Pages

Dec 13, 2012

Tak usah MENGHITUNG !

Assalamu’alaikum…. “, begitu suara perempuan tua dengan cengkok yang khas yang sekali waktu mampir ke toko. Begitu juga pagi itu.

Ya… dia adalah seorang peminta-minta yang kerap datang ke toko dan biasanya teman-teman memberi sekaligus tukar uang recehnya. Begitu juga pagi itu.

“Bu tukar koin ada Bu ?, tanyaku. “Iya Nak ada, tapi masih sedikit, masih pagi soalnya”, jawabnya sambil terus langsung mengeluarkan semua uang yang ada di tasnya.

Ada tiga lembar uang dua puluh ribuan, beberapa lembar uang dua ribuan dan seribuan dan sejumlah koin pecahan lima ratus, dua ratus  dan seratus rupiah.

“Saya duduk dulu ya Nak, capek”, katanya sambil terus ke sofa untuk beristirahat setelah berkeliling. “Iya Bu, saya hitungnya dulu uangnya”, jawabku.

Uang dua puluh ribuan yang tiga lembar itu aku kembalikan dan sisanya terkumpul empat puluh lima ribu, terdiri dari lembaran dua ribu dan seribu sejumlah dua puluh ribu rupiah dan yang dua puluh lima ribu rupiah campuran recehan lima ratus, dua ratus dan seratus. Masih ada sisa sekitar seribu tujuh ratus rupah aku kembalikan ke ibu itu.

Kalau jadi soal matematika, mungkin pertanyaannya adalah : berapa jumlah uang yang dibawa ibu itu pagi itu ?

He… he.. he… tapi sungguh, Panjenengan tidak usah menghitung totalnya, kalau dihitung pasti pikiran mengejar, sehari masih pagi saja segitu, sebulan dapatnya berapa ? Lha kalau sudah tahu penghasilannya sekian dalam sebulan, pertanyaannya adalah : Apa mau mengikuti jejaknya ? Saya tak yakin Panjenengan kuat melakoninya, meski itu misalnya bukan sebuah keterpaksaan sekalipun, meski itu sebuah profesi sekalipun.

Yang penting jangan pernah menghitung rejekinya orang lain, sebab rejeki itu jatah.

No comments:

Post a Comment