Pages

Dec 12, 2012

Tidak sekedar BENAR atau SALAH

Kalau membahas tentang benar dan salah saya kira tak ada ada kebenaran yang betul-betul kebenaran dan sebaliknya tak ada pula kesalahan yang betul-betul kesalahan, bila dilihat dari situasi dan kondisi yang melingkupi sesuatu sehingga dikatakan salah atau benar.

Bisa jadi yang disebut salah itu adalah sesuatu yang benar namun tidak diletakkan pada situasi, kondisi, waktu dan ruang yang tepat. Karena itu, orang jawa mengatakan ora mung bener, nanging kudu pener, tidak hanya benar tapi juga harus pas. Selembar kertas kosong bisa jadi menjadi suatu hal yang salah manakala selembar kertas kosong itu hanya dibuang begitu saja di lantai, sebab itu sama artinya menjadikan kertas kosong itu menjadi sampah yang dibuang tidak atau bukan pada tempatnya.

Lebih jauh dari itu, benar atau salah tidak bisa hanya dihukumi dengan parameter nilai  yang baku saja, katakanlah dalil tentang boleh atau tidak, halal atau haram dan sebagainya. Misalnya, menghadapi seorang pengemis, tak ada satu dalil pun yang akan mengatakan diri kita salah, neraka tempatnya, manakala kita tidak mau memberi sesuatu kepada pengemis itu, namun saat takaran nilai yang dipakai adalah akhlaq ~ akhlaq hamba di hadapan Tuhannya, maka hal yang demikian itu adalah sesuatu yang kurang pantas untuk dilakukan.

Maka akhlaq letaknya di atas hukum, sebab akhlaq melampaui masalah benar salah, boleh tidak dan seterusnya, Akhlaqlah yang dapat menuntun seseorang yang sudah menjalankan kebaikan sesuai hukum yang ada menjadi lebih dan semakin baik lagi, kebaikannya bertambah dan itu membutuhkan kepekaan dari masing-masing orang.

Tidak sekedar benar atau salah, namun yang diperlukan adalah kepekaan akhlaq, hingga yang sudah baik akan bertambah kebaikannya.


:: Meresap [mencoba memahami & menginterpretasikan secara umum] dawuh hikmah #3, KH. Imron Djamil, PP. Kyai Mojo, Jombang.

No comments:

Post a Comment