Allah.
Sekolah itu jalan,
bersekolah itu proses berjalan menuju tujuan, yaitu Gusti
Allah.
Usaha itu jalan,
berusaha itu proses berjalan menuju tujuan, yaitu Gusti
Allah.
Taqwa itu jalan,
bertaqwa itu proses berjalan menuju tujuan, yaitu Gusti
Allah.
Puasa itu jalan,
berpuasa itu proses berjalan menuju tujuan, yaitu Gusti
Allah.
Dan seterusnya dan
sebagainya.
Terserah Gusti Allah
saja hendak memberi apa di sepanjang waktu berjalan atau di akhir berjalan
nanti, karena itu memang wilayahNya, sedangkan saya dan Panjenengan semua fokus
di berjalan itu sendiri. Berjalan saja di jalan kita, gak usah berjalan-jalan di
wilayahNya.
Rasanya saya harus
menelusuri lagi apa pun yang pernah saya lalui, pokoknya berjalan saja,
menghadapi apa saja dan menyambut apa saja dengan fokus di satu tujuan. Meskipun
secara kasat mata saya berjalan, namun di balik itu sejatinya sayalah yang sedang diperjalankan dan dengan demikian #semoga Gusti Allah selalau memperjalankan
saya sehingga memiliki kemampuan berimprovisasi atau mengelola atau
mengkholifahi apa pun yang ada di perjalanan saya sehingga menjadi situasi
perjalanan yang memberdayakan, membahagiakan dan penuh keberlimpahan dan juga keberkahan. Semoga selamat sampai di
tujuan dengan ridho dan diridhoi.#
#Semoga demikian juga
untuk Panjenengan semua dengan lebih berlipat.
#Terserah Gusti Allah
saja, saya manut.